Cluster 30

1.8K 118 0
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim,,


No edit-edit club hehe! 

Vote dan Koment sepatah dua patah kata boleh lah ya say!

Hihihi

***

Keadaan di dalam mobil yang kukendarai bersama Ning Rum terasa amat sangat hening dan beku. Ketidaksengajaanku bertemu dengannya di panti asuhan sore tadi cukup menimbulkan berbagai kecamuk yang memenuhi pikiran. Tentang bagaimana Ning Rum bisa berada disana, serta bagaimana tentang hubungannya bersama seorang laki-laki bernama Rafif yang kerap kali kudengar namanya disebut disana.

"Nah iya Mas, kalau yang Mbak Arumi ini katanya pasangan Mas Rafif yang itu." Bu Hajah Sulaimah menunjuk kearah Rafif yang sedari tadi diam menyimak obrolan.

Tentu saja aku tersentak mendengar perkataan yang dilontarkan Bu Hajah Sulaimah. Lantas aku menoleh kepada seorang laki-laki muda blasteran eropa jawa. Wajahnya tampak begitu familiar.

"Oh begitu nggeh Bu?" Cak Sinul yang bertanya, mungkin mewakilkan perasaanku.

"Pripun Mbak Rum? Mas Rafif? Hanya katanya saja atau fakta?" tanya Bu Hajah Sulaimah disertai tawa.

"Sanes Bu, itu hanya becandaan teman-teman saja." Rafif yang menjawab. Sebagai seorang laki-laki, tentu saja aku dapat membaca signal yang memancar. Begitu tabu jika keduanya atau salah satu diantara keduanya tidak menaruh hati.

"Tapi kalau mereka didoakan berjodoh nggeh boten nopo'o Bu Hajah. Mereka berdua dengan senang hati akan mengamininya." celutuk Rohim, salah seorang teman kami.

Aku dan Ning Rum tanpa sengaja saling bersitatap selama sepersekian detik. Kemudian buru-buru mengalihkan pandangan.

Pantas saja, saat tanpa sadar kuamati Rafif ia tampak selalu menatap kearah Ning Rum. Seringkali, insting laki-laki tidak pernah salah. Aku berani menyimpulkan jika Rafif memiliki perasaan terhadap Ning Rum. Entah perasaan cinta atau pun kagum belaka.

Aku belum bisa memastikan itu sebuah kecemburuan atau bukan. Namun, saat kedua bola mataku tanpa sengaja menatap keduanya asyik berbincang membuat perasaan aneh menjaar di relung hati hingga sekujur tubuh. Perasaan aneh yang tidak menyenangkan.

Semasa Ning Rum masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Tak jarang aku menenuinya berbincang dengan salah seorang temannya. Kedekatan mereka bukan hanya kutemui sekali atau dua kali, namun berkali-kali.Suatu hari, saat aku tengah menunggu kepulangan Ning Rum bersama dengan dua mbak-mbak santri, seorang pemuda yang seriing kutemyi berbincang dengan Ning Rum tiba-tiba datang menghampiriku.

"Mas! Mas!" panggilnya. Aku menoleh.

"Mas, saya boleh tanya sesuatu tidak?" pemuda bernama entah siapa itu berdiri di sebelahku. Membuat aku, Mbak Ninid, dan Mbak Zizah keheranan dibuatnya..

"Nama saya Moris, Mas! Teman sekelas Arumi." Jelasnya ketika melihat kami kebingungan.

"Oh iya? Ada apa?"

"Gini loh Mas, saya mau tanya sesuatu."

Aku mengernyitkan kening bingung. "Tentang apa?"

"Apakah di rumah Arumi mengalami masalah keluarga?"

Aku terkejut mendengar pertanyaannya. "Memangnya kenapa?"

"Akhir-akhir ini Arumi tampak tidak ceria seperti biasanya, dia menjadi pendiam dan sering melamun. Suatu ketika saya juga pernah menemuinya menangis secara sembunyi-sembunyi."

Terpikat Pesona Ning RumWhere stories live. Discover now