Cluster 33

1.5K 108 7
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim,,

Seperti biasa gaes, No Cut No Edit loh ya,

jadi, harap maklum jika terdapat banyak ketidakjelasan seperti hubunganmu dengannya hiyaaa!

***

Persambangan bagi para santri adalah suatu hal paling membahagiakan. Persambangan bisa dimaknai sebagai kegiatan menjenguk yang dilakukan orang tua terhadap putra-putri mereka yangg sedang menuntut ilmu di pondok pesantren. Umumnya, persambangan dilakukan setiap dua minggu sekali, ataupun sebulan sekali. Namun, bagi santri yang berasal dari luar pulau, tak menutup kemungkinan setahun sekali, atau bahlan tidak sama sekali.

Hari Ahad pagi-10 tahun lalu- aku tengah sibuk membersihkan selokan pesantren yang tersumbat selama 2 hari belakangan bersama pengurus santri putra lainnya. Tiba-tiba Cak Sinul berlari tergesa kearahku, tangannya masih memegang kemoceng, sepertinya Cak Sinul tengah membersihkan ruang tamu ndaelm.

"Sen, ada orang tuamu di depan ndaelm!"

"Beneran cak?" Aku tersentak kaget, pasalnya, sudah hampir 4 bulan aku tidak bertemu mereka, segala macam bentuk rindu tak dapat kutahan.

Aku langsung bergegas menemui mereka.

"Itu dia Mas Senaaa!" jeritan seorang gadis remaja memekik dan mengaketkan hampir semua santri yang tengah sibuk ro'an (bersih-bersih). Dia adalah Ning Anin, putra dari Kiai Zubadar yang sangat dekat dengan keluargaku.

Aku menghampiri Abah dan Ibu, kemudian mencium tangan kanan mereka secara bergantian.

"Assalamu'alaikum Se, piye kabarmu le?" Ibu yang memulai pembicaraan.

"Wa'alaikumsalam, Sena tambah sehat Bu, Ibu dan Abah pripun?"

"Ya begitulah Sen, alhamdulillah kami sehat walaupun kadang-kadang asam urat abah suka kumat." Aku tersenyum mendengar jawaban Abah.

Kemudian fokus bola mataku teralihkan kepada gadis berusia 17 tahun yang tengah mengenakan setelan busana muslim trend Inayah yang tengah viral jaman itu.

"Anin? Kok bisa ikut sambangan?" tanyaku padanya. Anin merupakan gadis peralihan munuju remaja, wajahnya cantik dan putih mulus, kedua pipinya menggembul, sehingga menjadikannya tampak sangat imut dan lucu.

"Anin sangat kangen Mas Sena, kata Budhe hari ini akan menjenguk Mas ke Malang. Yaudah deh, keamren sore Anin langsung meluncur ke Kediri."

"Sebentar lagi bukannya Ujian Akhir Semester ya? Mengapa Anin tidak belajar saja?"

"Duh, Anin udah bosen belajar terus, Cape Mas! Anin butuh suplement penambah semangat. Dan Suplemet Anin berada di luar kota, mau tidak mau Anin harus menghampirinya."

Aku, Abah, dan Ibu tertawa mendengar celotehannya. Saat itu, kami hanya menganggapnya sebagai gurauan saja. Tidak pernah terbesit bahwa ucapan Anin mengandung banyak makna dan tujuan.

"Oh iya Nin, Ummi kamu pernah cerita bahwa ada seorang putra Kiai Jawa tengah meminang kamu, katanya dia sedang menempuh study di Kairo. Mengapa di tolak, Nduk?" tanya Ibu, raut wajah Ning Anin tampak berubah.

"Anin tidak menyukainya Budhe, orang yang ingin Anin jadikan suami adalah Mas Sena, bukan yang lainnya." Jawaban Ning Anin penuh penekanan. Agak serius, namun tetap saja, dimataku, Abah, dan Buya terdengar seperti gurauan saja.

"Oh iya Sen, apakah Kiai Ja'far sedang ada di ndalem?" tanya Abah,

aku mengangguk sebagai jawaban, "Nggeh Bah, beberapa menit yang lalu beliau mengontrol proses pembersihan selokan. Mungkin sekarang beliau di ndalem. Nopo abah ajenge kepanggeh dengan beliau?" (Apakah Abah ingin menemui beliau?"

Terpikat Pesona Ning RumWhere stories live. Discover now