Cluster 34

1.6K 108 0
                                    

Bismiilahirrahmaanirrahiim,,

Untuk double update ga bisa gais, 

tapi untuk update  setiap hari, akan selalu kuusahakan hihi

***

Hasna Arumi Ruwayda

"Ning Rum, bagaimana?" panggilan Gus Sena yang barusaja keluar entah kemana mengagetkan lamunanku.

"Rum bingung mau pakai baju apa, Gus. Rum baru ingat, ternyata gamis-gamis di rumah lupa tidak dibawa hehe. Ini Cuma ada beberapa rok dan kulot saja."

Gus Sena mengggeleng tidak heran.

"Sekarang, Nng Rum pakai seadanya saja, asalkan sopan dan rapi. Di ruang tengah, ibu telah menunggu Ning Rum untuk dibawanya berkenalan dengan para santri putri."

"Tapi loh Gus, kalau Rum ga pakai gamis, kelihatan gimana gitu."

"Gimana gitu yang gimana Ning?" Gus Sna mengerutkan keningnya.

"Ya gitu lah pokoknya, kurang marem aja gitu." Aku menimbang-nimbang antara tunik polos berwarna sage green atau motif kotak-kotak berwarna mocca.

"Yang polos saja Ning." Gus Sena menyarankan.

Aku mengangkat tangan kananku yang memegang tunik berwarna sage green. "Yang ini? Mengapa?" tanyaku heran.

"Karena Ibu suka keali warna hijau." Jawabnya, aku mengangguk.

"Tapi ini bukan warna hijau murni loh Gus, ini adalah bahan berwarna hijau yang telah di modifikasi."

"Tapi yang menjadi warna intinya tetap hijau bukan Ning?"

Aku terdiam, "Iya juga sih."

Gus Sena tersenyum lebar. Senyum yang dapat membuatku gagal fokus terus.

"Besok pagi, insyaAllah saya bawa Ning Rum berbelanja gamis bagaimana?" tawarnya, aku menoleh sekilas.

"Gamau Gus,"

"Kenapa Ning?"

"Rum gamau nolak hehe, gass ae lah Gus. Siapa sih yang ga suka belanja-belanja?"

Gus Sena tertawa simpul mendengar penuturanku.

"Tapi Ibu hanya mengenalkan Rum kepada mbak-mbak santri putri saja ya Gus? Tidak santri putra juga?"

Gus Sena menutup jendela yang terbuka lebar, entah mengapa akhir-akhir ini suhu menjadi lebih dingin dari yang seharusnya.

"Ya ke pondok putri saja, Ning! Nanti kalau ke pondok putra juga di khawatirkan mereka akan terpikat pesona Ning baru mereka." Aku membalikkan badan, membelakangi Gus Sena, aku takut perkataannya dapat melambungkan hatiku, atau sekedar memerahkan pipiku.

Tanpa merespon perkataan Gus Sna, aku segera masuk ke kamar mandi, berganti pakaian disana. Menghendari segala macam perkataan Gus Sena yang kadang lurus, kadang belok, kadang gombal adalah pilihan terbaik, terbaik untuk kesehatan hati dan jantung.

***

"Bagaimana Ning?" tanya Gus Sena saat aku barusaja menutup pintu kamar lagi.

"Rasanya campur aduk ga karuan Gus, baru kali ini Rum menghadapi dan berbicara langsung dengan ratusan santri. Nano-nano banget rasanya."

"Tapi di Darur Rohmah, Ning Rum sudah terbiasa mengisi mauidoh Hasanah bukan?" (Nasehat baik kepada santri)

"Heh ngarang, ga pernah sama sekali loh Gus, yang bener aja coba? Memegang mik tunggal di hadapan santri saja tidak pernah. Apalagi mengisi nasehat. Rum cukup sadar diri Gus, mengendalikan diri saja sulit, bagaimana menasehati orang lain?"

Terpikat Pesona Ning RumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang