Cluster 53

2.6K 132 37
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim,,

Seperti biasa, No Cut No Edit wkwkw.

Selamat membaca sayang, semoga terhibur  emmuach

ehehhehehe

***

Suasana awkward masih menyelimutiku dan Gus Sena. Setelah kejadian memalukan semalam, kami berdua tidak saling bertutur sapa. Isyarat tangan dan dagu adalah jalan ninja tatkala ada keperluan mendesak yang perlu kubicarakan dengan Gus Sena. Sama-sama gengsi.

Tiba-tiba Gus Sena mengasurkan sebuah bingkisan kresek hitam, sepertinya itu oleh-oleh yang sengaja Gus Sena siapkan untukku.

Lagi-lagi aku berusaha menahan senyum, berusaha tidak terlihat salah tingkah dengan perlakuan Gus Sena.

"Wah, kira-kira isinya apa ya? Kaos couple?Ah ga mungkin, Gus Sena tidak se alay itu! Duh, isinya apa ya? Jadi penasaran! Gus Sena ga keluar-keluar kamar sih!"

"Maaf Ning, tadi saat saya pulang dari kantor pondok, ada mas-mas santri menitipkan kresek hitam itu untuk Ning Rum, salamnya, dari seseorang bernama Aqila."

Jlep, aku terdiam telak. Kecewa sekaligus malu dengan angan-angan yang kubangun sendiri. Aqila adalah rekan se divisiku di Dema, sepertinya yang ia kirimkan ini adalah kain bendera logo universitas yang akan kubawa ketika kkn mendatang.

"Oh, haha, iya Gus, Rum sudah menebaknya, tadi pagi si Aqila ngechat Rum juga, haha." Tawaku terdengar aneh dan sangat janggal. Buru-buru aku pergi dari hadapan Gus Sena.

"Oh iya Ning Rum."

Aku menghentikan langkahku, tanpa menoleh kearah Gus Sena yang berada di belakangku.

"Gus Adam tiba kapan kira-kira?"

"Sebentar lagi juga sampai Gus, tadi Cak Saliim telah diutus Buya untuk menjemputnya."

Gus Sena manggut-manggut.

Aku kembali melanjutkan langkah tanpa berbicara lagi.

***

Gema sholawat badar yang disenandungkan oleh para santri mengiringi kedatangan Mas Adam yang barusaja pulang dari Madinah setelah hampir 5 tahun menetap disana. Usia kami hanya selisih dua tahun. Semasa kecil, aku dan Mas Adam adalah anak Buya yag paling sering bertengkar.

"Rum! Kamu itu anak perempuan! Jangan suka main bola! Sana main petak umpet saja!"

Wajahku yang saat itu masih berusia sekitar 7 tahun cemberut.

"Suka-suka Rum mau main apa mas!"

"Tapi kalau kamu ikut Mas ke lapangan sukanya merepotkan! Mengganggu saja! Sana Rum mainnya saa mbak mbak pondok saja!"Mas Adam buang muka, berniat pergi meninggalkanku mengendarai sepeda phoenix yang didapatkan menang undian 17 agustusan.

Aku menarik kaos Mas Adam. Kemudian duduk di boncengannya.

"Pokoknya Rum ikut kemanapun Mas Adam pergi main!" sergahku sembari memeluk tubuhnya erat.

Mobil yang dikendarai Cak Salim beserta Mas Adam berhenti tepat di depan Ndalem, selang beberapa menit kemudian, menampilkan sosok Mas Adam yang selama 5 tahun tidak pernah pulang sama sekali.

Mbak-mbak santri yang turut menyambut kepulangan Mas Adam menjerit histeris.

"MasyaAllah sekali Gus Adam kita ini!"

"Ya Allah, saya pengen suami spek Gus Adam ya Allah, fotokopiannya juga tidal apa-apa ya Allah."

"Jadi keinget sinetron jaman dulu pesantren Rock and Roll yang waktu itu ga si?"

Terpikat Pesona Ning RumDonde viven las historias. Descúbrelo ahora