Cluster 25

1.7K 119 8
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim,,

Halo Gais, aku lagi nguwantok banget ini, jika jalan ceritanya agak ga nyambung dan ga jellas, pliiisss dimaafin ya! Huaaaaa!

***

"Rum!"

Aku menoleh ke arah pintu. Seseorang datang menghampiri. Dia adalah Rafif.

"Eh Raf! Balik juga akhirnya."

Rafif meletakkan kresek hitam ukuran sedang di atas meja.

"Sedikit oleh-oleh buat kalian berdua."

"Huaaa serius? Hmm makasih banget!" celutuk Sarah berbinar.

"Oh iya, Siang nanti kalain berdua ada jam nggak?"

"Siang nanti sih nggak ada. Kenapa?"

"Mau gabung ke panti asuhan tidak? Kasus kemaren sudah ada kemajuan, Alhamdhulillah."

"Hei, aku sih gabung! Kangen banget sama bayi yang gemoy waktu itu Raf!"

"Bayi Pakistan?"

Sarah mengangguk.

"Bayi itu katanya telah diadopsi Sar,"

"Hah? Yang bener? Siapa yang mengadopsinya?"

"Pejabat kota, entah siapa."

"Huaaaaaa padahal aku udah jatuh cinta kepadanya loh. Pengen banget mengadopsinya."

"Sarah, mengadopsi bayi tidak semudah itu, apalagi kita masih sibuk kuliah. Takutnya malah ga keurus." Sahutku kemudian.

"Iya sih, tapi ya sudahlah. Semoga bayi itu berada di tangan yang tepat."

"Amiin amiin, semoga saja begitu. Oh iya Rum, kamu jadi ikutan nggak?"

Aku terdiam. Sebenarnya, aku telah ada janji dengan Gus Sena untuk mempersiapkan keberangkatan kami besok ke Kediri.

"Kira-kira sampai malam tidak?"

"Sepertinya paling lambat ya magrib, Rum."

Aku terdiam sejenak menimbang-nimbang. Ingin sekali memberitahu Gus Sena namun aku tidak menyimpan kontak whattsapnya.

"Baiklah tidak mengapa, aku gabung kalian ya!"

"Oke, nanti kita kumpulnya di parkiran bawah gedung perpustakaan ya, aku tunggu kalian disana."

Aku dan Sarah mengangguk setuju, kemudian membiarkan Rafif pergi dari hadapan kami berdua.

"Kamu nggak ada niatan ngabarin Gus Sena dulu? Takutnya nanti kita telat pulangnya Rum. Jam karet selalu mewarnai kehidupan manusia-manusia Indonesia soalnya."

"Kalau Cuma niatan sih ada."

"Terus?"

"Ga punya kontak wa nya Sar!"

Sarah tampak terkejut. "Kok bisa?"

"Ya bisa-bisa aja, selama ini kami berdua belum pernah bertukar pesan apalagi telponan.

Sarah menggeleng heran, batinnya bertanya-tanya. Biasanya, penganten baru sukanya saling lengket kayak perangko. Nggak mau berjauhan dan pengennye deketan terus. Selalu khawatir saat salah satunya tengah bepergian. Kenapa kisah rumah tangga Rum berbeda? Oh iya lupa, Rum dan Gus Sena menikah karena perjodohan. Tapi, setiap pernikahan hasil perjodohan apakah memang sekaku itu? Perasaan Mbak Jum dan Mas Yanto tetangga di kampung juga langsung jatuh cinta deh!

"Semasa kamu belum nikah aja tuh, kamu pulang malam bisa menimbulkan masalah, apalagi sekarang kamu udah ada suami Rum?"

"Kata Rafif tadi Cuma sampai magrib kok."

Terpikat Pesona Ning RumWhere stories live. Discover now