Cluster 51

1.6K 123 8
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim,,


Halo, seperti biasa gais, No Edit No Cut wkwkwkk

Tapi semoga ke-typoanku ga bikin rusak jalan cerita huaaaa.


***

"Rum, kenapa wajah kamu muram si? Gus Sena tidak memberimu uang saku?" tanya Sarah tatkala kita barusaja di duduk di kantin kampus yang berada di lantai paling bawah. Lebih tepatnya lagi berada di depan gedai ayam geprek pak Bolang yang paling digandrungi banyak orang. Selain rasanya yang enak dengan sambel paling nampol, harganya sangat mahasiswaable, ramah di dompet siapapun.

"Di kasih kok, se kartu-kartunya juga malah." Aku menunjuukan kartu debit yang jusimpan di belakang casing ponselku.

"Huaaa pasti saldonya unlimited!'

"Ngawur! Nggaklah. Tapi amiin sih."

"Mau nonton ga? Ada film horor baru yang tayang loh! Ratingnya bagus, Banyak banget yang merekomendasikannya. Banyak lewat di fyp dari kemarin, bikin kepo."

Aku menggeleng pelan.

"Lagi ga pengen."

"Dih, biar kamu ga galau terus Rum, have fun gituloh, sebelum kita kkn."

"Gimana kalau kamu temeni aku belanja keperluan yang akan kubawa ketika kkn aja? Belum sedia apa-apa nih!"

"Boleh-boleh. Ada imbalannya ga?"

"Astaghfirullah, perhitungan banget jadi teman."

"Ahahahah ga gitu juga Rum. Ini namanya simbiosis mutualisme. Kita berdua sama-sama untung. Btw kamu galau kenapa?"

"Sebenernya aku ga galau si, lebih ke kesel aja. Coba bayangin, Gus Sena pergi ke Seminar di luar kota, bukannya pamitan eh malah main ngilang." Aku mencurahkan segenap emosi yang kutahan.

"Ciyee yang ldr-ran nih! Berapa hari perginya? Sebulan?"

Aku menggeleng. "Kalau ga ada halangan, katanya dua hari doang."

Sarah tersentak. "Astaghfirullah Rum! Dua hari ga lama! Cuma 48 jam tau ga sih."

"Iya tau, hanya 2880 menit doang kan?"

"Isy, isy, isy, dasar bucin kamu Rum!"

"Aku ga bucin, Sarah! Kesel doang."

"Itu namanya BUCIN, Arumi!"

"Kamu tidak tau rasanya jadi aku sih,"

"Aku memang belum merasakan bagaimana menjadi istri seperti kamu Rum, tapi untuk masalah percintaan, teori dan pengalamanku jangan diragukan lagi."

Perdebatan yang terjadi antara aku dan Sarah terhenti ketika dua piring ayam geprek beserta es teh manis mendarat di meja kami.

"Dah ah, makan aja!"

"Jangan lupa baca doa!" Aku menghentikan sendok yang dipegang sarah tatkala hendak masuk kedalam rongga mulutnya.

Gadis bermata sipit itu menyeringai.

"Rum, sejak kapan?" Aku dan Sarah yang tengah makan siang ayam geprek sambel ijo menoleh kearah Rafif yang tiba-tiba duduk di hadapan kami berdua.

Keningku berkerut penuh kebingungan. "Sejak kapan? Apanya Raf?"

"Menikah. Sejak kapan kamu telah menikah Rum?" Nada bertanya Rafif amat serius.

Aku tersentak, Sarah juga.

"Kamu tau darimana?"

"Berita pesantren kamu yang sedang viral akhir-akir ini."

Astaghfirullah Arumi! Aku mengutuk diriku sendiri. Bisa-bisanya aku melupakan suatu fakta yang akan terbongkar akibat berita viral yang kualami. Pastas saja sejak kemaren banyak dari teman kampus yang menelisikku melalui tatapan matanya. Mungkin saja mereka juga terkejut dengan fakta baru bahwa aku telah menikah.

Terpikat Pesona Ning RumWhere stories live. Discover now