Cluster 39

1.5K 113 7
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim,,


Seperti biasa gais, No Cut No Edit ya Gais.

Tolong maklum hehe

Kalau di tegos juga tambah seneng aku  eheeh


***

Untuk malam ini, entah mengapa tidurku terasa sangat indah dan berharga. Tubuhku yang pegal-pegal dan kelelahan seakan merasakan surga duniawi, entah karena ranjangnya yang teramat empuk atau karena wangi lavender yang memenuhi ruangan kamar. Aku melirik jam berbentuk bulat yang bertengger di atas pintu. Tepat pukul 1 Dini hari.

Saat tubuhku berbalik ke kiri, kedua bola mataku dikejutkan dengan keberadaan Gus Sena yang telah tertidur pulas di ranjang kosong sebelah kiriku.

Mulutku hampir saja menjerit, namun tanganku berhasil membungkam, jika tidak, orang-orang akan salah paham sebagaimana yang dikatakan Gus Sena tadi.

Gus Sena menggeliat, kemudian membalik tubuhnya kearah kanan, kearahku.

Aku tersentak hebat.

Baru kali ini, aku berada di radius terdekat dengan Gus Sena. Dalam keadan mata bertemu mata, hidung bertemu hidung, mulut bertemu mulut, dan kening bertemu kening. Tak lebih dari 40 senti.

Aku menahan napas, entah mengapa tubuhku menegang. Keringat dingin bercucuran. Akal menginginkan untuk beranjak namun tubuh tak mampu bergerak.

"Tahan Rum, tahan! Itu Gus Sena, bukan hantu!"

Ritme pernapasan Gus Sena begitu teratur. Aku baru menyadari, ternyata Gus Sena lumayan tampan juga, dalam keadaan tidur pun, ia tetap terlihat tampan dan menawan. Pantas saja banyak sekali perempuan yang mengidamkannya.

Aku menatap secara seksama dan mendetail setiap inci wajah Gus Sena. Mulai dari alisnya, hidungnya, kedua matanya, bibirnya, rahangnya, semua tampak terpahat dengan sempurna. Ternyata ini adalah alasan Sarah sering mengataiku sebagai istri yang tak bersyukur telah memiliki suami seperti Gus Sena. Sebagai penikmat lelaki good looking, penilaian Sarah tak pernah salah.

"Dari nilai 1 sampai 10, Gus Sena dapat nilai 9,9 loh Rum!" kata Sarah tatkala aku dan dia bertemu Gus Sena di Panti Asuhan untuk pertama kali.

"Gausah lebah deh. Perasaan dari dulu sampai sekarang wajah Gus Sena ya gitu-gitu aja, ga ada yang berubah. Kamu ingat pernah ketemu waktu SMA bukan?"

"Ingat kok ingat, tapi berubah loh Rum, sekarang tuh lebih dewasa dan damagenya lebih aduhai. Gitu lah pokoknya, bingung aku yang mau jelasin."

"Bedanya Cuma satu tau nggak? Sekarang lebih keriput dari dulu. Udah, itu aja."

"Heh ngawur kamu Rum, mana ada Gus Sena keriput? Bener-bener istri yang tidak tau bersyukur kamu tuh."

Aku buang muka, malas bercampur jengah.

"Aku gatau ya, sekarang bagaimana pandanganmu terhadapnya, tapi perlu kamu ingat Rum, sekarang memang tidak penting, tapi suatu hari kamu perlu tau."

"Apa sih Sar? Jangan sok serius deh!"

"Menurut penilaianku, Selain tanpan rupawan dan berpendidikan tinggi, Gus Sena juga agamis tingkat dewa bukan? Tak sedikit perempuan yang mengidamkannya agar menjadi imam, dan sebagian dari mereka mungkin rela menjadi istri keduanya."

Aku segera menyela ucapan Sarah. "Nah, itu adalah keinginanku Sar, jika memang ada, aku tak pperlu repot-repot mencarikan istri kedua untuk Gus Sena!"

Terpikat Pesona Ning RumWhere stories live. Discover now