Cluster 12

1.9K 138 6
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim,,


***

"Ingat ya teman-teman. Rukun islam ada 5. Satu Syahadat, dua sholat, tiga zakat, empat puasa, dan yang terakhir adalah naik haji bagi yang mampu." Ning Rum berkata seraya membetukan jilbab putihnya. Saat itu Ning Rum masih menginjak kelas 1 SMA.

"Rum. Kalau aku sih sholat terus, tapi hanya dhuhur, Magrib, dan isyak saja. Gimana hukumnya?"tanya seseorang yang duduk dihadapannya. Ning Rum dan teman-temannya tengah duduk dan makan siang di sebuah restoran dekat dengan sekolah mereka.

"Kalau bisa, ya harus 5 waktu di kerjakan semua Yun, kasihan shubuh dan ashar, nanti mereka berdua cemburu loh!"

"Tapi, aku shubuhnya sering kesiangan terus, gimana donga?" seoarang berambut keriting menimpali.

"Pasang alarm, terus tekatkan niat, insyaAllah bisa bangun tepat waktu. Soalnya, jika hanya bertumpu kepada alarm, banyak sekali orang-orang yang mematikannya setelah berbunyi, kemudian tidur lagi hehe." Ketiga temannya mengangguk mengiyakan.

"MasyaAllah Rum, kamu sholihah banget sih!"Ning Rum tersedak Juz apel yang diminum setelah mendengar celetuk dari temannya yang berambut keriting.

"Jangan ngawur, kamu masih belum tau aku sampai akar-akarnya. Nggak ada unsur sholihahnya sama sekali wkwkwkwk. Kalau kamu tanya tentang aku kepada tetanggga-tetangga di rumah, pasti mereka menjawab 'ooo Rum yang badung itu ya? Rum yang bandel itu ya? Atau Rum yang tengil itu ya?' Nggak ada baik-baiknya kan?"

"Tapi setidaknya, kamu lebih baik dari aku Rum." Perempuan berjilbab putih yang duduk disampingnya juga menimpali.

"Disini, nggak ada yang lebih baik dari yang lain atau yang paling baik gaes, kita sama, sedang berada di fase berusaha tidak menjadi buruk hehe."

"Eh iya Rum, ngomong-ngomong hal yang paling tidak kamu sukai apa sih?"

Ning Rum terdiam. Berpikir. "Hem, apa ya? Hal yang tidak aku sukai mungkin pengekangan atau pembatasan dalam berpendapat kali ya? Ya intinya aku suka kebebasan, jadi kalau ada yang membatasi gerakanku, aku nggak suka."

"Tapi, kamu dirumah dikekang nggak?"

"Ya tergantung. Biasanya di kekang, biasanya nggak. Kalau aku dikekang tentang keinginan, seringkali aku negoisasi dulu sama orang tuaku hehe."

"Bukti kalau kamu agak di kekang lumayan kelihatan sih, solanya kami lihat kamu sering diantar jemput ya Rum, yang jemput beramai-ramai lagi."

Ning Rum hanya tertawa sumbang.

"Yang biasanya jemput kamu siapa itu Rum? Tentunya bukan supir kan?"

"Aduh, yang mana?"

"Yang biasanya pakai sarung, kopiah hitam." Ning Rum terdiam. Yang dimaksud itu mungkin aku, karena Cak Sinul jarang mengenakan kopiah hitam.

"Yang ganteng itu loh Rum, Mas kamu ya? Kenalin dong, mau banget dijadikan makmum!"

Ning Rum masih terdiam.

"Eh, setelah ini adzan dzuhur loh, langsung siap-siap ke Masjid sekolah yuk! Biar kalian menjadi makmum disana saja."ajak Ning Rum, kemudian berdiri mendahului teman-temannya yang tampak sedikit kecewa.

Aku yang duduk tak jauh dari Ning Rum dan teman-temannya hanya diam dan menyimak hingga mereka pergi.

***

"Buya percaya kamu bisa merubah dan membimbing Arumi menjadi lebih baik, Sen!"

Seminggu sebelum pernikahan ajaib ini terjadi. Abuya Ja'far menemuiku ke Kediri. Dengan disaksikan Abah dan Ibuk, dan ditemani Ummah Hafsah, beliau meminangkan putri satu-satunya agar kujadikan istri.

Terpikat Pesona Ning RumWhere stories live. Discover now