10✔️

14.6K 1.5K 14
                                    

Sore harinya Ethan menuju kamar kakaknya, ia membawa nampan berisi makanan yang di berikan mamanya, karena sang kakak belum makan.

Tok.. Tok..

Ethan mengetuk pintu kamar Ciel lalu tak lama terdengar suara sahutan dari dalam, Ethan masuk setelah mendapat izin dari pemilik kamar.

"K-... " Ucapan Ethan terhenti ketika melihat buku yang berserakan di atas lantai dan sang kakak tengah asik membaca di antara tumpukan buku itu.

"K-kenapa bisa gini? " Tanya Ethan, ia meletakkan nampan tadi di atas meja.

"Jatuh" Jawab Ciel acuh ia masih fokus dengan buku yang ia baca.

"Makan dulu kak" Ethan memberikan nampan berisi makanan tersebut kepada Ciel.

Ciel melirik makanan yang berada di atas nampan, ia kemudian mengubah posisinya.sebelum itu Ciel memberi tanda pada halaman buku yang ia baca.

"Buku kakak banyak banget, gak minta sama papa buat ruang baca aja kak? " Tanya Ethan menatap sekeliling kamar yang hampir di penuhi oleh buku.

"Oke" Jawab Ciel setelah menelan makanan di mulutnya.

Ethan menatap buku yang berserakan di lantai, rata rata hanya buku sejarah yang tebal hingga ia melihat buku yang menurutnya menarik atau mungkin novel.

Novel bergenre sejarah dan fantasi Ethan memungutnya, ia kemudian mendekati Ciel yang sudah selesai memakan makanannya meski tidak habis, kebiasaan sih.

"Kak, boleh pinjam gak? " Tanya Ethan memperlihatkan novel yang ia ambil tadi.

Ciel melirik buku yang di pegang Ethan ia membaca judul novel tersebut lalu mengangguk, ia sudah selesai membaca novelnya.

Ethan membaca novel tersebut dengan tenang, Ciel juga melanjutkan membaca bukunya. hening,,,tak ada yang bicara mereka fokus dengan buku yang di baca,hanya ada suara kertas yang di balik dalam kamar tersebut.

Di sisi lain.

"Gue duluan" Ucap Haru kepada Vano.

"Hm" Jawab Vano mengangguk ia sedang sibuk dengan ponselnya.

Tak lama setelahnya Vano juga pergi meninggalkan kelasnya menuju parkiran, jadwalnya tidak terlalu padat ia juga tidak ada kuliah malam hari ini.

Vano menaiki mobilnya, ia akan mampir di toko hewan untuk membeli kucing dan toko buku sesuai janjinya kepada adiknya.

Vano berhenti di toko hewan ia keluar dari mobil dan masuk ke dalam toko, Vano menuju seorang pemuda yang sedang memberi makan seekor kucing.

"Permisi" Ucapnya.

"Astaghfirullah" Ucapnya kaget dan berbalik melihat Vano yang berdiri di belakangnya

"Ah, maaf" Ucap Vano merasa bersalah.

"Tidak apa apa, ada yang bisa saya bantu tuan? " Tanya nya.

"Saya ingin membeli kucing ini" Ucap Vano menunjuk kucing persia dengan bulu berwarna putih dan mata biru yang indah.

"Baiklah, sebentar saya akan memeriksanya" Pemuda tersebut membawa kucing yang tadi di pilih oleh Vano.

Sambil menunggu Vano juga melihat hewan yang ada di sana, tak berapa lama pemuda tadi kembali dan memasukkan kucing tadi ke kandang yang baru.

"Harganya lima juta tuan" Ucap pemuda tersebut.

Vano membayar dengan kartu gold nya, lalu membawa kucing ke dalam mobil, ia masuk dan mengendarai mobil mencari toko buku.

Vano berhenti dan mampir ke toko buku ia membeli tiga novel dan dua komik lalu kembali ke mobil dan pulang menuju ke rumahnya.

25 menit perjalanan akhirnya Vano sampai di rumah ia meminta seorang bodyguard membawa kucing yang ia beli tadi ke dalam.

"Loh, kamu mau pelihara kucing Van?" Tanya Sendy melihat seorang bodyguard di belakang Vano membawa seekor kucing.

"Ini punya Ciel, aku ada janji sama dia buat beliin kucing" Jawab Vano.

"Janji? Adik kamu yg minta?" Tanya Sendy lagi.

"Bukan ma, aku yg janji buat beliin. bukan Ciel yang minta" Jawab Vano terkekeh di akhir kalimatnya.

"Kalau Ciel yang minta mama udah pasti kaget, kan dia lebih suka baca buku. mungkin kalau dia minta di buatin perpustakaan pribadi mama gak bakal kaget" Ucap Sendy membuat Vano terkekeh mendengarnya.

"Kalau gitu aku ke atas dulu" Vano naik ke atas menuju kamarnya, bodyguard yang tadi sudah dulu ke atas.

Kembali ke Ciel.

'What? Apa? Apa? ' batin Ciel, ia mengerutkan dahinya sambil terus melanjutkan membaca buku.

'Itu pembunuhnya si cerli, mudah banget nebaknya' Ciel membalik halaman berikutnya, tanpa sadar ia sudah sampai di halaman terakhir.

Brak..

Ciel membanting buku yg ia baca membuat Ethan kaget, Ethan menatap wajah Ciel yang terlihat menyeramkan dengan sorot mata yang dingin.

'Heh! Itu cewek kok gak langsung di bunuh, mana penyiksaan-nya ringan lagi' batin Ciel kesal.

Bagaimana tidak kesal, cewek yang bernama 'Resa' yang berkhianat pada organisasi, ketika di siksa terlalu berisik dan menangis memohon ampun lalu berucap tak jelas dan tertawa sendiri membuatnya terlihat seperti orang gila.

Di tambah lagi mereka hanya memberinya cambuk dan air es, seharusnya mereka memberinya air asam agar teriakannya semakin kencang dan mulutnya robek karena terlalu kencang ketika berteriak itu baru penyiksaan,ini apa lah.

Kalau gitu langsung bunuh aja terus ambil organ tubuhnya untuk di jual di pasar gelap jadi mereka tidak akan kekurangan duit karena 'Resa' yang korupsi tadi.

Puk!

Ciel tersadar dari pikiran nya karena tepukan di bahunya, Ethan  menatap Ciel khawatir.

"Kakak gak papa? " Tanya Ethan.

"Iya" Jawab Ciel, ia membuka kacamatanya dan meletakkan di atas meja.

"Aku ke kamar dulu, bukunya aku pinjam ya kak" Ucap Ethan keluar dari kamar Ciel.

Ciel membereskan buku yang berserakan di lantai, ia menyusun di rak paling atas karena memang tadi buku tersebut jatuh ketika ia ingin mengambil novel tadi.

Selesai membereskan buku yang jatuh tadi Ciel mengambil kaca matanya dan menuju meja belajar mengerjakan tugas yang di berikan oleh bu Aan tadi siang.

»»————><————««»»————><————««

Yahho~

Segini dulu bye bye. Jangan lupa vote and coment!
See you (*´︶'*)♡Thanks!

KEHIDUPANKU YG KE 15 [END] Where stories live. Discover now