37

4.1K 445 5
                                    

Kendrick menatap terkejut ke arah Ciel yang tersenyum ke arahnya, ia tidak salah lihat kan ah tidak itu memang Ciel.

"Kau! "

"Yo bagaimana penyamaran ku barusan? " Ciel membuang topengnya lalu menatap Kendrick yang terdiam.

"Heh~, aku bahkan tidak menyadarinya kau boleh juga"

Syut

Kendrick menghindari pisau tersebut ia menatap tajam ke arah Ciel, lalu mulai menyerang nya Ciel menghindar dan mencoba membalas pukulan Kendrick.

"Pantas saja kak Serena tidak menyukai mu" Ciel menyeka keringatnya yang bercucuran.

"Ku kira kau sudah mati karena racun itu" Kendrick menyeka darah di ujung bibirnya.

"Ternyata kau memang tidak ahli berkelahi ya"

"Berisik, dasar bocah" Kendrick mengambil belati nya dan kembali menyerang Ciel.

'Belati ini beracun, aku tidak boleh terkena belati ini' Ciel menghindari belati tadi dan mengambil belati miliknya.

"Sepertinya kau sudah tau belati ini beracun"

"Ya, karena kau merupakan ahli racun sudah pasti senjatamu mengandung racun, karena kondisi fisikmu benar begitu kan? " Ciel menangkis belati yang hampir mengenai lengannya.

"Sialan" Kendrick yang termakan provokasi dari Ciel menyerangnya dengan ugal ugalan.

Sret

Belati Kendrick menggores pipinya, Ciel mengambil jarum yang sudah di beri racun dan melayangkan nya ke arah Kendrick.

Kendrick terkena beberapa jarum, ia langsung mencabutnya dan kembali menyerang Ciel, pertarungan sengit itu terus berlanjut.

Di mansion Viktor seperti yang di katakan oleh Ciel Serena bertunangan dengan sahabat nya sewaktu kecil.

"Baiklah dengan ini kamu tidak akan di ganggu lagi" Ucap Hendrick mengelus rambut putrinya dengan lembut.

"Ya" Serena mengangguk singkat menanggapi ucapan sang ayah.

"Om,Ciel udah baikan? " Tanya Cristian Born tunangan Serena.

"Sudah, tapi dia harus rutin meminum obatnya"

"Aku boleh melihatnya? "

"Dia sudah tidur, lebih baik kau bertemu dengan nya besok" Cristian mengangguk mengerti.

"Besok kami akan datang lagi, aku ingin melihat kondisi Ciel" Ucap
Harry Born ayah dari Cristian.

"Karena ini sudah larut, kami akan pulang" Ucap sang istri yang bernama Tania Born.

"Baiklah, hati hati" Mereka mengantarkan keluarga Bron sampai ke depan.

Mereka melambai sebagai tanda perpisahan, setelah mobil yang di gunakan keluarga Born menghilang mereka masuk ke dalam.

"Kembalilah ke kamar kalian" Perintah John yang langsung di angguki oleh yang lainnya.

Di sisi lain Ruen dengan samar dapat mendengar suara ribut dari dalam, karena ruangan yang kedap suara ia hanya bisa mendengar dengan samar apa yang terjadi di dalam.

"Apa tuan Kendrick sudah keluar? " Pertanyaan itu membuatnya tersadar dan menatap ke arah si penanya.

"Belum, mereka masih berada di dalam" Jawab Ruen sedikit menunduk, Gilang mengangguk mengerti lalu pergi dari sana.

Ya yang bertanya tadi ialah Gilang tangan kanan Kendrick yang sangat terpercaya, Ruen melirik ke arah lorong yang sudah kosong setelah kepergian Gilang.

"Ciel kau baik baik saja" Bisik Ruen dengan nada khawatir.

"Ya" Ruen dapat mendengar suara benda tajam yang saling beradu dan beberapa benda pecah.

"Baiklah, hubungi aku jika situasi darurat"

"Oke"

Ciel yang tidak fokus mendapatkan beberapa luka, pergerakannya juga sedikit lambat karena efek dari racun. Begitu juga dengan gerakan Kendrick yang sedari awal memiliki banyak celah membuat celah yang semakin lebar.

"Kau juga menggunakan racun ternyata" Kendrick mengambil pistol di sakunya, Ciel terdiam beberapa saat menetralkan nafasnya.

"Ada kata terakhir? " Tanya Kendrick sebelum menarik pelatuk pistolnya.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu" Kendrick mengedipkan matanya tapi Ciel sudah tidak ada di depannya.

"Ada kata terakhir? "

Dor

Kendrick berbalik ketika merasa sakit di bahu kirinya, Ciel menghindar namun ia kalah cepat kala peluru tersebut menggores pinggangnya.

Bruk

Kendrick terjatuh karena tak dapat menahan berat badannya tubuhnya yang memang lemah semakin lemah karena racun, tak jauh berbeda dengan Ciel staminanya hampir terkuras harus berurusan dengan Kendrick.

Dor

Karena lengah Ciel terkena tembakan di dada kanannya, Ciel berlutut mencoba menahan rasa sakit di dadanya.

"Sialan" Desis Ciel, ia mengambil pistol dan mengarahkan ke arah Kendrick.

Dor
Dor
Dor

"Jika aku mati kau juga harus mati" Setelah mengatakan itu Ciel terjatuh di samping mayat Kendrick.

"Ruen" Lirih Ciel sebelum kegelapan menghampiri nya.

Di luar Ruen yang khawatir hampir saja masuk ke dalam ruangan, ia mencoba menetralkan ekspresi wajahnya ketika Ada salah satu penjaga yang lewat.

"Ruen"

"Ciel! Kau baik baik saja?! " Ruen berbisik membalas ucapan lirih Ciel.

"Ciel aku akan masuk" Tak mendapat jawaban Ruen akhirnya masuk setelah memastikan tidak ada orang.

Di dalam Ruen segera mencari Ciel tak lama ia melihat Ciel yang tergeletak di lantai dengan mayat Kendrick di sampingnya.

"Ciel, kau bisa mendengar ku?!" Ruen membalik tubuh Ciel yang penuh luka.

"Sialan! dia pingsan, aku harus keluar" Ruen menggendong Ciel di punggungnya lalu menuju balkon yang berada di sana.

"Ini lantai dua, di sana juga tak ada penjaga" Ruen mengeratkan pegangannya pada tubuh Ciel.

Setelah memastikan tubuh Ciel terikat dengan kain ia melompat ke bawah, satu tangannya menahan Ciel agar tidak terjatuh.

Mereka mendarat dengan selamat Ruen segera berlari menuju tempat awal mereka sebelum penjaga datang, setelah sampai di tempat persembunyian mereka tadi Ruen menurunkan Ciel dan mengambil tas laptop yang berisi obat dan penawar racun.

Ruen dengan cepat menusukkan jarum yang berisi penawar racun lalu mengobati luka gores Ciel yang cukup parah, setelah ia mengobati Ciel ia menyusun kembali peralatan tadi.

"Tunggu, ini luka tembakan! "

"Kita harus ke rumah sakit" Ruen mengambil tas tadi dan menggendong Ciel yang masih tidak sadarkan diri.

"Mobilku tidak jauh dari sini, bertahan lah"

»»————><————««»»————><————««

Yahho~

Aku gak jago bikin adegan pertarungan maklumin aja ya🙂

Typo!!

See you(*´︶'*)♡Thanks!

KEHIDUPANKU YG KE 15 [END] Where stories live. Discover now