38[END]

6K 440 7
                                    

Di mansion Viktor John yang mendapat panggilan dari Ruen segera memanggil Henry untuk memeriksa kamar cucunya.

Ia memanggil Deral dan Defron untuk ikut dengannya menuju rumah sakit yang sudah di beri tau oleh Ruen.

"Ada apa pa? " Tanya Deral melihat raut wajah John yang tak bersahabat sama sekali.

Tok tok

"Tuan, tuan muda Ciel tidak ada di kamar sama sekali" Henry masuk setelah mengetuk pintu, wajahnya terlihat panik.

"Kau yakin? " Tanya Defron dan Deral secara bersamaan.

"Saya sudah memeriksa kamarnya dan tidak menemukan keberadaan tuan muda Ciel"

"Ikut aku" Belum selesai keterkejutan keduanya, mereka harus mengikuti John.

"Kau juga Henry"

"Baik"

Mereka menuju ke depan rumah yang sudah terdapat mobil dan Theo yang menunggu mereka, John memasuki mobil di ikuti oleh kedua anaknya.

Henry duduk di sebelah pengemudi, mereka berangkat menuju rumah sakit yang di beri tau oleh Ruen sebelumnya.

Di markas Kendrick kini mereka di hebohkan dengan tubuh Kendrick yang berlumuran darah.

Gilang sebagai tangan kanan Kendrick segera membawanya ke rumah sakit, ia menuju rumah sakit milik keluarga Kendrick.

Begitu sampai di rumah sakit Kendrick segera di tangani oleh dokter, Gilang kembali ke mobil mengambil ponselnya yang tertinggal.

Tring..

'Suara apa itu? ' Gilang terkejut mendengar suara ponsel di begasi mobil yang ia gunakan.

'Tunggu, aku tak melihat tuan Foren tadi hanya ada tuan Kendrick di dalam' Gilang mencoba menghubungi Foren.

Tring..

Ia kembali mendengar suara ponsel karena penasaran Gilang membuka begasi mobil, begitu terbuka ia di buat terkejut melihat Foren yang terikat dan mulut di lakban.

"Tuan Foren! " Serunya terkejut

"Mmmm"

"Ah maaf kan saya" Gilang membantu Foren membuka ikatan tangan dan kakinya.

"Anda baik baik saja? " Gilang membantu Foren untuk keluar.

"Kenapa anda bisa di sini? Bukannya ada bersama dengan tuan Kendrick?? " Gilang di buat terheran heran olehnya.

"Itu bukan saya"

"Ceritanya panjang sekarang aku harus menemui Kendrick" Mereka masuk ke rumah sakit dan menunggu Kendrick yang sedang di tangani oleh dokter.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

"Bagaimana ini bisa terjadi?! " John menatap Ruen meminta penjelasan.

"Ceritanya panjang" Ruen menjawab dengan tenang.

"Ceritakan!! " Deral mendesak Ruen untuk menceritakan kejadian yang menimpa anak tengahnya.

"Dua hari lalu... " Ruen mulai menceritakan dari mereka yang mulai membuat rencana untuk membunuh Kendrick.

Dua jam mereka habiskan untuk mendengarkan cerita dari Ruen, mereka terdiam dua hari ini mereka tidak curiga sedikitpun dengan Ciel yang terus berada di kamarnya mereka berpikir mungkin Ciel perlu lebih banyak istirahat.

Jadi merka membiarkan Ciel berada di kamarnya, mereka tidak menyangka jika Ciel membuat rencana selama dua hari itu.

Ceklek

Pintu ruang terbuka dokter keluar dengan wajah yang lelah dan putus asa? Entah lah mereka tidak bisa menebaknya.

"Bagaimana keadaan anak saya? " Deral bertanya dengan wajah khawatirnya.

"Lukanya terinfeksi oleh racun meski sudah di netralkan , kami melakukan operasi untuk mengambil peluru yang bersarang di hatinya tapi.. " Dokter menjeda ucapannya 

"Sudah terlambat hatinya terkena racun sehingga kehilangan fungsi pasien juga mengalami pendarahan parah, kami tidak bisa menyelamatkannya kondisinya sudah sangat parah. Kami hanya bisa menutupi luka nya"

(Ini aku ngarang aja ya, kalau salah di koreksi aja ya!)

"APA?! " Mereka yang berada di sana terkejut itu tidak mungkin kan? Katakan kepada mereka jika itu bohong.

"Dokter anda bercanda kan? " Ruen menatap dokter tersebut berharap itu tidak benar benar terjadi.

"Maaf tapi itu kenyataan" Ruen terduduk di lantai ia menyesal mengikuti ucapan Ciel tadi.

Andai saja ia masuk tadi, andai ia tidak mengikuti ucapan Ciel pasti Ciel akan selamat. Air mata nya keluar bagaikan air terjun yang terus mengalir.

"Tidak ini bohong, ini bohong kan?! " Deral menerobos masuk, ia melihat seorang perawat yang menutup seluruh wajah anaknya dengan kain putih.

"Tidak Ciel" Deral mendekat, perawat tadi sudah keluar ia tidak ingin menganggu Deral.

"Kamu bercanda kan? Kamu tidak akan pergi kan?! Jawab papa sayang! Kamu marah? " Deral meracau melihat wajah pucat Ciel yang damai, di wajahnya terlihat senyum kecil yang terlihat tulus.

"Kenapa kamu tersenyum seperti ini? Kamu senang melihat papa bersedih seperti ini? " Defron dan John terdiam melihat Deral yang kacau.

"Maaf ini semua salah ku" John menatap Ruen yang diam dengan air mata yang terus mengalir, tidak ada cahaya di matanya seperti saat mereka bertemu pertama kali.

"Ini bukan salahmu, semua sudah takdir" Ucap Defron ia tau apa yang di rasakan oleh Ruen saat ini.

"Tidak ini salahku, andai saja aku tidak mengikuti ucapan Ciel ini tidak akan terjadi Ciel pasti masih hidup jika aku menerobos masuk tadi" Defron membawa Ruen dalam pelukannya, John sedang menenangkan Deral yang terus meracau di samping mayat Ciel.

"Ini bukan salahmu, kamu sudah melakukan yang terbaik. Dia ingin menghabisi bajingan itu dengan tangannya, jika kamu di sana mungkin kamu tidak akan berdiri di sini" Ruen menangis dalam pelukan Defron.

Ciel adalah orang yang sudah membawanya untuk menjadi bawahannya, baginya Ciel adalah penyelamat hidupnya yang dulunya hanya seorang pengemis.

"Deral kamu harus mengikhlaskan kan Ciel dia sudah tenang" Deral tak membalas ucapan Ayahnya ia memeluk John dan menangis di bahu ayahnya.

John mengelus punggung Deral mencoba menenangkan anaknya.

"Urus semua" Ucap John pada Henry dan Theo yang berada di ambang pintu.

"Baik tuan"

»»————><————««»»————><————««

Yahho~

Typo!!

See you(*´︶'*)♡Thanks!

KEHIDUPANKU YG KE 15 [END] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora