24

7.6K 965 14
                                    

Ciel duduk menatap keluar jendela yg memperlihatkan gedung yg menjulang tinggi dengan lampu yg bersinar terang.

Ciel melamun entah apa yg di pikirannya, ia sudah seperti ini sejak selesai makan malam tadi, matanya menatap kosong pemandangan di depannya, ia sudah bosan hidup di dunia ini dan ingin mati dengan tenang.

Wajahnya yg pucat terlihat datar, perasaannya sudah tak berfungsi lagi, ia lelah. Semoga saja ini kehidupan terakhirnya karena tak melihat angka yg selalu berada di pergelangan tangannya, ketika hidup kembali.

'Jika aku mati nanti, aku harap aku tidak hidup lagi dan mati dengan tenang' batinnya, menatap pergelangan tangannya yg mulus tanpa ada angka angka yg selalu ia lihat.

Tanpa sadar ia membuat senyum tipis sangat tipis, ia kembali menatap keluar jendela menghiraukan tatapan khawatir dari ketiga wanita dewasa di sana.

"Sejak tadi, Ciel hanya memandang jendela kamarnya" Ucap Sendy berbisik.

"Kita lihat saja, jika ada hal berbahaya maka kita akan turun tangan" Ucap Vira di angguki oleh Rosa.

Tersadar dari lamunannya Ciel mengambil ponsel yg berada di nakas, ia hanya ingin bermain game untuk menghilangkan rasa bosan nya, ia bosan berada di sini semoga saja ia bisa cepat pulang.

Ceklek

Pintu terbuka masuklah Deral bersama yg lain, Ciel hanya melirik sekilas dan melanjutkan bermain game di ponselnya, Ethan mendekat ke arah Ciel ia terlihat membawa sebuah paper bag.

"Kak" Panggil Ethan yg di balas anggukan singkat oleh sang empu.

"Haa.., ini untuk kakak" Ethan memberikan paper bag tadi.

"Ya, makasih" Balasnya singkat, Ciel mengambil paper bag tersebut tanpa melihat Ethan dan masih fokus dengan HPnya.

Ethan hanya memaklumi hal tersebut, ia duduk di samping ranjang Ciel menunggu pemuda tersebut selesai dengan ponselnya.

Setelah Ciel selesai bermain game, ia menatap Ethan yg masih setia duduk menunggu nya selesai bermain, ia merasa tidak enak karena sikapnya tadi tapi itu juga bukan kesalahannya juga sih.

Ciel mengambil paper bag yg di berikan Ethan tadi, ia membukanya ternyata di sana terdapat sebuah buku dan kaca mata untuknya membaca.

Ahhh, adiknya memang pengertian, tau saja dia bosan di sini dan membelikan sebuah buku untuknya.

"Makasih" Gumam Ciel dengan senyum tipis di wajahnya, yg masih terdengar oleh Ethan meski ia tak melihat senyum di wajahnya.

"Ayo pulang, besok kalian sekolah" Ucap John membuat Ethan menatap lesu, ia ingin di sini menemani Ciel.

"Aku pulang dulu kak, pagi besok aku akan mampir" Ucap Ethan dengan wajah tak rela.

"Hati hati" Ciel melambaikan tangannya di balas lambaian oleh mereka.

"Nah, sekarang kamu harus tidur" Ucap Vira, membuat Ciel mengangguk dan tidur.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Pagi datang, Ethan sudah siap dengan seragam sekolahnya ia sedang berada di ruang makan, Rosa dan Sendy yg di dapur hanya bisa geleng geleng melihat hal tersebut. Mereka sudah pulang ke rumah setelah Ciel tertidur.

"Bekalnya udah ma? " Tanya Ethan, menyelesaikan acara sarapannya.

"Udah ni, buat kamu satu yg ini buat kakakmu" Sendy memberikan dua kotak bekal yg di Terima dengan baik.

"Aku pergi dulu"

"Hati hati" Ucap keduanya, melihat Ethan yg keluar dari ruang makan.

Tak lama setelahnya datanglah Serena dengan pakaian yg rapi, ia duduk di meja makan dan mengambil selembar roti.

"Masuk pagi, kak? " Tanya Sendy.

"Iya ma, yg tadi Ethan? " Tanya Serena, mengoleskan selai di rotinya.

"Iya, mau ketemu Ciel katanya" Jawab Rosa, memberikan buah apel yg sudah di cuci.

"Oh.., pantes" Tanggapnya.

Kembali ke Ethan yg berada di pintu kamar rawat Ciel, ia menghela nafas untuk menenangkan diri lalu membuka pintu tersebut.

"Kak udah ban-" Ucapan Ethan terhenti ketika melihat Ciel tergeletak di lantai dengan noda darah di telapak tangannya dan bajunya.

"KAK! " Ethan mendekat ia mengangkat tubuh Ciel dan menekan tombol di samping brangkar.

Ceklek..

Masuklah dokter Heros dengan dua perawat cowok, Ethan menunggu di sofa ia juga mengabari hal tersebut pada keluarganya yg lain. Ethan menatap khawatir pada Ciel yg sedang di periksa oleh Heros, semoga tidak ada hal buruk.

Heros mengganti infus Ciel yg masih tersisa setengah dengan infus yg baru, ia juga menyuntikkan cairan ke dalam infus tersebut, dia juga menyuntikkan cairan yg sama di lengan Ciel.

"Apa yg terjadi? " Tanya Ethan.

"Dia keracunan, kemungkinan ada yg memasukkan racun ke dalam infusnya" Jelas Heros.

"Siapa yg berani melakukan hal itu? " Tanya Ethan dengan mata tajamnya.

"Perkiraan ku racun ini di masukkan ketika dia tertidur, dan kemungkinan yg memasukkan racun tersebut ialah orang dalam" Sambung Heros, Ethan terlihat masih emosi namun jika di pikir lagi yg di katakan Heros ada benarnya.

"Aku akan ke sekolah, beritahukan ini kepada kakek dan yg lain" Heros mengangguk mengerti, setelahnya Ethan keluar dari sana.

'Siapa penghianat yg sudah meracuni tuan muda? Aku yakin dia masih ada di sini' batin Heros keluar dari ruangan Ciel.

"Jangan biarkan seorang pun perawat untuk masuk ke dalam" Ujar Heros kepada dua bodyguard yg berjaga di depan pintu kamar Ciel.

"Baik tuan"

»»————><————««»»————><————««

Yahho~

Maaf pendek, hehe..
Typo!
See you
(*´︶'*)♡Thanks!

KEHIDUPANKU YG KE 15 [END] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora