27

6.5K 748 14
                                    

Kenan mengendarai mobil dengan Ferla yg duduk memainkan ponsel di samping nya, mobil berhenti di lampu merah Kenan memberikan uang untuk pengamen yg berada di sana.

Lampu berubah hijau ia kembali menyetir, tak lama sampailah mereka di kampus Serena. ia memarkirkan mobil setelahnya keluar dari mobil di ikuti oleh Ferla.

Kenan sudah di beri tau di mana letak kelas kakaknya tadi, ia menggandeng tangan Ferla agar tidak terpisah. Mahasiswa/i yg berada di sana menatap keduanya dengan bingung.

Kenan hanya acuh dan menggendong Ferla ia meminta Ferla untuk memegang paper bag milik kakak mereka, Kenan menaiki tangga sambil sesekali menanggapi ucapan adiknya.

"Abang, kelas kak Rena masih jauh? " Tanya Ferla, Kenan menoleh dan tersenyum kecil.

"Gak kok, bentar lagi sampai" Jawab nya, Kenan terlihat memperhatikan sekitarnya mencari kelas kakaknya.

Tak lama akhirnya mereka sampai Kenan mengetuk pintu kelas yg tertutup, dosen yg ada di sana membuka pintu dan menatapnya bingung.

"Ada yang bisa di bantu? " Tanya dosen tersebut.

"Saya mencari Serena Viktor" Jawab Kenan, dosen tadi mengangguk mengerti.

"Serena ada yang mencari" Ucap nya, Serena bangkit dari duduknya dan menuju ke sana.

"Saya izin sebentar pak" Dosen tadi mengangguk.

"Kakak! " Seru Ferla ia merentangkan tangannya Serena mengambil alih tubuh Ferla dari gendongan Kenan.

"Itu, punya kakak" Ucap Kenan menunjuk paper bag yg berada di tangan Ferla.

"Makasih" Serena tersenyum dan menerima paper bag yg di berikan Ferla, Kenan berdehem menanggapi.

"Kak Rena pulangnya masih lama? " Tanya Ferla membuat keduanya menoleh.

"Hm? Mungkin, kenapa? " Jawab dan tanyanya sambil mencubit pipi Ferla.

"Akwu maw tengwok bwang Cwiel" Jawab Ferla yg pipinya masih di cubit itu.

"Kenapa gak pergi sama mommy? " Tanya Serena.

"Mommy sama mama gak bisa pergi, katanya ada urusan" Jawab Kenan mendapat anggukan dari Serena.

"Yaudah, entar malam kita ke sana ya" Ferla terlihat senang ia mencium pipi Serena sebagai bentuk rasa terimakasih.

"Makasih kak Rena" Ucapnya tersenyum lebar.

"Iya"

"Udah ya, kakak masih ada pelajaran, kalian hati hati pulangnya" Ucap Serena.

"Oke, semangat kak" Serena tersenyum lalu mencium kedua pipi adik ya yang masih terdapat lemak bayi.

Kenan mengambil alih Ferla ia sedikit menundukkan kepalanya yang mana hal itu membuat Serena terkekeh, lalu mengusap kepalanya pelan.

"Hati hati ya" Kenan mengangguk lalu pergi sedangkan Ferla ia melambai sambil tersenyum.

Serena juga tersenyum dan melambaikan tangannya, setelah punggung adiknya tak terlihat ia kembali ke kelas dengan wajah datar tidak sama seperti tadi.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Di sebuah ruangan dengan pencahayaan yg minim, terlihat di sana ada seorang yg duduk di kursinya dan seorang berdiri di belakangnya.

"Bagaimana? " Tanyanya.

"Semua berjalan dengan lancar tuan" Jawab pria yang berdiri di belakangnya.

"Oh, lalu bagaimana dengan 'nya'?" Tanya pria  itu menatap kertas yg berada di depannya.

"Semua baik baik saja, 'dia' terlihat seperti biasa mengikuti pelajaran nya" Jawab nya, pria tadi mengangguk dan memerintahkannya untuk keluar.

Setelah nya ia menatap bingkai foto yg terdapat foto seorang wanita dengan wajah datar serta rambut yg di ikat. Membuatnya mempesona, ia tersenyum kecil sambil mengelus bingkai foto tadi.

"Kalau aku tak bisa mendapatkan mu, maka aku akan membuat sepupu mu itu menderita" Gumamnya, tatapan matanya beralih pada botol kaca yg berisi cairan berwarna kuning.

"Hm, apa mereka bisa menemukan penawarnya sebelum 3 hari ke depan" Senyumnya semakin lebar memikirkan rencananya yg sudah terlaksanakan, hanya menunggu puncak permainan saja.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Ciel duduk diam dengan pikiran yg kosong matanya terus memandang bubur yg masih tersisa setengah, Henry sudah berusaha membujuk Ciel agar mau menerima suapan darinya namun Ciel hanya diam tak menjawab.

Henry menghela nafas sejenak, ia akhirnya memberikan mangkok berisi bubur tersebut dan memberikan Ciel obat dan minum.

"Tuan muda" Panggil Henry menyadarkan Ciel, ia menoleh ke arah Henry dengan bingung.

Ciel mengambil obat dan minuman tersebut ia memasukkan obat ke mulutnya dan meminum air putih di tangannya hingga sisa setengah, setelahnya ia memberikan gelas tadi kepada Henry.

"Tuan muda, anda ingin jalan jalan? " Tanya Henry, Ciel yg mendengar hal tersebut terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk.

"Tunggu sebentar saya ambil kursi roda dulu" Henry meninggalkannya sendiri, Ciel terdiam kembali ia menatap ke arah pintu kamar tempat Henry menghilang.

"Mati dalam diam" Gumam Ciel setelahnya pandangannya tertuju pada jendela, terlihat pantulan dirinya di sana wajahnya yg pucat dan matanya yg terlihat kosong

"Oh" Mulutnya berbentuk huruf 'o' hingga tak lama setelahnya masuklah Henry dengan kursi roda di tangannya.

Henry membantu Ciel untuk duduk di kursi roda lalu mereka keluar dari ruang rawat Ciel, terdengar suara berisik dan langkah kaki yg berjalan tergesa gesa begitu mereka sampai di lantai bawah.

"Henry" Ucap nya lirih yg masih di dengar oleh Henry.

"Ya tuan muda? " Jawab Henry.

"Aku ingin ke taman" Ucap Ciel, Henry mengangguk lalu mendorong kursi roda Ciel menuju taman rumah sakit.

Henry tersenyum kecil melihat tuan mudanya yg terlihat sedikit bersemangat karena sejak tadi Ciel hanya diam dan terlihat murung, bahkan selera makan tuan mudanya menurun drastis.

Ciel menatap taman yg di penuhi oleh bunga dan beberapa anak kecil yg bermain di sana, ia teringat pada kenangan di masa lalunya hingga tanpa sadar ia bergumam sendiri.

"Prof.Axlen" Gumamnya yg terdengar oleh Henry, Henry menautkan alisnya bingung dengan ucapan Ciel.

Mulutnya kembali terbuka lalu tertutup kembali itu terjadi beberapa kali, hingga ia melihat sosok yg tak asing baginya sedang berjalan ke arah mereka.

Ciel menatap Abang sepupunya Andra yg datang, ia berjalan mendekati Ciel yg terlihat acuh terhadapnya.

"Ciel, bagaimana keadaan mu? " Tanya Andra mengelus rambut adiknya.

"Baik..sedikit" Jawab Ciel setelah menjeda ucapannya sebentar.

Andra tersenyum tipis ia memberikan permen untuk adiknya itu, Ciel menerima permen tersebut dan memakannya setelah mengucapkan terimakasih.

"Lebih baik kita masuk, anginnya cukup kencang" Ucap Andra di angguki oleh Ciel.

Mereka akhirnya masuk ke dalam tanpa tau bahwa ada yg mengawasi ketiganya sejak tadi, setelah ketiganya masuk ia pun pergi dari sana.

»»————><————««»»————><————««
Yahho~

Maaf ya jelek
Typo!
See you (*´︶'*)♡Thanks!

KEHIDUPANKU YG KE 15 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang