15). Demam

2.6K 292 28
                                    


"Satria, saya gak bisa balik kantor jadi tolong kamu urus dulu biar nanti saya tinggal cek"

"..."

"Oke thanks"

Milen menutup sambungan telpon nya bersama sang sekretaris lalu kembali membalik kain yang dijadikan kompresan pada kening Nattaniel. Demam yang diderita Nattaniel semakin tinggi terlebih saat sore menjelang malam seperti ini, sedari siang Milen dibuat sedikit repot oleh Nattaniel yang susah sekali diajak berkomunikasi sampai akhirnya anak itu tertidur pulas dengan wajah yang memerah serta keringat yang terus bermunculan.

"Natt, makan dulu ya?" Tanya Milen lembut.

Erangan lemah Milen dapatkan dari Nattaniel yang kini masih memejamkan mata. Disaat seperti ini Milen sungguh dibuat bingung karena Milen tentu tidak mengetahui apa yang Nattaniel rasakan, anak itu terlampau diam dan tidak ingin berbicara.

"Mau boba"

Kening Milen sontak mengkerut bingung saat lirihan lemah terdengar oleh kedua telinga nya. Bukan, Milen bukan nya tidak mendengar apa yang Nattaniel katakan namun Milen tentu dibuat kebingungan oleh permintaan Nattaniel yang sangat tiba-tiba itu bahkan kedua mata Nattaniel tidak terbuka sedikitpun. Apakah anak itu mengigau?

"Mau boba!!" Bentakan lemah akhirnya Milen dapatkan setelah tidak merespon permintaan Nattaniel. Kedua mata sayu nan merah itu kini terbuka menatap Milen dengan kesal.

Milen berdecak pelan, "Gak ada. Kopi kapal api item aja, mau?"

"Orang gila" Decak Nattaniel yang kemudian membalikkan badan membelakangi Milen.

"Lagi sakit gak usah aneh-aneh. Mending minum air putih yang banyak"

Nattaniel dibuat merengut mendengar petuah Milen yang sama persis seperti orang tua, ngomong-ngomong soal orangtua Nattaniel jadi teringat pada kakek nenek nya yang sudah meninggal. Dulu saat ia masih kecil, setiap hari ia bermain bersama kakek nenek nya yang setiap hari selalu ada untuk Nattaniel. Tidak seperti kedua orangtua nya yang selalu mementingkan pekerjaan yang menyebabkan kurang nya kasih sayang dan juga perhatian kepada anak-anak nya, bahkan sedari kecil saat Nattaniel mengalami sakit pun yang paling berperan mengurusi nya adalah sang Nenek, tangan keriput milik Nenek nya itu selalu telaten dalam mengurus Nattaniel tanpa ada keluh sedikitpun.

Begitu juga dengan Kakek, setiap hari beliau selalu membawa Nattaniel kemanapun ia pergi bahkan dengan bangga beliau selalu memperkenalkan Nattaniel pada setiap orang yang dikenal nya. Kalimat yang selalu Kakek nya ucapkan masih teringat jelas dalam benak Nattaniel,

'Kenalin ini cucu ganteng saya. Namanya Nattaniel, mata nya sipit hidung nya masih pesek belum mau mancung'

Isakan pelan akhirnya lolos dari mulut Nattaniel membuat Milen semakin kebingungan terlebih suhu tubuh Nattaniel sepertinya semakin panas, Milen menaruh kain kompresan di atas nakas lalu lebih mendekat pada Nattaniel yang kini sedang menangis terisak membelakanginya.

"Natt, kok nangis? Yaudah aku beliin boba tapi janji jangan minum banyak-banyak. Mau rasa apa?" Tanya Milen yang sedikit kelimpungan melihat wajah Nattaniel kini sangat memerah.

Dengan gelengan lemah Nattaniel menjawab Milen, "Natt mau nenek kakek"

"Hah?"

Milen menggaruk kepala nya yang tak gatal saat Nattaniel tiba-tiba mengganti keinginan nya, oh ayolah bahkan Milen tidak pernah tahu seperti apa rupa nenek kakek Nattaniel dan dimana mereka berada.

"Oke, tinggal dimana nenek kakek kamu? Biar nanti aku suruh bawahan aku buat jemput mereka" Tanya Milen berusaha bersabar walaupun kini dirinya ingin melempar Nattaniel sampai ke hadapan orangtua nya.

Malchance (MileApo local) ✔️Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon