21). Pagi yang suram

2.2K 278 19
                                    


Suasana pagi hari di kediaman Nattaniel sangat lah sunyi, walaupun semua anggota keluarga Nattaniel lengkap berkumpul namun diantara mereka tidak ada satupun yang membuka suara sejak sarapan pagi dimulai. Nattaniel yang biasanya sedikit cerewet pun kini hanya bisa tertunduk memfokuskan diri pada kegiatan sarapan pagi nya, alhasil hanya terdengar suara dentingan piring yang beradu dengan sendok dan garpu yang menggema di ruangan tersebut.

Trengg

Pangestu meletakkan sendok serta garpu nya dengan sedikit keras membuat Nattaniel seketika mengangkat wajah, rasa kesal sangat tersirat dari tatapan yang Pangestu layangkan. Nattaniel pun yang merasa sedikit terintimidasi melirik halus Milen yang duduk tepat di sebelahnya.

"Jadi... Sejak kapan kamu berani mabuk-mabukan dibelakang Papah?" Tanya Pangestu dengan nada yang tajam.

Nattaniel meletakkan alat makan nya lalu memberanikan diri menatap balik sang Ayah, "Sejak satu tahun yang lalu. Aku udah gede, usiaku juga udah legal jadi Papah gak bisa larang-larang aku untuk hal ini"

"Begitu? Mau sampe kapan kamu bebal begini? Kamu itu sekarang udah lulus SMK, seharusnya kamu mulai menata masa depan. Mau sampe kapan kamu jadi beban orang lain dengan sikap kamu yang begundal itu?" Sarkas Pangestu membuat Nattaniel terdiam.

"Nak, sebentar lagi kamu menikah. Kamu harus bisa berubah dan jangan terlalu menggugu ego kamu sendiri, kasian Milen kalau kamu kayak gini terus" Sambung Bunda Lili.

"Aku gak-"

"Dek. Dengerin. Jangan nyela" Tegur Namira saat Nattaniel mulai membuka suara untuk melakukan segala pembelaan diri.

Milen terdiam tanpa melanjutkan sarapan pagi nya yang masih tersisa sedikit, keadaan yang sedikit menegangkan ini benar-benar membuat nafsu makan Milen hilang seketika. Semalam Milen telah menginap dan melakukan sesuatu yang kurang terpuji di kamar Nattaniel, dan ia harap Pak Pangestu ataupun Bunda Lili tak mengetahui hal itu karena jika mereka mengetahui maka suasana di tengah ruang makan ini akan semakin kacau.

Tidak, semalam Milen tidak melakukan hal lebih pada Nattaniel. Ia hanya membantu pemuda manis itu untuk mencapai kepuasan tanpa menerobos keperjakaan nya, Milen pikir untuk melakukan hal seperti itu rasa nya tidak adil jika salah satu dari mereka dalam keadaan yang tidak sadar jadi alhasil semalaman Milen menahan diri sekuat yang ia bisa agar tidak melebihi batas walaupun Nattaniel terlihat sangat indah dan cantik di matanya.

"Kalau kamu nggak mau berubah, Papah rasa pernikahan kamu dengan Milen akan dibatalkan" Ujar Pangestu membuat Nattaniel menahan nafas nya seperkian detik.

Milen menghela nafas panjang, "Om, maaf tapi saya ada disini juga sekarang"

"Bagus, sengaja saya ngomong begini depan kamu. Jadi, sebelum terlambat kamu boleh batalkan pernikahan ini. Kamu liat sendiri kan watak anak saya? Saya nggak mau mempermalukan keluarga nantinya"

"Pah... Pernikahan mereka tinggal hitung hari jadi Ira mohon jangan sembarangan kayak gini. Kasian Milen Pah terlebih keluarga kita pasti jadi bahan gunjingan nantinya" Jawab Namira tidak setuju.

Mau bagaimanapun, Namira akan menolak keras jika pernikahan ini dibatalkan. Namira tidak setega itu terlebih saat melihat sang Adik yang begitu nyaman jika ada di dekat Milen, sebenarnya ada rasa bersalah yang kerap Namira rasakan saat kedua mata nya bersibobrok dengan Nattaniel namun Namira masih tidak mengerti dengan jelas akan perasaan bersalah nya itu.

Pangestu menarik nafas nya dalam, "Perjanjian orangtua Milen itu hanya akan menikahkan anak nya dengan anak Papah. Sedangkan anak Papah ada dua, jadi... Kamu ngerti maksud Papah kan, Ira?" Tanya Pangestu yang mengarah pada Namira.

Malchance (MileApo local) ✔️Where stories live. Discover now