69). What happen?

1.4K 157 31
                                    


"Lo yang bener aja anjing, orang sakit dikasih rujak?!"

"Halah sama-sama makanan ini ah."

"Tapi ini... Ah bego lo!!"

"Ya emang kenapa sih? Sesuai isi dompet si Nandra ini."

"Nyebut nama gue sekali lagi, gue gebuk lo bolak balik!!"

"Sam, ini orang-orang aneh siapa dan darimana dah?"

Milen menggaruk pelipisnya asal, pasalnya saat ini PeNiz Gank beserta kegaduhannya sudah berkumpul di ruang VVIP itu dengan maksud menjenguk sang Sahabat— Nattaniel beserta suaminya, Milen. Rian yang baru saja bertemu dengan teman-teman Nattaniel cukup dibuat heran dengan semua tingkah laku anak-anak remaja itu.

"Mereka temen-temen Nattaniel, PeNiz Gank."

Rian mengerjapkan kedua matanya cepat, "P-pe.. Hah?"

"Bang Rian, gak usah dengerin Milen!!" Seru Nattaniel yang saat ini duduk diatas sofa dengan Baby Gam dipangkuannya.

Rian benar-benar tidak mengerti dengan situasi aneh seperti ini, dimana para anak-anak itu saling menyalahkan perkara sebuah rujak. Milen hanya menatap Rian dengan tawa yang tertahan karena ekspresi pria bertatto itu benar-benar sangat menghibur.

"Baby sini sama aa!! Aa ganteng ini aa ganteng. Ututututu~"

Aaaaa puuurrrttthh!!

Dewa seketika terdiam saat Baby Agam bereaksi demikian. Niatnya yang ingin menggendong itu akhirnya ia urungkan, hal itu jelas mengundang tawa puas dari beberapa temannya.

"HAHAHA!! Bahkan anak gue aja gak setuju kalo lo ganteng," ucap Nattaniel seraya tertawa dengan lebar.

Nandra pun ikut menertawakan wajah Dewa yang kini menatap Baby Agam dengan sinis setelah mendapat semburan maut dari bayi mungil itu. Sebenarnya Dewa tidak masalah karena Baby Agam tidak benar-benar menyemburnya, toh semburan macam apa yang bisa dilakukan oleh seorang bayi berusia dua bulan?

Tapi memang dasarnya Dewa, manusia paling dramatis di muka bumi. Terbukti dengan kelakuannya saat ini yang berdengung berpura-pura menangis.

"Mampus lo kena sembur. Lagian, jenguk papanya malah bawa rujak. Minimal buah-buahan kek," cibir Winata dengan wajah kekinya.

"Ye rujak lagi rujak lagi. Nih ya masih mending gue bawa rujak. Lah itu lo bawa apaan? Bawa nafas doang lo kesini? Bau jigong naga lo," jawab Dewa tak kalah sinis.

Winata yang merasa kesal akhirnya menyingkap kedua lengan kaosnya seraya mengepalkan kedua tangan, "Emang kurang ajar ya lo!!" Amuknya dengan langkah kaki lebar menuju posisi Dewa.

"Eeittsss mau ngapain? Yatim piatu nih brader~"

"Buset. Gue gak ikutan, iya kan Bang Sam? Bara anak sholeh Bara anak sholeh." Bara beringsut mendekati Milen yang berada diatas ranjang. Sedangkan Milen hanya diam sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir, bahkan dalam situasi seperti ini Dewa beserta semua temannya masih bisa membuat lelucon dan tertawa bersama.

Sedikitnya Milen menjadi rindu masa mudanya dulu. Masa-masa dimana ia tidak memikirkan banyak hal dan bisa tertawa lepas sepuas hatinya.

Sebuah bunyi notifikasi mengalihkan perhatian Milen, pria yang masih terpasang selang infus itu meraih handphonenya yang berada di atas nakas. Kemudian keningnya mengernyit halus saat adanya pesan masuk dari sang Kakek.

"Dava?" Gumam Milen seraya menyipitkan kedua matanya untuk lebih memfokuskan penglihatan.

Rian yang memang sedang anteng disamping Milen pun akhirnya menoleh, "Kenapa, Sam?" Tanya nya penuh penasaran.

Malchance (MileApo local) ✔️Where stories live. Discover now