68). Abang Ganteng

1.5K 179 27
                                    


Suasana malam begitu hening di ruangan VVIP yang Milen dan Nattaniel tempati. Waktu menunjukkan pukul 10 malam saat ini, namun alih-alih beristirahat, Milen dan Nattaniel justru lebih memilih untuk berbincang ringan diatas ranjang.

"Kenapa kita gak ketemu dari dulu ya? Padahal aku pengen liat kamu di sekolah," ucap Nattaniel yang saat ini menyandarkan pipinya anteng dibahu sang suami.

"Lah... Kalo ketemu juga buat apa? Paling kamu cuma liatin doang sambil lap ingus pinggir jalan."

"Pa maksut? Aku gak segelandangan itu, Milen." Nattaniel mendelik tajam pada Milen yang saat ini hanya terkekeh ringan.

Benar, bayangan Milen mengenai ucapan Nattaniel adalah seperti itu karena Milen yakin saat dirinya duduk dibangku SMA, Nattaniel pasti masih berumur sangat belia. Atau bahkan Nattaniel masih menjadi bocah cilik yang senang bermain dan berlari kesana kemari di area komplek tempat tinggalnya. Sangat lucu jika membayangkan hal itu.

"Bukan gitu, Sayang. Coba kamu inget perbedaan usia kita berapa?" Tanya Milen yang mana membuat Nattaniel seketika merengut lemas.

Nattaniel mendengus, "Bener juga. Kamu udah tua ya," cicitnya pelan. Nattaniel pun mendongak memperhatikan wajah Milen dengan seksama, wajah itu terlihat masih begitu segar dan tampan. "Milen... Kalaupun kamu jauh lebih tua, tapi jangan mati duluan ya?"

"Apasih Natt. Kamu kok ngomongin mati terus akhir-akhir ini, ada apa?"

Atensi Milen kini sepenuhnya terarah pada Nattaniel. Kedua mata bening itu hanya memandang lekat pada Milen membuat sang empu benar-benar berfikir. Bahkan Milen tidak begitu bereaksi saat Nattaniel mengecup ujung bibirnya secara tiba-tiba, perasaan aneh kini mulai hinggap di dada Milen entah mengapa.

"Milen, kalau gak ada kamu gimana aku hidup ya sekarang?" Tanya Nattaniel pelan. Sebelah tangan Nattaniel memainkan jemari Milen dengan perlahan sebelum melanjutkan perkataannya, "Apa aku bisa jadi orang baik kayak sekarang? Atau justru hidup aku hancur karna ulahku sendiri? Apa Bunda mau minta maaf juga kayak kemarin? Atau Bunda malah buang aku dan aku jadi anak sebatang kara di jalanan?"

"Sayang... Kamu kenapa, hm? Aku baru sadar lho tadi siang. Masa pembahasannya udah dalem begini, kepala aku sakit tau." Milen kemudian mendusal pada ceruk leher Nattaniel berusaha untuk menghentikan seluruh perkataan nyeleneh suami manisnya itu.

"Hihi lucu banget," pekik Nattaniel seraya memeluk leher Milen dengan erat.

Mereka menikmati moment berdua itu dengan tenang setelahnya. Nattaniel pun mulai bercerita tentang beberapa hal lucu yang mana membuat Milen tertawa dan sesekali mencubit gemas pipi Nattaniel, tanpa mereka sadari bahwa seseorang tengah memperhatikan diambang pintu saat ini.

"EKHEM!!"

Nattaniel yang sedikit terkejut pun berusaha melongokkan kepalanya ke arah pintu, walaupun ia sedikit kesulitan karena pandangannya terhalang oleh tubuh kekar Milen yang menyamping. Kedua alis pria manis itu mengkerut dalam saat melihat seorang pria bertattoo yang berdiri bersedekap dada diambang pintu.

"Milen... Ada anak buah yakuza," ucap Nattaniel tanpa mengalihkan pandangannya pada pria bertatto itu.

Pria bertubuh kekar nan besar itu terkekeh pelan melihat kepala Nattaniel yang melongok padanya dengan ekspresi bingung. Dan kekehan pelan itu kemudian berubah menjadi dengusan malas saat Milen menatapnya dengan heran.

"Gua disini lo gak akan nyambut, nih?" Tanya pria itu membuat Milen tertawa kecil.

"Wih ada orang korea."

"Orang korea ingus lo. Lo kenapa, Sam? Si Jeje nelpon gua katanya lo sekarat," jawab pria itu seraya melangkah mendekati Milen yang kini sedang berusaha mendudukkan tubuhnya secara perlahan.

Malchance (MileApo local) ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora