65). Tragedi Mengerikan

1.4K 176 133
                                    


Waktu menunjukkan pukul 2 siang tepat saat ini. Suasana diruangan Milen begitu ramai dengan gelak tawa yang menggelegar, sedangkan Milen sendiri sedang melaksanakan kegiatan rapat yang telah dijadwalkan.

"Heh!! Curang ya lo!!"

"Saya nggak, Pak. Sumpah demi Tuhan."

"Eeettt!! Pelanggaran, sini sini wajah lo— ANGG!!"

Satria selaku sekretaris dari Milen Sambara itu hanya bisa tersenyum pasrah. Hampir seluruh wajahnya kini penuh dengan bedak tabur milik salah satu karyawati yang saat ini turut ikut bermain, mereka tidak bisa melakukan perlawanan apapun karena bos mereka sendiri lah yang memerintahkan langsung agar mereka menemani Nattaniel selama beliau rapat.

"Mas Maha, ini saya udah cemong begini lho... Udahan ya?" Pinta Airin dengan wajah melasnya membuat Nattaniel justru tergelak.

"Gak gak gak!! Ini seru banget, nanti gaji kalian gue naikin deh." Tolak Nattaniel yang kemudian melanjutkan permainan kartu UNO nya.

Satria dan Airin hanya menghela nafas pasrah. Terlebih saat Airin yang sudah merasa jengkel karena wajahnya yang semula rapi dan bersih kini bertabur bedak dimana-mana, persis seperti bocah cilik yang baru saja selesai mandi di sore hari.

Airin menyikut pelan Satria untuk memberi kode, sedangkan Satria hanya melirik sekilas karena sungguh ia tidak akan bisa melakukan apapun. Kecuali jika ia ingin terkena amuk bos nya sendiri karena Nattaniel yang ditinggal sendiri.

"Eum Pak— Ehhh Mas Maha maksudnya. Gimana kalau kita jalan-jalan? Mas belum pernah kan liat seluruh sudut perusahaan ini? Ada kolam ikan juga lho mas di taman belakang," tawar Satria berharap Nattaniel setuju.

Nattaniel mengerjap pelan seraya berfikir dengan wajah cemongnya. Airin sedikit menggigit pipi dalamnya saat melihat Nattaniel seperti itu, oh ayolah bahkan rambut Nattaniel sudah mencuat kesana kemari karena tidak mau diam.

"Oke. Ayo kita jalan-jalan," jawab Nattaniel menyetujui membuat Satria dan juga Airin menghela nafas lega. Namun mereka berdua harus kembali membatin saat Nattaniel berujar sesuatu lengkap dengan wajah polos antusiasnya.

"Tapi bedaknya jangan dihapus ya!! Awas aja kalo dihapus, semua gaji kalian aku kasih ke anak yatim piatu."

Lagi dan lagi Satria dan Airin bertukar pandang dengan pasrah. Mereka berdua pun mengangguk patuh karena Nattaniel terus menatap mereka dengan tatapan binarnya, entah mengapa hal menjengkelkan seperti ini bisa membuat pria manis itu begitu bahagia.

Mereka bertiga pun akhirnya keluar ruangan dan berjalan mengitari setiap sudut gedung perusahaan yang besar itu. Hampir semua karyawan yang melihat menahan tawa, dan beberapa dari mereka tak sengaja meledakkan tawanya membuat Airin yang merupakan assistant manager itu mendengus kesal.

"Widih para bocil darimana ini? Mamah mana mamah? Hahaha," ucap seseorang yang kebetulan berpapasan dengan mereka.

Nattaniel menatap orang itu dengan sinis, "Siapa lo? Sokab."

"Lah harusnya yang nanya itu saya... Kamu siapa? Ngapain disini? Rambut berantakan, muka cemong, ganggu Satria sama Airin kerja pula, panggil mamahnya gih nanti dimarahin lho."

"Wah anjing," umpat Nattaniel pelan seraya menyisir rambutnya ke arah belakang dengan pongah.

"Siapa nama lo? Kerja bagian apa?" Tanya Nattaniel.

Pria itu terkekeh, "Gak usah kepo tentang saya, kamu nggak ada urusan ya disini kecuali mengganggu kinerja karyawan."

"Pak Bilal, dia in—"

"Sssttt. Lo diem," potong Nattaniel tajam membuat Satria seketika terdiam tanpa menyelesaikan kalimatnya.

"Terserah. Satria, Airin, mending kalian balik kerja. Terlebih kamu Airin, Pak Hendy tadi nanyain kamu. Kamu mau kena semprot beliau? Kinerja kamu udah dicap buruk disini jadi jangan diperparah dong."

Malchance (MileApo local) ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora