Until I Collapse Part 28

4.5K 452 12
                                    

Sepanjang pelajaran Bahasa Indonesia Ara membuang nafasnya itu berkali-kali sambil menopang dagu. Sampai-sampai Chika yang ada di sampingnya itu gemas sendiri.

Bu Nia-selaku guru Bahasa Indonesia kelas XII itu sedari tadi tidak ada hentinya bercerita. Sudah dua jam lamanya ia mengajar. Sedikit menjelaskan materi, sedikit lagi bercerita perihal kehidupannya. Berputar seperti itu terus menerus tidak ada ujungnya.

"Bosen." keluh Chika.

Ara mengusap sekali kepala Chika. "Sabar, ya?"

Melihat Ara mengusap kepala Chika membuat Marsha memutar bola matanya jengah.

"Sialan! Uwu-uwu lagi," celetuk Marsha "Tonjok-tonjokan aja kalian biar seru," sindir Ashel yang duduknya tepat di belakang Chika.

Ashel mendengus kesal. "Beri saya kesabaran Ya Allah! Saya nggak tahan sama peruwuan di dunia ini. Sudahilah Ya Allah!" ucap Ashel mendramatiskan diri.

Mendengar Ashel berdoa dengan penuh dramatis seperti itu membuat Marsha menahan tawa.

"Sshhuuttt. Diem, Shel. Berisik!" ujar marsha dengan berbisik.

Ashel menoleh. "Iya, Marsha yang cantik."

Marsha menyenggol lengan Ashel. "Diem, Shel! Ntar di hukum,"

"Nggak papa kali di hukum, kan sama lo,"

"Gombal. gue aduin Adel lo ntar."

"Nggak gombal, beneran gue. Adel mana percaya sama lo."

Ashel memang sudah mengetahui fakta bahwa dirinya hilang ingatan, dan Ara lah yang memberitahu dia segalanya. Ashel bisa menerima penjelasan Ara tentang diri nya yang sangat rindu pada adik kandungnya sampai ia harus merubah identitas Ashel.


***

Yang semua orang tahu, Flora di kenal sebagai orang yang dingin, jenius, galak dan seram. Tapi, di mata Freya, Flora itu manis, lucu, manja jika ada maunya.

Kehidupan Flora setelah bertemu dengan Freya berubah begitu pesat, yang dulunya dingin dan galak, sekarang sedikit lebih mencair dan lebih hangat.

KRING

Akhirnya bel istirahat pertama berbunyi. Mata yang awalnya menahan kantuk, berubah total menjadi segar saat mendengar bel.

"Alhamdulillah istirahat juga," celetuk Oniel.

"Gedeg kuping gue lama-lama denger ceramah Bu Sisca." ujar Jessi seraya merenggangkan otot-ototnya.

"Apalagi gue, itu itu mulu yang di bahas." sahut Olla.

"Hussh mulut! Kualat mampus!" sahut Zee.

Olla menyengir tanpa dosa sambil menggaruk rambut belakangnya. "Sorry sorry."

Freya memutar posisi duduknya ke belakang. "Muthe, lo mau ke kantin?" tanya Freya pada teman kelasnya.

Muthe mengangguk. "Iya, Fre. Kenapa? Mau titip?"

"Sendirian?"

"Iya, Fre. Kenapa?"

"Gue ikut ya?"

"Tapi, kaki lo emang nggak papa? Kantin ramai loh, Fre gue takut lo nanti kenapa-napa." tanya Muthe memastikan Freya kembali.

"Gue pesenin aja, Fre nggak papa. Kaki lo kan masih sakit,"

"Beneran nggak papa. Gue ikut ya?"

Muthe menggaruk tengkuknya. "Duh, yakin nih?"

Tatapan Freya berubah, ia mengerjapkan matanya berkali-kali, puppy eyes nya muncul supaya di perbolehkan oleh Flora.

Flora mengangguk samar. "Aku pantau dari belakang."

Until I Collapse (FreFlo)Место, где живут истории. Откройте их для себя