Until I Collapse Part 41

3.9K 416 10
                                        

Sepanjang perjalanan pulang, Flora tiada hentinya mengecup punggung tangan Freya berkali-kali. Dan itu membuat Freya bingung, pasrah sekaligus senam jantung. Bahkan, waktu Freya melepas genggamannya untuk bermain ponsel, belum satu detik Flora menariknya kembali dan ia letakkan di atas persneling mobil.

"Kamu kenapa sih, akhir-akhir ini itu manja banget?" tanya Freya heran.

Flora menoleh menatap gadisnya sebentar, tersenyum kemudian menggeleng. "Manjanya sama kamu doang, udah berkali-kali aku bilang."

Freya menggaruk pelipisnya. "Yaudah, lepasin dulu tangan aku, bentar. Aku mau chat Marsha."

"Nggak mau," jawab Flora cepat. "Nggak mau dan nggak boleh lepas."

"Ya emangnya kenapa? Emang kamu nggak ganjel apa nyetir pakai satu tangan?" tanya Freya heran.

Flora berdecak. "Ck! Enggak, udah biasa. Pokoknya nggak boleh lepas."

Yang Freya rasakan akhir-akhir ini adalah jika Flora sudah bersamanya, Flora menjadi lebih sensitif, seperti manja, merengek tidak jelas, suka minta peluk, bahkan sifatnya pun berubah menjadi seperti bayi yang kehilangan ibunya. Nah, kalau katanya Olla 'main nyosor'.

Sifat Flora itu sangat sulit di tebak. Ada kalanya ia menjadi cuek, dingin tapi romantis. Ada kalanya juga bawel, manja, manjanya pakai banget seperti sekarang ini.

Freya membuang nafas pasrah. "Iya iya. Nggak usah ngerengek gitu, nggak aku lepas."

Sebenarnya, ada beberapa hal yang Flora pikirkan. Mulai dari dendam, teror yang menimpa kekasihnya, dan juga video yang baru saja Freya dapatkan dari orang misterius. Flora terlalu kalut dalam memikirkan hal itu, jadi ia butuh udara segar.

Dengan hadirnya sang kekasih di sampingnya semuanya berubah. Seketika itu juga semua masalah yang ia pikirkan lenyap. Freya adalah obat, dan itu selalu menjadi candu baginya.

"Nanti malem kamu kemana?" tanya Flora. Satu tangannya lagi mencubit gemas pipi gadis di sampingnya yang membuat Freya itu pasrah saja, karena bertepatan pada lampu merah.

"Nggak kemana-mana. Paling rebahan doang." jawab Freya. "Kenapa? Mau ngajak aku jalan-jalan?" tebaknya.

Flora mengangguk. "Mau nggak?" tanyanya. "Harus
mau."

Freya membelalakkan mata. "Ih maksa. Kalo nggak mau emang kenapa?"

"Nggak boleh. Harus mau." jawab Flora. Kemudian ia tancap gas mobilnya kembali karena lampu berubah hijau.

"Jalan-jalan kemana?" tanya Freya sambil memainkan tali hoodie nya.

"Keliling kota, sekalian makan di pinggir jalan." jawab Flora santai. "Pake baju biasa, jangan terlalu terbuka. Nanti makannya di mobil. Nggak usah pakai make-up, bareface aja."

Freya hanya tersenyum mendengar bawelnya seorang Flora. "Iya, Sayang. Bawel."

Mendengar kata yang sangat mustahil di ucapkan oleh Freya itu, Flora spontan meminggirkan mobilnya dan rem mendadak sampai kepala Freya kebentur kaca mobil.

NYIITT

JEDUK

Freya meringis kesakitan. "Aduh kamu kalo mau rem mendadak itu bilang dulu dong. Kepentok kan jadinya!"

Flora tidak peduli. "A-apa? Kamu bilang apa tadi? Ulang-ulang!" titah Flora. Wajahnya berubah penasaran sekaligus menahan senyumnya.

Freya menggeleng. "Emangnya aku bilang apa?" tanyanya pura-pura polos. "Nggak ada."

Flora berdecak. "Ish itu yang tadi. Coba ulang. Iya apa?" Flora terus merengek minta di ulang.

Freya terkekeh. "Iya, Sayang." jawab Freya.

Until I Collapse (FreFlo)Where stories live. Discover now