Until I Collapse Part 50

3.7K 425 16
                                        

Semuanya tampak serius dan penasaran apa yang akan Freya ceritakan perihal dirinya. Tidak hanya mereka, Flora yang berstatus kekasihnya pun juga ikut penasaran.

Freya berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Yang kalian tau, gue adalah Freya, pemimpin Aodra,  Bahkan, gue juga punya tujuan yang sama seperti kalian ke anak Guinen,"

Kedua mata cantik Freya, memandang merahnya api unggun yang membara di depannya.

"Gue anak bungsu dari ketiga bersaudari. Cucu terakhir dan yang paling disayang sama Kakek. Gue di besarin dengan kasih sayang yang penuh, kebutuhan gue terjamin, apa yang gue mau selalu di turutin, karena gue anak dari orang yang lumayan terpandang,"

Freya membasahi bibirnya yang kering karena suhu cuaca malam ini semakin dingin.

"Gue di nobatkan jadi pewaris atas semua yang Kakek gue punya. Tapi gue nggak tertarik,"

Tangan Freya terus memutar kaleng minuman bersoda yang ia genggam.

"Selama 15 tahun, kehidupan gue selalu cerah, karena kasih sayang yang Almarhumah Nenek gue kasih. Tapi dengan mudahnya, semua itu seketika pudar. Cahaya hati gue redup, karena kejadian yang membuat hati gue sesak saat dengar faktanya,"

Hati Freya rasanya tergores. Tanpa sadar, ia meremas kaleng minuman bersoda itu sampai tak terbentuk lagi. Semuanya kompak memandang tangan Freya hingga meringis.

"Almarhumah Nenek di bunuh, dia di tembak, tepat di bagian jantungnya, karena masalah perusahaan."

Semuanya semakin di buat terkejut, bahkan ada yang refleks menutup mulut karena saking kagetnya. Flora pun tidak kalah terkejut, karena ia baru saja mengetahui satu fakta di balik rahasia yang Freya pendam. Ia terus memandangi gadis itu lekat. Rasa ingin memeluk gadis itu semakin memuncak. Flora tidak tahan, ia tidak bisa melihat Freya menangis sakit seperti itu.

"D-di bunuh?" Muthe bertanya.

Freya mengangguk dan tersenyum miris. "Gue denger fakta itu dari Kakek. Kakek yang nutupin semua rahasianya dibantu juga sama Ayah dan Bunda gue, isu yang semua orang tau, Almarhumah Nenek itu meninggal karena serangan jantung, bukan di bunuh."

Kedua mata Freya berubah berkaca-kaca. Dadanya sesak. Minuman kaleng yang di remasnya tadi pun ia lepaskan.

"Kebahagiaan gue di renggut habis di usia gue yang masih labil. di saat gue lagi deket-deketnya sama Nenek gue," Freya diam sebentar. "Nggak tau kenapa, gue iri sama Flora,"

Tatapan Freya beralih menatap Flora sebentar, kemudian ia menunduk lagi. Ia masih menahan air matanya agar tidak terlepas dari tempatnya. Flora terus memandangi gadisnya.

Freya tidak bisa menahan benteng air matanya. Butiran bening itu menetes, karena pertahanan kedua matanya itu runtuh.

"Gue belum ngerasain rasanya di peluk Nenek di usia remaja seperti sekarang, gue belum ngerasain gimana rasanya dibanggain Nenek waktu gue dapet ranking tinggi,"

Kedua tangan Freya menyeka air mata yang sudah berhasil membasahi kedua pipinya.

"Tapi gue masih bersyukur, gue terlahir di keluarga yang selalu sayang sama gue. gue punya Kakak yang selalu ada buat gue kapanpun gue butuh. Gue juga masih punya Kakek. meskipun sebulan setelah meninggal nya Almarhumah Nenek, Kakek kabur ke London. Gue sempat kesal, marah sama Kakek karena dia kabur ninggalin gue disaat gue kehilangan sosok Nenek,"

"Lambat laun gue sadar, mau semarah, sekesal apapun gue ke Kakek gue satu-satunya, gue masih sayang sama Kakek."

Freya memejamkan matanya dalam-dalam. la mengatur nafasnya agar kembali normal.

Until I Collapse (FreFlo)Where stories live. Discover now