"Lo nggak latihan basket, Flo?" tanya Oniel.
"Nanti malam." jawab Flora sambil memainkan ponsel.
"Lusa kan tandingnya? Udah tau belum lawan siapa?" Tanya Oniel lagi.
"SMA Batavia." Bukan Flora yang menjawab, tapi Lulu.
"Sekolah kita lawan Stars High itu kapan sih? Lusa itu masih penyisihan kan?" tanya Olla.
"Ya kalo sekolah kita lolos, terus Stars High ikut lolos, langsung masuk 8 besar. Sistem Dbl Cup kan gitu, mempersingkat event. Lagian juga masih ada volly. Rama kan ikut volly tuh," jawab Adel.
Olla manggut-manggut. "Tapi kemarin Jasson bilang bakal lawan sekolah kita, masa iya sih secepat itu?"
"Ya bisa jadi, lla. Si congek itu kan kalo ngomong ngelatur tapi suka benar. Ketemunya dimana, pasti ketemu lah. Lo nggak ngerti aja bokapnya itu donatur gede sekaligus pelopor basket besar di sekolahnya, apa aja bakal di lakuin," jawab Zee panjang lebar.
Jessi mengangguk setuju. "Lagian basketnya Stars High juga nggak jelek-jelek banget. Mereka bisa unggul ya karena bokapnya Jasson. Tapi kalo di banding Flora, wah kalah jauh sih, kalah gesit, gue yakin K.O tuh,"
"Iya juga ya. Gue berharap semoga aja ketemu di final. Biar makin greget tuh tandingnya," ucap Olla. "Pokoknya lo harus semangat, Flo. Jangan kasih kendor. Raih lagi juara umum nya kayak tahun lalu. MVP players nya juga."
Flora mendengar ucapan semangat dari Olla itu mengangguk. "Doain."
"Pasti dong."
"Setuju. Gue juga berharap gitu," sahut Jessi "Pokoknya kalo beneran ketemu di final, fix jualan es kita harus banyak, Zee. Biar makin untung, kegiatan bulanan makin lancar. Terus kita harus ikut ngeramein tribun buat dukung Salazar."
Zee mengangguk setuju. "Harus sih. Kalo sekolah kita menang, hari itu juga gue bakal nembak Marsha." ujar Zee tanpa sadar ia senyum-senyum sendiri.
Hal itu membuat sorot mata enam manusia di markas Crucio, menatap Zee terkejut. Sungguh nekat seorang Zee hari ini.
"Gue pegang omongan lo, Zee. Awas aja lo dusta, gue kutuk lo jadi mermaid." ujar Adel.
"Setuju. Pokoknya peje jalan dengan lancar, hidup lo aman," sahut Jessi.
Zee mendengus kesal. "Sialan lo pada! Peje mulu yang di pikirin. Otak lo nggak ada apa yang di pikirin selain duit?" ucap Zee. "Bentar, kenapa lo semua malah mintain peje ke gue doang, Adel juga dong!"
Adel menutup buku catatannya. "Napa jadi gue
juga? Nggak bisa lah. Gue kan nggak pacaran,""Nggak pacaran tapi saling sayang. Sungguh menyakitkan friendzone karena hilang ingatan ini." celetuk Oniel seraya mengelus dadanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Masih mending gue friendzone, bisa di perbaiki. Dari pada lo, baru sehari PDKT, besoknya yang cewek udah jadian sama yang lain. Ciahhh. Ngenes total," ledek Adel.
"Sialan lo, Del! Buka kartu. Nyesel banget gue cerita sama lo. Tapi setidaknya hubungan gue ada kejelasan kali, nggak kayak lo. Friendzone, lebih ngenes mana sama gue?" balas Oniel kesal.
Adel tertawa. "Ashel itu masih butuh waktu adaptasi. Udah ah nggak usah di bahas. Kalo emang gue jadian ke yang kedua kalinya, ntar lo juga pada tau,"
"Adaptasi lama amat, sebulan. Ngapain aja lo selama sebulan? Gasss aja lah langsung, lo sama Ashel juga cocok. Cuma otaknya aja sih nggak cocok. Jauh. Kerjaan lo kan nyontek Lulu mulu," sahut Olla.
Adel melotot. "Heh! Sadar diri. Kerjaan lo juga nyontek ya ke Christy, gangguin anak orang terus, semales-malaenya gue, gue masih rajin ngerjain tugas, emangnya lo. Dasar otak pungut!"

YOU ARE READING
Until I Collapse (FreFlo)
FanfictionWARNING! ⚠️18+ [Harsh words, crime, kissing, and etc] INI FIKSI JADI TOLONG JANGAN DIBAWA-BAWA KE KEHIDUPAN ASLI PEMERAN. Freyana Shifa Chaesara seorang siswi teladan yang mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Salazar International School. hidup...