Lim x →π/4 = Cos 2x

1.9K 246 11
                                    

02. INM : BASKARA OLLYXTON




"Satu bisa jadi semua, tetapi semua belum tentu bisa menjadi satu "

Baskara Ollyxton -


Paginya, Rei berangkat ke sekolah lebih awal. Walaupun peraturan di sekolah ini adalah tepat waktu saat pulang sekolah dan harus barengan. Tapi di peraturan tidak ditulis jika pergi lebih awal ke sekolah tidak diperbolehkan. Jadi dengan langkah mantap, Rei menyusuri setiap lantai lorong dan membawa kakinya menuju lapangan indoor di gedung tiga.

Rei berjalan santai dan duduk di kursi penonton paling bawah, sorot tajamnya terus melihat ke arah seorang siswa yang sedang bermain basket solo. Rei akui, jika siswa itu cukup gesit dalam bermain. Belum lagi postur tubuhnya yang tinggi dan mata rubah yang tajam membuat Rei sedikit kagum.

Bola basket berhenti tepat di depannya, siswa itu berjalan dan mengambil bola itu lalu menatap tajam ke arah Rei. Rei sedikit tersenyum lalu dia bertepuk tangan, sorot matanya yang semula tajam kini berganti dengan sorot binaran kagum tanpa batas, seolah ribuan bintang hinggap di matanya.

"Hebat banget Lo! Keren!" Ujar Rei semangat.

Tetapi siswa itu hanya menatapnya tajam dan datar, sorot tajamnya menelisik Rei dalam diam.

"Lo siapa?" tanya siswa itu tiba-tiba.

Rei yang awalnya tersenyum senang seketika bingung, sorot matanya yang polos menatap siswa itu bingung. Tangannya menunjuk dirinya sendiri.

"Gue?" tanya Rei sambil menunjuk dirinya sendiri.

Siswa itu tersenyum remeh. "Lo bodoh atau goblok?" tanyanya lagi, kali ini nadanya terdengar menyebalkan di telinga Rei.

Rei hampir saja bangkit dari duduknya saat mendengar nada merendahkan itu, tetapi dia malah tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah siswa itu.

"Gue Alvano Raifansyah, kelas 10-5," jawab Rei semangat.

Terlihat sekali jika siswa itu tak ingin menjabat tangannya, terbukti sekali tangannya yang menganggur tak dijabat sama sekali. Siswa itu tertawa pelan, membuang bola basket yang di pegangnya.

"Sekali lagi gue tanya, Lo siapa?" tanya siswa itu lagi, nadanya terdengar sedikit bercampur amarah.

Di dalam hatinya, Rei sedikit tertarik dengan siswa ini, sepertinya siswa di hadapannya seorang pengamat yang baik.

"Alvano Raifansyah, kelas 10-5. Gue baru masuk sih setelah satu minggu libur," jawab Rei dengan percaya diri.

Tetapi tetap saja, siswa itu tetap mengulang pertanyaannya. "Lo siapa?" tanyanya lagi.

Ah Rei tau, siswa ini mulai curiga dengannya. Sepertinya sikap Alvano sedikit mengalami perubahan di sekolah ini. Rei memiringkan kepalanya dan menatap bingung siswa itu.

"Alvano Raifansyah, kela—."

"Cukup!" ucapan Rei terpotong kala siswa itu berteriak. Sorot tajam itu menatap Rei seolah Rei adalah musuh yang harus dihabisi. Tapi Rei tidak takut.

"Ga seharusnya Lo ada disini, ini masih terlalu pagi buat datang ke sekolah," kata siswa itu sinis.

Rei mengangguk. "Emang ga boleh ya? Gue bosen di asrama terus," balas Rei sambil menghela napas.

Siswa itu berdecak kesal. "Percuma gue ngomong sama orang yang beneran amnesia. Lo balik sana, taati peraturan." siswa itu berujar sembari mengusir dirinya. Kemudian siswa itu berbalik, mengambil bola basketnya dan lanjut bermain basket.

[✓] IT'S (NOT) MEWhere stories live. Discover now