Lim x→π = 2x / Sin 2x

1.4K 235 66
                                    

06. INM : SISTEM CTRL+V

Mario yang sedang bermain basket di lapangan indoor gedung tiga, harus tertawa keras kala melihat kondisi Rei di pagi hari. Tangan kiri Rei di perban karena luka tusukan yang ia buat. Tapi setelahnya Mario terdiam dan sedikit berdesis menatap tak suka ke arah Rei.

"Pinter banget Lo make Arjuna buat narik Kainan jadi temen Lo," kata Mario sinis.

Arjuna yang tak mengerti hanya memiringkan kepalanya, sedangkan Kainan nampak tak perduli. Mario tak suka saat Rei datang bersama Arjuna dan Kainan dibelakangnya. Belum lagi senyuman manis yang Rei tunjukkan membuat Mario muak. Entah mengapa Mario sangat tak menyukai orang di depannya, padahal sebelum amnesia, orang ini adalah orang yang tidak terlalu menonjol.

"Lo butuh asupan kan? Yaudah gue bawa ini," balas Rei santai, bahkan dia tetap mempertahankan senyumannya ke arah Mario.

Mario membuang bola basketnya dan menggeleng. "Hanya ini?" tanya Mario sedikit mengejek.

Tetapi Rei hanya tertawa dan ikut menggeleng. "Tuh." jawaban dari Rei membuat ketiganya sontak melihat ke arah yang ditunjuk Rei menggunakan kepalanya.

Dari arah pintu masuk belakang, terlihat Kara yang berjalan ke arah mereka. Aura hitam nan dingin yang berasal dari Kara mampu membuat Arjuna ketakutan dan menempel erat ke Kainan. Tatapan tajam tanpa ekspresi ia tunjukkan, tangannya membawa sebuah buku bersampul coklat. Setelah tiba, Kara memberikan buku itu kepada Rei yang diterimanya senang hati.

"Gue balikin," ujar Kara santai, Rei mengangguk dan tersenyum.

"Makasih," balasnya. Lalu dia melirik Mario yang nampak tak perduli. Tapi Rei tahu jika Mario sedang menahan kesal karena kalah telak saat Rei membawakan asupan untuknya.

"Gimana?" tanya Rei ke Mario. Mario melipat tangannya di depan dada, sorot matanya menahan.

"Licik!" jawabnya sinis.

“Btw, alasan kita disini ngapain?” tanya Arjuna yang tak mengerti. Tadi pagi, Rei memaksa agar bersekolah padahal tangannya masih sakit. Sedangkan Kainan tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamar asrama Rei, katanya ingin menjemput Rei. Sungguh Arjuna tak mengerti sama sekali.

Rei tersenyum senang, dia menatap keempatnya satu-persatu. “Sekarang kita teman! Jadi untuk memperluas area pertemanan kita, kita harus berteman dengan siapa?” pertanyaan Rei sangatlah tidak bermutu menurut Kara, Mario dan Kainan. Pertanyaan macam apa itu!

“Maksud Lo apa?” tanya Kara tak suka. Sorot tajam ketiganya bahkan tak lepas dari Rei. Rei tersenyum miring lalu mengangguk.

“Waktu gue dateng ke sekolah setelah seminggu libur, Arjuna bilang ke gue kalau dia sahabatnya. Dan gue nemu fakta yang baru lagi, sekolah ini menerapkan sistem feodalistik. Dan kalian bertiga adalah Piramida feodalistik tersebut, berdasarkan kekayaan yang kalian miliki. Gue bener kan?” tanya Rei balik, ah Rei sangat tak sabar menantikan sistem feodalistik yang sebenarnya.

“Intinya bisa?” tanya Kainan yang sepertinya sudah kesal.

“Karena kita temen, gue mau kalian cari temen yang cocok buat kita. Kalo bisa seluruh angkatan dari kelas 10-12. Nanti kita pilih siapa yang cocok untuk dijadiin sekutu,” jawab Rei menjelaskan.

Arjuna mengangkat tangannya seolah dia ingin bertanya. “Sekutu? Lo mau buat perang sampe mau nyari sekutu?” tanya Arjuna, alisnya terangkat satu dan dahinya berkerut.

[✓] IT'S (NOT) MEWhere stories live. Discover now