Cos 3x = ½

1K 174 59
                                    

29. INM : PARA PETINGGI SEKOLAH

Qawi dan Danu berjalan menjauhi area gedung aula saat gedung itu terbakar, keduanya berjalan bersama dengan Valdi yang sedang membopong Nadil yang terluka akibat tusukan besi yang di dapat dari Mario. Keempatnya berjalan menuju UKS, Qawi menendang kuat-kuat pintu UKS yang terkunci hingga pintu terbuka lebar. Danu segera membantu Valdi untuk membaringkan Nadil di atas kasur.

Keduanya mulai menekan area perut Nadil berharap darah yang keluar dari perut atletis itu segera berhenti. Qawi sendiri menggelengkan kepalanya pelan, denyut nadi, deru napas dan detak jantung milik Nadil mulai melemah.

"Nadil ga bisa terselamatkan kalo kaya gini terus," ujar Qawi memberitahu.

Valdi dan Danu saling tatap, dengan perasaan yang berkecamuk, Valdi menendang kuat-kuat meja nakas di sampingnya, dia terduduk di lantai dengan keadaan frustasi, sedangkan Danu terus saja menggenggam tangan Nadil yang mulai terasa dingin.

Semua ini terjadi begitu cepat dalam malam ini.

"Kenapa bisa jadi gini?! Apa yang di mau sama Rei? Dia orang yang benar-benar gila untuk seukuran remaja!" Valdi berteriak meluapkan segala emosi yang di deritanya, dia terlalu kalut dan tak bisa berpikir jernih.

Valdi tidak bodoh dengan apa yang terjadi. Hari di mana Mario mengungkap jika Rei datang ke sekolah ini untuk menginginkan kematian mereka. Valdi bisa menangkapnya saat kematian lima siswa beberapa minggu lalu dan kebakaran gedung aula saat ini.

"Nadil...Udh ga bernapas...." Lirihan dari Danu membuat Qawi dan Valdi semakin terdiam dan semakin kalut.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa Rei mengincar kita juga?" tanya Qawi bingung. Dia benar-benar tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah selain menjadikan mereka temannya, Rei akan membunuh mereka selanjutnya?

"Fawaz?" Danu bergumam dan menyipitkan matanya saat melihat bayangan Fawaz dan Azam berjalan melewati UKS. Danu ingin sekali menghampiri keduanya, tetapi dia langsung mengurungkan niatnya saat melihat tatapan kosong dari keduanya.

Tatapan yang sama seperti milik Mario tadi.

Lalu Danu saling bertatap pandang dengan Valdi dan Qawi. Ketiganya mengambil sprei putih dari ranjang satunya, ketiganya menutupi tubuh Nadil seutuhnya, tak lupa pula mereka mendoakan Nadil. Kemudian ketiganya mulai beranjak keluar UKS, tujuan ketiganya untuk mengikuti kemana perginya Fawaz dan Azam.

Di lain sisi, Rei mulai menggerakkan bidak kudanya dengan berjalan selaras dengan huruf L. Bidak itu menyentuh ujung kepala bidak bishop, lalu mendorongnya dengan kuat hingga terlempar keluar dari papan catur.

"Menurut kalian, siapa bidak bishop mereka?"

Arjuna berpikir sejenak mendengar pertanyaan dari Rei, dia menatap Kainan yang juga menatapnya. "Gue ga tau, Kai tau, ga?" Kainan terdiam menderngarnya.

Dia masih belum bisa mencerna, setelah membunuh siswa, dia menginginkan pembunuhan lagi?

"Wakil kepala sekolah?" tanya Gaffi menjawab. Dia juga belum tau siapa saja bidak musuh.

Rei terkekeh kecil dan menggeleng. "Kalian salah, bidak bishop mereka itu staff kesiswaan dan OSIS," jawab Rei.

Kainan tersentak, dia menatap Rei tak percaya. "Lo mau membunuh mereka juga? Lo pembunuh Rei! Ga cukup lo bunuh siswa dengan bakar mereka hidup-hidup di aula?!" Kainan bertanya dan menuding Rei dengan amarah, sejujurnya dia takut.

Rei bangkit dari kursinya, wajahnya berubah menjadi lebih dingin tanpa raut ekspresi di sana. Dia  berjalan dan berhenti tepat dihadapan Kainan. "Gue pernah bilang kalau gue bukan pembunuh dan ga akan pernah jadi pembunuh. Kalau pun gue ngelakuin sesuatu, gue ga pernah ngelakuin itu dengan tangan gue sendiri. Jadi, gue pembunuh? Gitu menurut lo?" Semua pertanyaan dan jawaban itu terlontar dari bibir Rei.

Kainan mengepalkan tangannya, matanya berkaca-kaca, ditatapnya Arjuna dan Gaffi. Dia begitu bodoh dan tak mengerti semua ini. Bahkan, dia juga baru menyadari jika ada sosok lain di tubuh Arjuna hanya karena Arjuna ingin melindungi dirinya sendiri.

"Tapi—kenapa harus semua orang yang di bunuh?" tanyanya dengan pelan.

"Karena gue ga suka dengan semua pernah yang terlibat dengan Alvano. Baik itu kekerasan, keadilan, kebencian, atau pun perteman. Dan benar kata Ajun, mereka pantas mati." Jika sudah mendapatkan jawaban begini, apa yang harus Kainan lakukan lagi?

÷

"Lo gila anjir!" Re tertawa melihat betapa lucunya Mario, dia mengangguk dan tertawa semakin keras, lalu dia berhenti tertawa dan menggeleng.

"Gue emang gila. Bahkan, lebih gila daripada Rei, gue rasa lo tahu gimana gilanya Rei, kan? Nah, itu! Gue lebih gila dari dia, hahah." Mario menghela napasnya pasrah dan mengacak rambutnya.

Dia terjebak dengan orang yang lebih gila daripada Rei.

"Yaudah! Sekarang lo mau ngapain?" tanya Mario yang sepertinya sudah lelah.

Re berjalan dua langkah di depannya, dia membuka mulai menyalakan lampu ruangan. Terlihat seluruh anggota OSIS dan lima staff kesiswaan tengah terduduk di atas penutup kolam renang dengan kondisi terikat, mata dan mulut mereka ditutup menggunakan kain putih. Mario baru menyadari jika mereka berada di area kolam renang indoor.

Re berbalik dan tersenyum ke arah Mario. "Gue ga suka lihat mereka, menurut lo apa yang harus gue lakuin?" Mario mengernyit mendengar pertanyaan dari Re, matanya mulai melirik ke arah tangan kanan Re yang sudah berada di tiang tombol yang berfungsi untuk membuka dan menutup penutup kolam renang.

Re mengangguk, wajahnya masih tersenyum, Mario sendiri sudah keringat dingin dibuatnya. Mario mulai memundurkan langkahnya dengan pelan saat Re menekan tombol itu. Penutup kolam terbuka, semua beban yang ada di atas penutup langsung terjun begitu saja ke dalam kolam. Cipratan air yang sedikit besar itu mampu mengenai tubuh bagian belakang milik Re membuat remaja itu merengut sebal.

"Baju gue jadi basah!" kesalnya.

Dia berbalik dan menatap bagaimana para manusia itu tengah bergerak-gerak di dalam air untuk menyelamatkan diri. Bibirnya kembali menyunggingkan senyuman, dia menggeleng, laluberjongkok di pinggir kolam.

"Jangan buka mulut, ya. Nanti kalian cepet matinya," ujarnya begitu santai.

"L-lo, apa yang lo campurin di dalam kolam?" Mario bertanya saat dia menyadari dari semua ujaran Re.

Rei memasukkan jari telunjuknya ke dalam kolam, jari telunjuknya mulai bergerak memutar dan sedikit mencipratkannya layaknya tengah bermain. "Zat yang bisa membekukan cairan tubuh, gue ga tau apa namanya, soalnya gue ga ga sekolah,  tapi kata Rei itu bisa membekukan cairan di dalam tubuh kalo zat itu masuk ke dalam tubuh," jawab Re sedikit sedih, dia sangat bodoh kalau soal begini.

"Oiyah, gue pernah pake itu juga waktu bunuh orang-orang itu. Mereka bilang haus, dan gue ga punya air minum, kebetulan ada air itu di kantung gue, di kasih Rei, sih. Nah, itu cairan apa?" lanjutnya bertanya.

Mario terdiam dan membuka mulutnya. "Arsenik," jawabnya.











#halo wins!
How's your day?

[✓] IT'S (NOT) METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang