Un = a . r n - ¹ = 1 + 2 + 4 + 8 + 16 + ...

1K 188 45
                                    

21. INM : PERSETERUAN

Hari berikutnya, Farrel mengamuk besar di dalam kelas hanya karena perkara Kainan yang tak sengaja menyenggol bahunya yang masih sakit. Bahkan, Farrel tanpa segan mendorong tubuh Kainan hingga menabrak loker dan menimbulkan suara hantaman begitu keras. Tak segan pula, Farrel menarik kerah seragam Kainan hingga wajah keduanya berdekatan. Deru napas yang saling beradu, kilatan amarah di kedua pasang sorot tajam itu semakin membuat suasana kelas 10-3 terasa begitu mencengkam.

Raka hanya melihat keduanya tanpa minat. Bahkan, dia keluar dari kelas begitu santainya hingga Mario menarik tangannya. Raka meliriknya sekilas dan menarik paksa tangannya dari genggaman Mario.

"Temen lo bertengkar itu," ucap Mario. Mario ingin memberitahu Raka jika dua anak itu akan semakin baku hantam jika tidak di hentikan.

Raka melirik Kainan dan Farrel yang masih saling memukul tanpa adanya yang memisahkan pertengkaran keduanya. "Gue ga perduli," balas Raka dan langsung keluar dari sana.

Sedangkan Mario hanya mengusap wajah dan rambutnya dengan kasar. Dia berbalik dengan napas yang memburu. Dilihatnya keduanya dengan perasaan yang menggebu, dengan sekali jalan, Mario menarik Farrel dan mendorongnya hingga menabrak meja, lalu Mario juga menarik Kainan dan mendorongnya ke arah Farrel hingga menimpa Farrel. Mario menatap tajam keduanya dan langsung menyeret keduanya ke luar kelas.

"Lo berdua ikut gue!" ujarnya sembari menendang pintu kelas dan menyeret keduanya dengan kasar.

Sedangkan Raka yang berada tak jauh dari kelas 10-3 hanya melihat ketiganya sembari bersandar pada jendela koridor. Kemudian netra elangnya melihat ke arah rooftop gedung 1 di mana kelas 12 berada. Netra elangnya beradu tatap dengan netra teduh milik Rei yang hanya diam di atas rooftop tanpa melakukan apa pun.

"Lo gila, Rei," desisnya sedikit kesal. Dengan tangan terkepal dan menghela napas kasar, Raka pergi dari sana menyusul Mario, Kainan dan Farrel.

×

Arjuna kalang kabut, dia membuka pintu UKS begitu kasar, di belakangnya ada Kara yang mengikutinya. Mata Arjuna melotot kala melihat Kainan yang sedang di obati oleh Mario, tetapi Arjuna tak yakin karena Mario seakan memiliki dendam pribadi dengan Farrel dan Kainan.

"Pelan-pelan woi!" Farrel berteriak kesakitan saat Mario dengan sengaja menekan luka memar di pipinya.

Mario mendengus dan tertawa sinis. "Gitu doang, sakit?" tanyanya mengejek. Farrel mencibirnya dan merengut.

"Kai, lo ga papa, kan?" Arjuna langsung memeriksa keadaan Kainan saat Mario sudah selesai mengobati keduanya.

Kainan mengangguk dan sedikit meringis. "Gue ga papa," jawab Kainan sembari melirik sinis ke arah Farrel.

Raut wajah Arjuna begitu sedih, tangannya terangkat untuk merapikan rambut Kainan yang berantakan. "Please, jangan terluka," ucapnya begitu lirih.

Dengan senyum yang di paksakan seolah tak ingin membuat Arjuna semakin sedih, Kainan menepuk-nepuk pelan puncak kepala Arjuna. "Gue ga papa, lo jangan sedih gitu, gue ga suka," ucap Kainan membalas.

Kara beradu tatap dengan Mario, lalu netra rubahnya menatap Kainan dan Farrel. "Lo berdua kenapa bisa bertengkar sampe baku hantam gitu?" Pertanyaan tiba-tiba dari Kara membuat Farrel terdiam.

"Lo tanya aja sama dia, gue cuma ga sengaja nyenggol bahunya, eh dianya sensian kaya cewek lagi pms," jawab Kainan malas sembari menunjuk Farrel yang hanya diam.

[✓] IT'S (NOT) METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang