Lim x →2 = x² - 4 / x - 2

1.2K 203 63
                                    

11. INM : HEFAISTOS VS AAROV

Kini ketujuhnya berada disebuah jalanan ramai, di mana, banyak sekali anak-anak muda yang seumuran atau lebih tua dari mereka sedang berkumpul bersama. Bersandar pada motor dan mobil mewah, meminum minuman terlarang dan sebagainya. Tepat setelah mereka turun, Rei dapat melihat jika keempat anak yang dibawanya ini belum pernah menyentuh hal-hal berandal seperti ini. Rei sedikit lupa saja jika mereka adalah burung yang tinggal di dalam sangkar. Bersikap berandal hanya untuk bisa bertahan di sistem kuno sekolah mereka.

Salah satu orang dari anak-anak nakal itu menghampiri mereka dan bertos ria bersama Farrel.

"Weh ma, Bro! Lama ga kemari." Orang itu menyapa Farrel bahkan merangkulnya layaknya teman lama yang baru saja bertemu setelah bertahun-tahun.

"Sibuk kita-kitanya nih, Bro," balas Farrel sambil tertawa.

Orang itu menepuk bahu Farrel sedikit keras. "Si anjing bahasanya," ujarnya bercanda. Lalu, ekor matanya melirik empat orang asing yang berdiri di samping Raka, terlihat sekali, keempatnya adalah anak baik-baik. Lihatlah celana training dan kaos oblong yang dipakai keempatnya. Bukankah mereka terlihat seperti anak nyasar disini?

"Gas, dimana Aksara?" Orang itu—Bagas, langsung mengalihkan tatapannya dari Kara dan temannya, Bagas baru menyadari jika ada orang lain selain empat orang asing, Raka dan Farrel.

"R-rei?" tanya Bagas hampir terbata-bata, lalu dia menetralkan raut terkejutnya menjadi biasa saja.

Rei tak akan mengulangi pertanyaannya, maka dari itu, Bagas harus segera menjawabnya. "Eh ketua, Aksara di basecamp Aarov." Jawaban Bagas membuat Rei mengangguk, lalu dia menatap Raka yang mengerti akan tatapannya.

"Kalian, ayo ikut gue." Mereka mengikuti Raka pergi dari sana meninggalkan Rei dan Bagas berdua. Kara memperhatikannya sejak tadi, saat berbicara bersama Farrel, Bagas terlihat begitu santai. Tetapi saat berbicara dengan Rei, raut ketakutan tersirat di mata Bagas yang terlihat bergetar saat Rei menatapnya.

Kara jadi berpikir, apakah Rei semengerikan itu hingga orang lain takut padanya? Lihat saja Bagas yang terus saja menghindari tatapan Rei saat mereka berbicara.

Balik lagi ke Rei. Bagas terus saja menghindari kontak mata dengan Rei sebisa mungkin. Aura Rei begitu mengintimidasi, dia memang tak melihat Rei selama seminggu ini, baik di basecamp ini ataupun di sekolah.

"Gue bisa ketemu Aksara?" tanya Rei lagi, Bagas tersentak, dia sedikit linglung saat Rei bertanya padanya. Jadinya dia hanya mengangguk patah-patah sebagai jawaban.

Rei langsung pergi dari sana dan meninggalkan Bagas begitu saja, Bagas sendiri langsung mengucek matanya, menampar kedua pipinya sendiri dan terakhir dia mengelus dadanya. Akhirnya dia bisa bernapas lega.

"Si anjir! Rei makin serem aja gue liat," ujarnya pelan, dia tak mungkin mengatakannya secara kuat, bisa-bisa Rei tersinggung dan berakhir membuatnya tak bisa bernapas.

Rei berjalan memasuki area basecamp. Orang yang awalnya bergerumun kini menyingkir ketika Rei lewat. Hawa dingin terasa begitu menyesakkan bagi mereka, terasa seperti tercekik oleh puluhan akar rambat.

Rei menghampiri seseorang yang sedang duduk di sofa sembari meminum minumannya. Orang itu duduk sendiri dan hanya melihat anggotanya bersenang-senang.

"Oh Rei, apa kabar?" tanyanya ketika melihat Rei yang sudah berdiri di hadapannya.

"Baik," jawab Rei yang langsung duduk di sampingnya.

"Hefaistos nyerang kita tiga hari lalu, mereka ga terima tentang lo yang tiba-tiba batalin pertemuan di malam itu. Padahal, mereka udah nunggu lo selama sejam lebih. Kalau gue boleh tau, lo kenapa pergi tiba-tiba malam itu?" Orang itu—Aksara mengatakan hal yang harus Rei ketahui tanpa Rei harus bertanya padanya.

[✓] IT'S (NOT) MEOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz