Lim x →0 (Sin 4x - Sin ²x / 6x)

1.6K 233 75
                                    

04. INM : TANDA TERIMA KARA

Menurut Rei, Kara adalah sosok yang sangat sulit didekati. Setelah mengatakan jika dia ingin menjadi mawar hitam, Kara menghilang bak di telan bumi. Siswa itu sama sekali tak terlihat satu harian. Terakhir kali adalah kemarin saat mereka membuat perjanjian.

Kelas 10-5 sedang melakukan olahraga dan bergabung dengan kelas 10-2. Satu kelas yang hanya diisi 20 orang itu sekarang tergabung menjadi 40 orang. Mata Rei sedikit menyipit saat melihat dua sosok siswa berambut brown yang hanya diam saja dan satu lagi berambut hitam yang tampangnya saat ngeselin menurut Rei.

Ah Rei ingat dengan wajah keduanya. Keduanya adalah salah dua dari tiga foto yang dikirim Raka. Mario Mahawira dan Kainan Mahardika.

"Baiklah anak-anak, pembelajaran hari ini adalah pertandingan basket antara kelas 10-2 dan 10-2. Jadi saya harap kalian melakukan yang terbaik. Saya akan menilai kalian secara individu untuk mencatat nama kalian mengikuti pertandingan basket antar sekolah dua bulan lagi." semua murid mengangguk.

Arjuna yang memegang bola basket langsung melemparkan bolanya ke siswa kelas 10-2. Dia berniat mundur dan tak ingin ikut bertanding. Bahkan Arjuna tak segan menarik Rei agar ikut dengannya ke pinggir lapangan.

Rei yang ditarik hanya mengikuti Arjuna saja. Sejujurnya dia terlalu malas untuk banyak bergerak dan berkeringat hari ini. Walaupun basket adalah salah satu olahraga kesukaannya.

Sekitar 6 orang dari masing-masing kelas sudah berdiri di tengah lapangan untuk bertanding. Rei dapat melihat Mario yang berdiri sebagai kapten dan bertingkah sangat sombong seolah timnya yang memenangkan pertandingan.

Rei melirik Arjuna yang bertepuk tangan di sebelahnya. Siswa itu terlalu bersemangat dan sangat antusias dengan pertandingan ini.

"MARIO SEMANGAT!!!!" teriakan dari Arjuna membuat Rei terkejut. Rei langsung menarik Arjuna dengan bingung membuat Arjuna berhenti teriak.

"Lo kenapa? Mario kan lawan kita," kata Rei tak habis pikir.

Tapi Arjuna hanya tertawa sebagai balasannya. "Percuma. Mario itu peringkat kedua di piramida feodalistik. Ngalahin dia di pertandingan antar kelas ini ga ngaruh apa-apa. Karena tetep aja Mario yang bakal kepilih," jawab Arjuna antusias.

Rei mengernyit, bukankah ini sudah keterlaluan?

"Setidaknya Lo dukung kelas Lo, biar semangat mereka," balas Rei yang sedikit kesal.

Rei merasa ini tidak benar, menutup bakat dan prestasi menggunakan sistem feodalistik? Ini sangat memuakkan menurut Rei.

Seiring pertandingan berlangsung, Rei akui Mario cukup hebat dalam bermain dan mendribble bola. Tapi tetap saja, poin kelas 10-2 tertinggal cukup jauh dari poin kelasnya.

Sepertinya otak murid di sini sudah terkontaminasi dengan sistem feodalistik kuno ini. Setiap kelasnya yang mencetak skor tidak ada yang berteriak, bahkan anak kelasnya sendiri. Tetapi jika kelas 10-2 yang mencetak skor, terlebih Mario yang mencetaknya. Maka semua murid akan bersorak senang.

Miris sekali.

Pertandingan diakhiri dengan kemenangan 10-5. Tapi sayang sekali 3 orang yang berasal dari kelas 10-3 yang menjadi tim untuk pertandingan antar sekolah dua bulan lagi. Rei tersenyum miris melihat anak kelasnya yang lesu selesai bertanding. Sudah dipastikan jika mereka sakit hati.

Tiba-tiba sosok siswa berambut brown yang tak lain dan tak bukan bernama Kainan Mahardika menghampiri mereka—lebih tepatnya menghampiri Arjuna yang berada di sebelahnya. Kainan memberikan sebotol air mineral kepada Arjuna membuat Arjuna terkejut bukan main.

[✓] IT'S (NOT) METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang