g (x) = 3x⁷ + 2x⁶ + 2x⁴ - 2x⁸ + 8

1.1K 184 41
                                    

16. INM : TANTANGAN

Di rooftop gedung 4, ada sekitar 11 orang siswa tengah duduk melingkar di atas kardus. Raut wajah yang mereka tunjukkan begitu berbeda-beda. Ada yang terkesan cuek, datar, dingin, bingung, kesal dan malas.

Rezvan berdecak dan menggeser duduknya sedikit menjauh dari Nadil. "Intinya lo ngajak kami kemari mau ngapain?" tanyanya kepada Rei.

Rei mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah artikel dengan judul : KRONOLOGI PENANGKAPAN DAN PENCULIKAN 7 JENDRAL. Sepuluh siswa itu melihatnya dan mengernyit bingung.

"Kara, Mario, Kainan dan Arjuna, lo berempat tau, kan, apa tujuan gue datang ke sini?" Keempat siswa yang di sebutkan itu terdiam. Tentu saja mereka tahu, Rei berniat mencari pembunuh Alvano dan melengserkan sang pemimpin di sekolah ini.

"Ya terus, hubungannya sama pembunuhan tujuh jendral apaan?" tanya Arjuna tak mengerti.

"Tahun 1948 terjadi perbedaan pendapat antara golongan partai kanan dan kiri. Golongan kiri di duga melakukan pemberontakan dengan mendirikan pemerintahan Uni Soviet—indo di Madiun. Padahal saat itu, komunis adalah musih bagi angkatan darat. Karena itulah, pemerintah melakukan operasi militer untuk menumpas hal tersebut." Delapan siswa itu menatap Rei dan mendengarkannya, sedangakn Rei tersenyum miring melihat mereka.

"Lalu, karena konflik semakin memanas, PKI mengaungkan isu adanya jendral atau dewan jendral yang ingin menggeser posisi presiden Soekarno. Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan para jendral diculik. Padahal yang sebenarnya terjadi para Jenderal bukan ingin menggeser posisi Soekarno, melainkan membahas Wanjakti yaitu Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi AD yang tugasnya untuk membahas kenaikan pangkat dan jabatan.  Awalnya, dalam perundingan tidak menyebutkan rencana pembunuhan. Namun, Lettu Doel Arief memberikan perintah bahwa para jenderal harus diculik dalam keadaan hidup atau mati. Dan gue rasa, lo semua sangat pintar ke arah mana pembahasan kita," lanjut Rei menjelaskan.

Qawi dan Mario mengepalkan tangan mereka, tanpa aba-aba, Mario berdiri dan mencengkram kerah seragam Rei, lalu memojokkan remaja itu ke dinding. "Sialan! Lo berniat gunain itu di sekolah ini?!" tanya Mario dengan amarah, dia tak habis pikir dengan pola pikir siswa di depannya ini.

Sorot Rei semakin tajam, dia melirik sepuluh siswa lainnya yang berdiri di belakang Mario. Tangan kirinya menggenggam tangan Mario, lalu dia menarik tangan Mario dan memutarnya hingga menimbulkan suara patahan tulang yang renyah. Krek!

"Akh!"

Semuanya tentu terkejut melihat apa yang di lakukan Rei. Mario jatuh terduduk memegang tangan kanannya yang tak bisa di gerakkan, Kainan dan Arjuna segera membantu Mario untuk menjauh dari Rei.

"Apa yang lo rencanakan?" Kara menatap was-was ke arah Rei kala remaja itu mendekati mereka.

"Reduce, gue mau sistem reduce di lakukan mulai hari ini," jawab Rei santai.

"L—lo, lo berniat mengurangi populasi di sekolah ini?" Napas Valdi tercekat, pengurangan populasi sama saja dengan pembunuhan.

"Iya, dan itu tugas kalian." Mereka semua tersentak mendengar jawaban Rei. Apakah Rei begitu gila hingga menginginkan pembunuhan terjadi di sekolah ini?

"Lo semua tenang aja, yang harus lo semua lakuin cukup menerimanya tanpa berbuat apapun." Rei menjeda kalimatnya, matanya melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi. "Jam istirahat pertama udah di mulai, gue duluan. Dan satu lagi, cukup terima dan jangan membantah," lanjutnya menjawab.

Kepergian Rei membuat mereka mematung di tempat. Apakah mereka berurusan dengan psikopat gila?

×

[✓] IT'S (NOT) MEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora