Lim x → ~ = 2x² - x - 3 / x² - 3

1K 179 25
                                    

17. INM : UNKNOWN DARE

"PANGGIL AMBULANS!!!"

Teriakan yang berasal dari lantai 3 di ruang OSIS membuat beberapa anggota OSIS kalang kabut. Ketua OSIS mereka baru saja menemukan dua mayat tergantung di ruangannya, mereka adalah ank OSIS yang di tugaskan untuk mengambil beberapa berkas penting untuk rapat.

Beberapa murid yang mendengar teriakan mulai mendekati ruang OSIS. Sedikit mengintip, menjinjit, mendorong dan berbisik-bisik, mereka mulai kepo dengan apa yang terjadi.

Begitupula dengan Danu dan Valdi yang ikut keluar dari kelas mereka. Keduanya terkejut kala ada dua kantung mayat dan beberapa anggota medis yang menggotong kantung mayat itu. Keduanya saling pandang dan melirik ke arah lantai di sepanjang koridor.

"Pembunuhan lagi?" tanya Danu sedikit was-was. Segala pikiran buruk menari dan berputar di kepalanya.

"Kita harus minta penjelasan dengan Alvano," ucap Valdi menjawab.

Keduanya berjalan menuju lantai 1 di mana kelas 10-3 sedang melangsungkan pembelajaran. Awalnya kelas 10 dan kelas 11 juga ikut heboh karena ada mayat lagi, tetapi guru yang mengajar tak mengizinkan mereka untuk terlalu ikut campur.

Tok... Tok.... Guru yang sedang mengajar menoleh ke arah pintu dan tersenyum.

"Permisi, Bu, saya ingin memanggil Alvano Raifansyah, ada sesuatu yang penting yang harus di bicarakan, Bu." Sang guru mengangguk dan mempersilahkan Rei untuk keluar.

"Boleh, silahkan, Alvano."

Rei membungkuk. "Terima kasih, Bu," ucap Rei.

Sampai di luar, Valdi langsung menarik Rei menuju perpustakaan. Valdi menariknya ke ruang baca paling pojok dan mendorongnya sedikit kasar. Raut wajah Valdi begitu tanpa ekspresi, dia masih menerka-nerka, apakah yang dia pikirkan itu benar atau tidak. Tetapi saat melihat wajah Rei yang begitu tenang dengan sorot mata yang meneduhkan itu, Valdi menjadi ragu.

"Ada apa?" tanya Rei ketika dua orang di hadapannya ini tak berbicara sedikit pun.

Danu berdeham sebentar dan menatap Rei dengan dalam. "Lo tau tentang mayat tadi, kan?" Pertanyaan tiba-tiba yang di ajukan oleh Danu membuat Rei mengangguk, tetapi setelahnya dia tersenyum miring.

"Dan lo berdua narik gue ke sini karena lo berdua punya spekulasi kalau gue pelakunya, kan?" Rei bertanya balik membuat Valdi dan Danu tersentak.

"Bukan gitu, tapi—."

"Gue bukan pembunuh, dan ga akan pernah jadi pembunuh." Rei memotong ucapan Danu. Dia berjalan ke arah kursi dan duduk di sana, matanya melirik ke arah tumpukan buku yang sedikit berserakan.

"Tapi, gue tahu siapa pembunuhnya." Kata lanjutkan yang di keluarkan Rei terdengar begitu santai. Namun, Danu dan Valdi menyadari sesuatu dari perkataannya.

"Itu berarti lo tau siapa yang udah bunuh mereka berdua?" tanya Valdi menuntut. Lagi-lagi Rei mengangguk tanpa mengalihkan atensinya dari tumpukan buku itu.

"Siapa yang udah bunuh mereka? Atau jangan-jangan, lo juga tahu siapa yang udah bunuh siswa yang tergantung di pohon mangga dan dua siswa di ruang seni?" Danu menatap penuh harap ke arah Rei, apa mungkin Rei juga tau tentang siapa yang sudah membunuh tiga siswa lainnya.

"Mereka. Mereka saling bunuh untuk menentukan pemenang dari tantangan yang di berikan." Jawaban dari Rei tentu saja membuat Valdi dan Danu merasa bingung.

"Maksud lo apa?" tanya Valdi bingung.

Rei sedikit merenggangkan otot lehernya, dia berjalan mendekati Valdi dan Danu, lalu berdiri di antara mereka. "Unknown dare," bisiknya tepat di telinga keduanya.

[✓] IT'S (NOT) METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang