Lim x →2 = (2 / x - 2 / 8 / x² - 4)

1.3K 202 36
                                    

09. INM : PERJANJIAN TETAP PERJANJIAN

Langkah kaki Rei menyusuri lorong dimana para produk dijajar rapi di rak. Sore ini, Rei berniat membeli minuman dikarenakan dahaga menyerang tenggorokannya. Tubuhnya berhenti di depan kulkas dan membukanya. Mata Rei memilah mana minuman yang akan ia beli.

Rei mengambil salah satu minuman dan langsung meminumnya dari tempatnya. Arah pandangnya tak sengaja melihat sesosok siswa SMA 07 Andromeda yang berbelanja di sini juga. Rei segera menghampirinya dan memberikan kartunya.

Siswa itu terkejut saat ada seseorang yang memberikan kartu siswanya kepadanya.

"Oh setelah amnesia, Lo jadi baik ke gue?" tanya siswa itu yang tak lain dan tak bukan adalah Nadil.

Rei mengangkat bahunya. "Orang yang mau nolong orang lain belum tentu baik," jawab Rei santai.

Nadil memutar bola matanya malas, dan menerima kartu siswa milih Rei. Beruntung juga dirinya, dirinya sudah memakan dan meminum jajanan di minimarket ini, tapi sayang sekali kartu kesiswaannya tertinggal di asrama. Dia tak bisa keluar dari tempat ini jika belum membayar.

Setelah selesai, Nadil memberikan kartu Rei kembali dan Rei mengangguk. Keduanya mengalihkan pandangan dari mesin pembayaran saat sebuah kartu kesiswaan keluar dari sana. Mata Nadil sontak membulat sempurna kala melihat transaksi pembayaran atas nama Nadil namun kartu yang dipakai bukan milik Rei, melainkan milik siswa lain, terlebih di kartu itu menunjukkan transaksi dengan tulisan merah yang artinya transaksi di lakukan tanpa izin pemilik kartu.

"A—apa? Bagaimana bisa?" Pertanyaan dari Nadil membuat dirinya bingung sendiri. Dia tak ingin mendapatkan dispensasi saat ketauan melakukan ini, dimana jelas-jelas ini bukan kelakuan nya.

Nadil menatap Rei yang hanya diam, lalu Nadil menarik tangan Rei yang dimana sang pemilik ingin beranjak pergi.

"Lo mau kemana?" tanya Nadil cemas.

Rei menunjuk pintu keluar dengan wajahnya. "Balik ke asrama lah, emangnya ngapain lagi gue disini?" jawab Rei yang dibenarkan oleh Nadil.

Tapi Nadil sangat takut sekarang, jika masalah ini diketahui oleh sang pemilik kartu ataupun para staff kesiswaan. Hidupnya akan bahaya, kemungkinan terbesarnya, ia akan turun ke kelas dimana para rakyat berada. Sudah cukup dia mempertahankan perilakunya dan menetap menjadi ketua kelas demi bisa berada di kelas bangsawan, walaupun harus kelas 11-4.

Rei dapat melihat jika Nadil sangat cemas, dirinya tak peduli dan berniat untuk pulang. Namun, lagi-lagi Nadil menarik tangannya membuat Rei mengurungkan niatnya.

"B—besok kalo gue dipanggil sama staff kedisiplinan Lo harus bantu gue." Rei mengernyit saat mendengar permintaan Nadil.

Rei mengangguk lalu menatap Nadil. "Kenapa harus gue?" tanya Rei

Nadil bimbang, matanya bergerak liat, dia mengepalkan tangannya. "Karena Lo saksi matanya. Lo liat kartu itu, itu punya siswa lain, tapi transaksi atas nama gue dengan tulisan berwarna merah. Please bantu gue, gue ga mau kena dispensasi dari staff kesiswaan," jawab Nadil takut, dia belum pernah merasakan ketakutan seperti ini.

Rei menggeleng dan menatapnya datar. "Engga. Lagipula, untungnya buat gue apa?" Lagi-lagi Rei bertanya membuat Nadil kesal sendiri.

"Bantu gue, gue bakal ngelakuin apapun, tapi tolong Lo bantu gue," jawab Nadil meminta, masa bodoh dengan semuanya! Dia harus memikirkan nasibnya.

"Apapun?" tanya Rei memastikan, dan Nadil mengangguk.

Rei tersenyum dan maju selangkah tepat dihadapan Nadil. "Kalau gitu, Lo harus terima tawaran buat jadi sekutunya Kara. Jangan Lo pikir, gue gatau tentang kejadian siang tadi." Mata Nadil sontak membelalak, dia menatap nyalang ke Rei.

[✓] IT'S (NOT) METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang