f (x) = 4/3 x ¾-¹

1.1K 182 42
                                    

14. INM : SEKUTU RESMI

"Sial!"

Valdi mengamuk di kamar asramanya, setelah menyelesaikan battle dan kepulangan dari rumah sakit, dia dan Danu memutuskan untuk kembali ke asrama lebih dulu. Danu yang duduk di atas kasur hanya menghela napasnya lelah, padahal Danu sudah memperingatkan Valdi untuk tidak gegabah.

"Mau gimana lagi? Lagian untung juga jadi sekutu tuh bocah." Valdi yang mendengar ucapan dari Danu segera menoleh dan berjalan mendekati Danu.

Wajahnya memerah padam dengan beberapa hiasan lebam biru keunguan di sekitar pipi dan pelipis matanya. Sorot tajamnya seolah mengoyak tubuh Danu dengan kilatan secepat guntur.

"Gabisa! Gue ga terima! Mereka licik! Lo tau kan, Hefaistos di rendahkan!" Balasan dari Valdi membuat Danu menutup matanya.

Danu kembali menghela napasnya dan berdiri di hadapan Valdi. Ditepuknya bahu Valdi dan menggeleng. "Kita terima aja, setidaknya kita punya keuntungan karena sudah berhasil menggaet Piramida feodalistik, terlebih bukan cuma Kara, tapi Mario dan Kainan juga. Kita bisa ambil keuntungan dari situ."

Valdi terdiam, yang dikatakan oleh Danu memang sangat benar, tapi dia tak bisa menerima penghinaan ini. Valdi masih ingat sebelum melakukan battle, dua hari lalu, Mario datang meminta kelas 12-1 sebagai sekutu.

"Ga penting."

Mario menggeram marah, ditariknya kerah seragam Valdi. "Gue baik-baik datang kesini, jangan lo pikir lo senior gue disini, gue ga berani sama lo. Inget, disini nerapin sistem feodalisme, jadi ga bakal ngaruh kalo lo ga punya uang dan kekuasaan." Balasan dari Mario, Valdi dapatkan.

Siswa itu bahkan tak segan melepas cengkramannya dan mendorong tubuh Valdi hingga menabrak meja guru, sedangkan Danu langsung menarik Valdi untuk tidak membuat keributan dengan Mario kembali.

"Sialan!" Valdi ingat sekali bagaimana sombongnya Mario saat dia mengajak kelas 12-1 untuk jadi sekutunya.

"Besok Lo ga usah masuk, gue bakal absen lo," titah Danu yang diangguki Valdi, karena battle itu tubuhnya menjadi sakit.

×

"Tunggu."

Nadil menarik tangan Rei saat remaja itu hendak pergi ke kamarnya. Rei melirik tangannya yang ditahan Nadil dengan bingung. Nadil yang merasa canggung kini melepaskan tangan itu sedikit menyentaknya.

"Apa?" tanya Rei sambil menatap Nadil dan Qawi.

Nadil meringis saat tak sengaja bibirnya sedikit sakit saat untuk berbicara. "Besok hari terak—."

"Gue bakal dateng." Ucapan Nadil terpotong kala Rei langsung menyelanya. Nadil sedikit bernapas lega, besok adalah hari terakhir waktu dispensasinya.

"Lo ga nipu kan?" tanya Qawi menyelidik, dia sedikit tak percaya dengan sosok dihadapannya, mereka berdua sudah menjadi korban penipuan dari Rei.

Rei menggeleng. "Engga, perjanjian tetap perjanjian, dan gue ga pernah ingkar janji, kecuali itu memang penting buat gue." Jawaban dari Rei membuat keduanya saling pandang.

Apakah sosok dihadapan mereka akan menipu mereka lagi?

×

Jam 8 pagi di hari Jumat yang cerah ini. Hari ini adalah hari penentuan bagi Nadil dimana dia harus membawa saksi atas perbuatan yang tak dilakukannya. Sudah sejak jam 8 pagi, Nadil menunggu Rei, namun remaja itu belum juga datang.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 08:40. Empat puluh menit sudah berlalu. Namun, Rei belum juga datang. Nadil sudah berkeringat dingin saat ini, jika hanya Qawi tak akan cukup membebaskannya dari masalah ini. Butuh setidaknya dua orang untuk menjadi saksi di sidang kesiswaan.

[✓] IT'S (NOT) METahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon