Sin x + Sin y = 2 Sin ½ (x + y) Cos ½ (x + y)

993 169 85
                                    

34. INM : DEEP TALK ABOUT SCREAT

"Ini makanan buat lo, jangan jadi kaya tahanan yang broken home." Kainan menoleh saat Gaffi memberikannya sebuah roti. Namun, Kainan tak berniat menyentuhnya sama sekali.

Gaffi menghela napasnya dan mengambil duduk di samping Kainan. "Gue mungkin tahu kalau lo lagi bingung sekarang, tapi gue ga tahu gimana perasaan lo sekarang." Lagi-lagi Kainan hanya diam saja tanpa menanggapinya.

Gaffi menoleh ke arah jendela. "Dulu gue korban human trafficking." Kainan menoleh mendengar kalimat yang keluar dari bibir Gaffi.

"Dulu, waktu gue masih SD, orang tua gue meninggal karena kecelakaan mobil. Awalnya gue diadopsi sama Om dan Tante, tapi lama-lama mereka ga terima saat seluruh harta orang tua gue 100% ada di gue, mereka mulai berubah, mereka yang awalnya sayang sama gue berubah jadi jahat." Gaffi menjeda ucapannya.

"Tante mulai mukulin gue dan jadiin gue pembantu di rumahnya, lalu malam itu, mereka berniat bunuh gue. Namun, kepala maid di rumah gue bantu gue buat kabur dari mereka. Gue yang masih kecil, ga tahu apa-apa, cuma bisa lari tanpa alas kaki, masih pake piyama gambar pokeman, sih, kalau ga salah. Kaya orang-orang itu natap gue bingung. Anak gemoy dari mana jalan sendirian di tengah malam. Haha lawak banget, ya, kan?" lanjutnya bertanya.

Lalu Gaffi terdiam kembali, dia menghela napasnya. "Karena gue masih kecil dan ga tahu apa pun, gue ketemu sama orang yang mau nampung gue dan—dia baik sama gue—awalnya." Kainan semakin penasaran, dia sedikit menegakkan duduknya.

Dengan sedikit keberanian dia mulai bertanya. "Awalnya?" tanyanya.

Gaffi mengangguk. "Iya, awalnya. Orang itu sebenarnya pemilik tempat bordil. Gue di bawa sama dia, dia ngurusin gue dengan baik. Awalnya gue cuma diperkerjakan sebagai pelayan yang nganterin makanan atau minuman di setiap kamar inap, tapi semakin gue beranjak remaja, mereka mulai nyuruh gue yang aneh-aneh dan itu ga cocok untuk anak di bawah umur kaya gue, yah, you know what I mean. Mereka mulai ngelakuin kekerasan sama gue kalau gue nolak semua keinginan mereka, mereka bakal mukulin gue, ngurung gue tanpa ngasih gue makan, dan—beberapa kali mereka mulai ngelecehin gue. Hingga waktu umur gue 13 tahun, mereka ngejual gue di pelelangan budak. Dan saat itu gue bener-bener takut atas seluruh hidup gue." Gaffi kembali menjedanya.

"Lo bisa berhenti kalau lo ga sanggup," ujar Kainan yang merasa iba.

Gaffi menggeleng. "Gue gapapa, gue bakal lanjut, ga enak juga cerita setengah-setengah bikin orang oenasaran. Tepat giliran gue, ada banyak orang yang nawar gue dengan harga tinggi, hingga di deretan kursi paling belakang, ada seorang pria bersama dua anak remaja dan tiga anak kecil kembar menatap gue dengan pandangan yang sangat berbeda, gue ngerasa tertenggun dengan tatapan mereka. Tatapan yang ga semua orang punya, kaya tatapan itu adalah hak milik mereka. Dengan beraninya dan lantang, pria itu nawar gue dengan harga yang 10 Kali lipat dari harga yang ditawarkan. Waktu itu, gue ngerasa seneng dan takut, senengnya gue ngerasa kaya bebas dari belenggu rumah bordil itu, dan takutnya kalau gue masuk ke kandang iblis. Dan lo tahu apa yang lucunya? Ketakutan gue jadi kenyataan, gue masuk kandang iblis. Hehe lucu, ya?"

Kainan terdiam, kenapa Gaffi bisa tertawa saat menceritakan seluruh rahasia yang dia simpan?

"Al keluarga adalah keluarga terpandang di dunia bisnis, keluarga yang dipimpin oleh orang bernama Alvenzio Rudolf, dia adalah ketua mafia generasi kelima dari seluruh keluarga Al. Alvenzio memiliki 5 orang putra yang memiliki keistimewaan mereka masing-masing, mereka seperti Azazil. Mereka memiliki sifat malaikat, tetapi mereka bisa menjadi seperti iblis tanpa bekas kasihan dan perasaan. Mereka tak akan berurusan dengan sesuatu hal yang tidak bersangkutan dengan mereka. Dan jika mereka sudah menanggapi hal tersebut, itu tandanya mereka tertarik dan merasa tertantang. Dari sini, lo tahu, kan, apa maksud gue?" Pertanyaan dari Gaffi mampu membuat Kainan memiliki banyak sekali spekulasi di otaknya.

"Belum, ya? Gue lanjutin. Bisa dibilang kalau gue adalah hamba sahaya mereka, gue mengabdi atas seluruh hidup yang gue punya. Sejak mereka membeli gue, mereka tak pernah berlaku buruk sama gue, termasuk anak-anak nya. Gue sangat dekat dengan Alvano, dan selalu bertengkar dengan Re, dan gue—selalu takut sama Rei. Rei itu definisi segalanya dari keluar Al. Selama gue kenal mereka, Alvano adalah yang paling waras di antara mereka, dalam tanda kutip 'lebih gila dari manusia normal', lalu tingkatan selanjutnya ada Re, dia adalah memiliki kelainan mental, psikopat mungkin, karena dia sangat sadis jika sedang merasa bosan."

"Gue rasa satu keluarga emang punya sakit mental," potong Kainan yang mampu membuat Gaffi tertawa.

"Lo bener, dan tingkatan selanjutnya ada Vero dan Veno, anak pertama dan kedua dari Alvenzio, kedua sifat mereka sama dengan Vano dan Re, terapi sedikit lebih kejam aja. Lalu Alvenzio sendiri menempati peringkat keempat, dan terakhir ada Rei, putra ketiga dan salah satu triplets bersaudara yang sangat tidak bisa di tebak. Walaupun Rei masih remaja, anak itu memiliki sifat iblis yang sesungguhnya, dan dia adalah manipulatif ulung yang mampu membuat semua orang bertekuk lutut dihadapannya." Kainan membenarkannya, sejauh dia mengenal Rei selama ini, anak itu sangat tidak bisa ditebak jalan pikirannya.

"Lo pasti udah ga asing waktu Rei ngomong gini, kan? Gue bukan pembunuh dan ga akan pernah jadi pembunuh. Dan satu lagi, kalaupun gue ngelakuin sesuatu, gue ga pernah ngelakuin itu dengan tangan gue sendiri. Itu semua benar, Rei bukanlah pembunuh, dan Rei ga pernah ngelakuin hal negatif dengan tangannya sendiri, karena Rei adalah si dalang. Dia adalah penggerak keluarga Al saat keluarga Al merasa tertantang akan sesuatu. Lo tahu? Mereka punya peran mereka masing-masing. Sampai sini, lo masih belum paham?"

Kainan tertawa—lebih tepatnya tertawa miris dan tak menyangka, keluarga Alvano sangat mengerikan, ya?

"Sekarang gue ngerti maksud kalimat itu. Rei memang bukan pembunuh, tapi Rei adalah orang yang menggerakkan Re untuk melakukan pembunuhan, dan Alvano bertugas sebagai si pelaksana rancangan dari seluruh rancangan yang dibuat oleh Rei, gitu, kan?" Gaffi tertawa dan menggeleng.

"Kurang tepat, lebih tepatnya, Rei cuma penggerak, Re yang bergerak, Alvano yang merancang, dan si pelaksana rancangan itu adalah anak pertama dan kedua. Dalam segala segi apa pun, kalau lo terjebak di dalam permainan mereka, yang harus lo cari adalah Rei, itu pun kalau lo bisa," jawab Gaffi menjelaskan.

Kainan bergidik ngeri, kenapa menyeramkan sekali?














#halo wins!
How's your day?

Aku balik lagi!!!
Kemarin WP aku error' :)
Jadinya ini double up, silahkan dihayati, kalau kurang paham bisa tanya :)

Bisa juga liat chattan Al bersaudara di chap kemarennya lagi biar makin paham

See you
Next chapter 👉
Thanks for everything and I love you all❤️

[✓] IT'S (NOT) MEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora