Sin x - Sin y = 2 Cos ½ (x + y) Sin ½ (x - y)

1K 158 53
                                    

35. INM : BIDAK BENTENG MUSUH?

Rei menoleh kala lima anak lainnya tak bersuara di Indra pendengarannya. Netranya jatuh ke arah kelimanya yang hanya diam mematung tanpa bergerak sedikit pun-termasuk Kara. Rei melangkahkan kakinya mendekati kelimanya setelah selesai menendang bokong Arjuna dan Re agar keduanya berhenti bertengkar.

"Kara, lo dengar gue?" Keterdiaman Kara mampu membuat keempat lainnya semakin bingung. Danu beralih melihat ke arah Mario, dia baru mengingat sesuatu.

"Mario, lo-tadi gini juga, kan?" Alis Mario berkerut saat mendengarnya, lalu dia mengangguk.

"Iya,-tapi gue ga tahu apa yang terjadi," jawabnya bingung.

Dengan tiba-tiba, Rei menepuk bahu Kara, lalu dia menariknya ke bawah hingga Kara jatuh bertekuk lutut dihadapannya. Qawi hendak menolong Kara. Namun, Valdi langsung menarik tangannya.

"Kita lihat apa yang terjadi dulu," ujarnya mencegah, kepala Qawi bergerak turun, lalu naik, dia mengerti ujaran dari Valdi.

Tangan Rei yang semula berada di bahu Kara kini beralih ke tengkuk Kara, dia sedikit menyibak kerah baju belakang Kara. Sebuah tatto berbentuk persegi dengan angka 1 Romawi tercetak jelas di kulit leher milik Kara. Jari Rei bergerak membelai tatto itu searah dengan pola, lalu dia sedikit menekannya hingga ringisan terdengar dari bibir Kara. Setelahnya, dia mengeluarkan sebuah kartu siswa dari saku celananya.

Tepat di depan mata Kara, dia mematahkan kartu itu. Qawi, Valdi, Danu dan Mario sontak kaget bukan main.

"Anjir! Lo gila? Ngumpulin saldo di kartu siswa itu bagai menyelami Samudera tanpa alat bantu! Lo patahin gitu aja? Really?" Danu membuka lebar-lebar mulutnya seakan sesuatu yang besar bisa dia makan.

Qawi sempat melihatnya, di kartu itu tertulis nama 'BASKARA OLLYXTON. Student of SMA 07 Andromeda '. Tapi kenapa Rei mematahkannya?

Kara kembali meringis sembari memegangi kepalanya, Rei Kembali menepuk bahu Kara hingga kepala anak itu mendongak. "Sekarang lo denger gue?" Dengan mata terpejam, sakit yang menjalar, Kara menganggukkan kepalanya.

"G-gue kenapa?" tanyanya.

Rei menggeleng dan tersenyum. "Lo berhasil lawan sistem di tubuh lo," jawab Rei yang tanpa menjawab pertanyaan Kara.

"Sistem?" Valdi bertanya setelah mendengarnya.

Rei bangkit dari posisi membungkuknya, lalu dia menatap keempatnya dengan senyuman miring. "Iya, mau lihat?" Sempat dalam hening yang cukup lama hingga Danu merasakan sesuatu di sebelahnya dengan aura yang berbeda. Dia menoleh, di sampingnya ada Mario yang hanya diam, netranya yang kosong, serta kelopak mata tanpa berkedip.

"Mario?" panggil Danu sedikit khawatir, dia melangkah sedikit menjauh dari Mario yang membuat Qawi dan Valdi ikut memundurkan langkahnya.

"Apa yang lo lakuin?" tanya Valdi.

Rei menggeleng. "Emangnya gue ngapain? Kan, gue cuma diem aja dari tadi." Jawaban dari Rei hampir membuat Valdi melayangkan tinjunya. Namun, gerakannya terhenti saat Mario meninggalkan mereka semua.

Arjuna yang melihat Mario berjalan lewat dihadapannya hendak mengikuti langkah Mario. Namun, Re langsung menarik kerah baju bagian belakang milik Arjuna. "Sini aja, Cil. Lo jangan ikutan, sana gue aja udah diem di sini!" Arjuna merengut kala Re berbicara sinis padanya.

"Ga mau! Lo bau kentut!" balasnya dengan kesal.

Re yang merasa tak terima dengan perkataan Arjuna langsung menjewer telinga anak itu. "Ga sadar diri lo! Dasar bocil pendek! Lo bandel banget! Heran gue!" Re sedikit berteriak kesal, tangannya semakin menarik kuat telinga Arjuna.

[✓] IT'S (NOT) METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang