Lim x →⁠_π (Sin x + Cos x)

1.6K 220 58
                                    

05. INM : MARIO MAHAWIRA, KAINAN MAHARDIKA

Hari keempat masa sekolahnya disini, Rei berhasil membuat Kara menjadi temannya. Dan sekarang di hari kelima, Rei bermain basket sendiri di lapangan indoor gedung 3. Rei hanya merasa bosan saja, apalagi ini masih jam 3 sore, yang artinya sebagai siswa SMA 07 Andromeda, dia masih memiliki waktu dua jam sebelum meninggalkan sekolah karena peraturan aneh menurutnya.

Tangannya dengan lihai mendribble bola dan melemparkannya hingga shoot masuk ke ring. Rei tak menunjukkan raut ekspresi sama sekali. Sudah cukup dia melakukan perenggangan wajah selama empat hari penuh bersekolah disini. Dia tak lupa tujuannya untuk mencari tahu penyebab kematian Alvano. Tapi sebelum berperang, Rei harus memiliki prajurit yang bisa digerakkan untuk menyerang di masa depan kelak. Beruntung sekali Rei memiliki Raka yang memintanya untuk menjauhi Piramida feodalistik sekolah.

Satu jam lamanya Rei terus bermain tanpa rasa lelah, atau tanpa raut ekspresi lainnya. Wajah tampannya setia balik seperti semula sebelum dia menginjakkan kakinya di sekolah ini. Rei tersenyum dan menghentikan permainannya, kala mendengar suara tepukan tangan dari arah podium samping. Tidak sia-sia dia menunggu satu jam disini, karena sosok yang bertepuk tangan itu kini menghampirinya.

Wajahnya yang tampan, hidung bangirnya yang mancung, postur tubuh tegap berotot yang tak menunjukkan seperti anak SMA. Serta bentuk mata yang akan berbentuk bulan sabit ketika tersenyum. Mario Mahawira akhirnya dan menghampirinya.

"Bagus juga permainan Lo," seru Mario memuji sambil memberikan acungan jempolnya ke Rei.

Binar polos Rei semakin bergerak liar, kepalanya mengangguk senang mendengar pujian dari Mario. Mario berjalan semakin dekat dan berdiri 50 cm di hadapannya. Tangannya terulur dengan wajah yang terkesan angkuh, seolah menyuruh Rei untuk menjabat tangannya. Rei menatapnya dalam diam, dan akhirnya menjabat tangan Mario membuat Mario tersenyum senang.

"Bagus, mulai hari ini Lo musuh gue!"

Perkataan yang diluar prediksi Rei terlontar dari bibir Mario. Bahkan Mario dengan santainya menyentak jabatan tangan mereka dengan kasar. Tak ada senyuman di wajah tampan Mario, tak ada raut ekspresi apapun. Hanya ada raut wajah yang terkesan datar seolah ingin mengoyak seluruh tubuh Rei.

Rei menghela napasnya, dirinya terbakar amarah. Belum ada satu orang pun yang berani bersikap angkuh seperti ini dihadapannya. Rei tahu, Mario bukanlah anak berandal yang akan bertindak gegabah. Buktinya saja Mario bisa mengubah kepribadiannya sekejap mata. Tujuan sampingannya untuk menjadikan Mario temannya semakin membuat Rei tertarik dan mengangkat sedikit sudut bibirnya.

Rei menunduk, pandangannya tetap terpaku pada tangannya yang masih menggantung di udara setelah disentak kasar oleh Mario. Kemudian Rei mengangkat pandangannya dan menatap tepat di sorot tajam milik Mario. Rei dapat melihat, di balik sorot tajam itu tertanam sorot keingintahuan tinggi yang dipancarkan Mario.

"Maksudnya?" tanya Rei tak mengerti.

Mario menelisik Rei dari atas hingga kebawah, tiba-tiba dirinya tertawa sembari memegangi perutnya yang terasa keram akibat tawanya yang membludak. Mario hampir saja terjatuh ketika merasakan kakinya lemas hanya karena menertawai kebodohan orang di depannya.

"Lo pikir gue ga tau tentang Lo yang gencar deketi Kara cuma untuk jadi teman Lo? Gue tau semuanya. Lo sengaja menjadikan diri Lo sebagi mawar merah dan membuat Kara yakin kalo dia adalah mawar hitamnya. Dan sebagai balasannya Lo kasih mawar putih ke Kara sebagai tanda timpal balik terima yang Kara kasih ke Lo. Gue benar kan?" tanya Mario yang masih saja mempertahankan sikap angkuhnya.

Rei diam bukan berarti dia terkejut, tetapi dia merasa kagum dengan sosok Mario yang mengetahui semua detail rencananya untuk menjadikan Kara temannya. Mario tak kalah menariknya dari Kara.

[✓] IT'S (NOT) MEWhere stories live. Discover now