Sin (x - 75⁰) = ½√3 untuk 0⁰ ≤ x ≤ 360⁰

987 189 91
                                    

25. INM : ARJUNA

"Gue balik dulu, lo hati-hati, ya." Rei mengangguk mendengar perkataan saudaranya. Dia segera keluar dari mobil dan menutup pintunya sedikit kencang membuat saudaranya yang berada di dalam berjengit kaget.

"Sialan!" umpatnya, dan Rei hanya tertawa.

"Udah sono lo balik." Rei mengusirnya.

Setelah kepergian mobil saudaranya, Rei memasuki halaman sekolah yang cukup temaram karena hari sudah larut. Tiga hari menghilang tanpa kabar dengan berita mengejutkan membuat Rei semakin tertantang.

Dia ingin segera menyelesaikan battle permainan ini.

Langkah kaki Rei terhenti saat melihat seseorang tengah berjongkok di bawah pohon maple yang berada di taman. Rei ingat sekali, di bawah pohon itu adalah tempat saksi Rei menarik Kara menjadi sekutu.

Jejak kaki yang ditinggalkan Rei dengan menuju area itu kini terhenti dengan jarak dua meter. Rei tak ingin mengambil resiko lebih jika dia berjarak semakin dekat. Kemudian seseorang lagi datang dan menepuk bahu Rei membuat Rei menoleh.

"Gue ga nyangka kalo Alvano berhasil," ucap orang itu.

Rei menatap sosok di depannya dengan pandangan tanpa ekspresi, lalu dia menoleh untuk melihat orang di sebelahnya. "Gaff, makasih karena lo udah bantu mereka." Orang itu―Gaffi mengangguk dan tetap melihat ke depan.

"Tapi, dia ga makin berbahaya? Dia udah bunuh lima orang saat ini." Gaffi bertanya sembari melihat sosok di hadapan mereka.

Rei menggeleng tanda dia tidak setuju. "Dia ga berbahaya, Alvano ingin dia mengapresiasikan perasaannya tanpa adanya tekanan. Dan lo udah bantuin mereka selama ini, sekarang giliran gue yang bimbing ke arah mana permainan ini berjalan," jawab Rei begitu santai.

Lalu Rei ikut berjongkok dan menepuk bahu orang di depannya. Orang itu menoleh tanpa ekspresi sama sekali. Rei melirik sesuatu yang berkilat tajam di genggaman tangan orang itu.

"Ajun atau Arjuna?" Orang itu bangkit dan mengantungkan pisaunya di dalam saku hoodie.

Netranya menatap Rei dan Gaffi secara bergantian. "Ajun," jawabnya.

"Lo belum puas?" Gaffi bertanya dan Arjuna mengangguk.

"Seorang Ajun ga akan pernah puas sebelum semua yang dia inginkan belum dia dapatkan." Jawaban itu berhasil membuat Gaffi merinding. Dia lebih suka kepribadian Arjuna yang ceria daripada kepribadian Ajun yang sebelas dua belas macam Rei.

"Lo boleh balik kalo gitu, oiyah arah jam 3, dua orang, urus buat gue, ya." Arjuna mengangguk dan pergi dari sana. Tangannya kembali mengeluarkan pisau yang dia pegang.

Setelah kepergian Arjuna, Gaffi menggeleng. "Rei dia semakin berbahaya," ucap Gaffi yang sedikit merasa takut. Walau dia selalu membantu dan mengawasi Alvano beserta Arjuna, rasa takut di dirinya tetap ada karena dia manusia.

"Gue kira lo mulai ngerti tentang semua ini." Rei memutar tubuhnya dan berhadapan dengan Gaffi. Perbedaan tubuh keduanya membuat Gaffi sedikit mendongak melihat Rei.

"Serupa tapi tak sama dengan dissociative identity disorder, alter ego bukanlah kepribadian yang tak dapat dikendalikan, justru malah sengaja diciptakan. Alter ego secara nyata berada dibawah kekuasaan sehingga pemilik alter ego bisa dengan bebas memilih ingin menggunakan identitas yang mana. Pemilik alter ego tidak akan mengalami perubahan identitas seperti memori, cara berbicara, sifat, watak bahkan kehilangan ingatan drastis seperti pemilik kepribadian ganda. Dan Arjuna berhasil menempatkan kedua identitas itu dengan baik." Rei kembali melanjutkan jawabannya.

[✓] IT'S (NOT) MEWhere stories live. Discover now