19 | changyoon sea

554 92 34
                                    

sungai leetae

"mengapa ia masih tak sadarkan diri?"

kuanlin yang sedang mengawasi arus sungai di hadapannya menoleh, "jawab, yang mulia. ia terkena cambuk embun milik dewa yoonoh, ditambah dengan dinginnya sungai leetae yang memperburuk luka di tubuhnya."

jeno menatap tubuh jaemin yang kini terbaring di atas perahu dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya. wajahnya masih pucat dan matanya masih terpejam,"kalau begitu, bagaimana cara menyembuhkannya?"

"yang mulia jangan marah." ucap kuanlin setelah melihat ekspresi tuannya, "yang terpenting saat ini adalah menghangatkannya. hawa sungai leetae luar biasa dingin. hanya api neraka milik yang mulia yang bisa menghangatkannya."

"sekarang kau pergi ke depan untuk menelusuri jalan."

"baik." kuanlin langsung berangkat dengan sihirnya. saat itu, jeno mulai menggenggam tangan jaemin dengan lembut. sang peri terkesiap dan langsung terduduk.

"kau..."

"kau takut padaku?" jeno sedikit terkejut melihat jaemin yang nampak bergetar.

peri melati itu mengangguk, lalu menggeleng dengan cepat. ia semakin terkejut ketika melihat pemandangan di sekelilingnya, "di mana ini?"

jeno tak menjawab. ia membiarkan jaemin memutar tubuhnya ke segala arah untuk mengamati.

"ini adalah sungai leetae, perbatasan langit sooyoon dan laut changyoon. kau ingin membawaku ke dunia bulan?!" sang peri kembali pingsan ketika mencoba memproses informasi tersebut. jeno langsung mendekatkan wajahnya untuk mengecek, namun karena jaemin kembali terbangun, kepala mereka bertubrukkan. sang raja bulan memegangi dahinya sedangkan sang peri melati langsung duduk sembari memeluk lututnya di bagian pojok perahu yang paling jauh dengan lee jeno.

"tuan raja bulan, maaf. dulu aku sudah melakukan kesalahan. aku tidak seharusnya mendengarkan rumor dan mengaturmu. aku bahkan menyuruhmu melakukan ini dan itu. aku juga bilang kau tidak sikat gigi, tidak cuci muka, tidak mandi, tidak keramas. aku pun pernah bilang kau hidup dalam keputusasaan dan tidak jelas."

lee jeno menoleh dengan tatapan tajamnya. jaemin kembali terkesiap dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. itu hanya sebentar karena setelahnya sang peri bangkit berdiri secara hati-hati dan memasang ekspresi semanis mungkin untuk merayu sang raja bulan.

"tuan raja bulan, karena sekarang sudah tidak ada masalah lagi, aku pamit dulu. kau tidak perlu mengantarku. aku bisa kembali sendiri ke langit sooyoon."

"kembali ke langit sooyoon?" jeno ikut bangkit berdiri, "sekarang kau dicap sebagai pengkhianat. kau kembali untuk membiarkan mereka membunuhmu?"

jaemin kini dengan berani menghadap raja bulan itu, "aku bukan pengkhianat! sekarang aku akan kembali dan menjelaskan baik-baik kepada mereka."

sungai leetae yang luas memang cukup menakuti jaemin, namun ia bersikeras untuk tetap terbang dari perahu. jeno segera menariknya dengan kekuatan sihir sehingga ia kembali terduduk di sisi raja bulan itu.

"aku bukan pengkhianat. langit sooyoon adalah rumahku. aku ingin pulang!" jaemin menangis tersedu-sedu.

jeno tak bereaksi. ia hanya menghapus air matanya sendiri yang mulai keluar karena peri itu.

fairy and devil | nomin, markminWhere stories live. Discover now