28 | foxy ideas

468 70 8
                                    

"kak lai, kita akan pergi ke mana?" injoon dengan susah payah mengikuti langkah panjang kuanlin selagi lengannya diseret.

"penjara angin."

"penjara angin?!" injoon sudah hampir menangis. ia segera berlutut di hadapan kuanlin, "kak lai, aku benar-benar tidak melakukan kesalahan! aku hanya seorang pedagang kecil di kota laut. aku menjalankan bisnisku dengan hati nurani. barangnya lengkap dan harganya masuk akal. klan bulan dan juga siapa pun yang datang membantu bisnisku akan mendapat diskon 20 persen."

kuanlin menghempaskan lelaki mungil itu sehingga injoon kembali menjerit.

"kak lai, dengarkan aku!"

"karena kau adalah pedagang, mengapa tidak berdagang saja? untuk apa menyelinap ke istana dal?" geramnya.

"ini semua karena jaemin. aku menyuruhnya menggantikanku mengantar pakaian, tapi ia malah membuat kekacauan. orang kota laut tidak bisa menangkapnya dan malah melampiaskannya padaku. mereka mengejar dan ingin membunuhku di sepanjang jalan hingga ke laut changyoon. kak lai, aku hanya seorang lelaki lemah. datang ke sini untuk berlindung juga karena sudah putus asa."

"jalan!" kuanlin terus mendorong injoon.

"percayalah padaku." injoon masih terus berusaha menjelaskan walaupun dirinya sedari tadi tengah diseret oleh kuanlin, "aku benar-benar tidak membohongimu, kak lai. dengarkan aku. aku..."

"diam."

"kukatakan yang sejujurnya padamu. menggunakan nyawaku untuk memaksa jaemin memperbaiki buku kehidupan tidak akan ada gunanya."

kuanlin berhenti sejenak, "kenapa?"

"aku dan jaemin sama sekali tidak akrab, bahkan tidak ada hubungan pertemanan. ia hanya sering berbelanja di tokoku. peri miskin itu selalu berutang. ia masih berutang ratusan batu spiritual padaku. jika aku benar-benar kehilangan nyawa, ia tidak perlu membayar utang lagi. bukankah itu hal yang sangat baik baginya? hal ini bisa mengancam siapa sebenarnya?"

"mendengarmu mengatakan itu, sepertinya cukup masuk akal."

injoon berubah senang, "benar, 'kan."

"kalau begitu, lebih baik kau pikirkan, sekarang seharusnya bagaimana?"

"aku akan memikirkannya. dari apa yang kuketahui tentang jaemin, tidak sulit jika ingin mengancamnya. kalian hanya perlu menangkap beberapa klan khayangan dan membawa mereka ke hadapannya. sehari bunuh satu. bunuh mereka terus sampai ia selesai memperbaikinya."

"sepertinya ini adalah solusinya."

"kalau begitu, cepat sampaikan ide ini pada yang mulia dan mohon padanya untuk melepaskanku."

"tidak bisa."

injoon mengerang frustrasi, "mengapa lagi-lagi tidak bisa?"

"peri bunga melati sangat sentimental. jika membunuh teman satu klan di hadapannya, ia pasti akan sedih. dengan begitu, yang mulia juga akan sedih." mereka kembali berjalan setelah itu.

"seluruh orang laut changyoon berkata bahwa yang mulia paling percaya dengan lai kuanlin yang selalu berada di sisinya. hari ini begitu melihatnya langsung, menurutku kak lai sama sekali tidak memahami yang mulia. yang mulia ditakuti oleh semua orang. bagaimana mungkin ia bisa sedih karena seorang peri kecil? siapa yang akan percaya? aku sendiri juga tidak percaya."

"apa yang kau mengerti? sejak 38.000 tahun yang lalu, aku selalu melayani di samping yang mulia. setelah yang mulia bangkit kembali, aku bahkan semakin tidak menjauh darinya. beliau mengambil api keabadian untuk peri melati, memasak sup ratusan bunga, membantunya mengikuti ujian peri, juga membantunya mengejar orang yang disukainya. selain itu, demi mengatasi penderitaan karena rasa rindunya pada langit sooyoon, yang mulia bahkan membangun sebuah kuil sasung yang sama persis untuknya di laut changyoon. aku sendiri yang melihatnya secara langsung."

fairy and devil | nomin, markminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang