32 | falter

451 66 8
                                    

"ehhh." jaemin memanggil jeno ketika mereka sudah keluar melalui kolam teratai milik wookhee dan kini berada di paviliun leepan. raja bulan itu menoleh hanya untuk melihat jaemin yang membuka mulutnya, lalu menutupnya kembali seperti sedang berusaha mencari topik pembicaraan karena tahu sang raja kini sedang marah padanya, "kita keluar dari kolam ini..."

melihat jaemin yang berbicara tak jelas sembari tersenyum bodoh membuat jeno semakin kesal. ia langsung berjalan kembali dengan langkah panjang-panjangnya.

"tuan raja bulan, tunggu aku." jaemin memajukan bibir bawahnya sedih dan berusaha mengejar jeno dengan langkahnya yang tidak sepanjang raja itu, "terima kasih karena tadi kau sudah menyelamatkanku."

"MENGAPA KAU KABUR SEMBARANGAN?!" jeno menarik lengan jaemin dengan keras hingga peri itu membelalak ketika mereka sudah keluar dari paviliun dan kini berada di reruntuhan hahun, "bukankah aku sudah pernah bilang kau tidak boleh menghilang dari pandanganku?! dengan kekuatan sihir selemah ini, kau masih berani pergi sembarangan?! jika hari ini aku terlambat datang sedikit saja, kau pasti sudah mati! apakah kau tahu?!"

"aku tidak berpikir untuk kabur. aku pernah berjanji padamu bahwa aku akan menyembuhkan pohon tujuh perasaan duniawi milikmu. aku akan menepati janjiku itu. aku tidak akan kabur. aku hanya ingin membantu injoon—"

"aku tidak peduli apa alasanmu! kukatakan sekali lagi! mulai sekarang, kau tidak boleh menghilang dari pandanganku setengah langkah pun! ke mana pun kau ingin pergi, kau harus memberitahuku! paham?!"

jaemin mengangguk sembari menatap jeno dengan mata bulatnya, "aku paham."

melihat tatapan jaemin, jeno berusaha menetralkan napasnya dan melepaskan cengkeramannya pada lengan peri itu, kemudian berjalan mendahuluimya guna menghancurkan tungku pelebur jiwa yang berdiri kokoh di tengah reruntuhan hahun untuk kedua kalinya. jaemin berlindung di balik lengannya ketika hawa iblis dari dalam tungku itu menyebar keluar. namun, anehnya hawa-hawa hitam itu tak menghampiri mereka sedikit pun.

langit gelap kota laut segera diterangi cahaya setelah benda pusaka itu hancur lebur. jeno tersenyum tipis sedangkan jaemin tersenyum lebar melihatnya.

"kabut dan badai saljunya sudah hilang. ternyata karena tungku pelebur jiwa ini membentuk hawa iblis setiap hari hingga membuat kesedihan, kemarahan, dan rasa putus asa orang yang sudah meninggal tidak bisa menghilang, maka langit kota laut hampir selalu berkabut dan mengalami badai salju. setelah kau menghancurkan tungku itu, kabut dan badai saljunya menghilang dengan alami." jaemin menggeser posisinya ke hadapan jeno dan tersenyum untuk merayunya agar tak marah lagi, "tuan raja bulan, bukankah sekarang aku baik-baik saja? buku kehidupan juga tidak hilang. bukan hanya tidak hilang. aku juga sudah memperbaikinya. coba kau lihat."

jeno menatap mata jaemin, lalu menatap buku kehidupan yang diserahkan peri itu menggunakan kedua telapak tangannya.

"tak kusangka ternyata benar-benar sudah diperbaiki." jeno mengambil buku kehidupan itu.

"betul. bukankah setiap hari kau menanti saat di mana aku bisa memperbaikinya? bagaimana? apakah sekarang kau merasa senang?"

jeno mengerutkan dahi, "mengapa kali ini kau memperbaikinya secepat ini?"

"aku..." jaemin menurunkan pandangannya, "demi membantu tuan raja bulan—"

"katakan dengan jujur."

fairy and devil | nomin, markminWhere stories live. Discover now