4

1.9K 146 0
                                    

“Lagi ngapain?”

Yeonjun  menoleh, Bi Yuri yang ada di samping cuma tersenyum kecil. Nunjuk bawang merah yang lagi dipotong majikan kecilnya sembari berujar pelan.
“Den Yeonjun lagi bantuin bibi masak, sekalian belajar katanya.”

Alis Soobin terangkat heran, menyingkirkan poni yang menghalangi mata Yeonjun tanpa permisi. “Kenapa belajar masak?” bisik dia guna bertanya.

Yeonjun mencebik sesaat, mengiris bawang merah di tangan dengan sedikit kesusahan. Dia tidak pernah memasak sebelumnya jadi tidak terlalu mengerti bagaimana cara memotong bawang. Bi Yuri saja sampai harus menyabarkan diri menahan perasaan gemas.

Gemas ingin mengomel.

“Disuruh bunda. Tadi nelpon Junnie terus bilang ‘belajar masak sama bi Yuri, biar jadi istri yang baik.’ Junnie 'kan cowok masa harus bisa masak.” keluhnya panjang lebar dengan bibir sedikit maju ke depan.

Masih sebal karena sang ibu memberikan tugas dadakan untuk Yeonjun.

“Kalau gak bisa masak jangan dipaksain, saya gak mau mati keracunan.”

Bi Yuri terkikik geli menutup mulut sendiri menggunakan punggung tangan. Yeonjun mendelik tak terima jelas merasa tersinggung karena sudah ditertawakan. “Jangan ketawa bi, gak lucu.”

“Maaf den, keceplosan.” kikiknya lagi namun kali ini lebih pelan lalu berbalik pergi dari ruang dapur. Tidak ingin sampai mengganggu pasangan baru.

Soobin hanya menatap acuh tak acuh, menarik lengan baju Yeonjun dari arah belakang agar tidak terkena noda. “Nanti bajunya kotor.”

“Lupa.” jawab dia tanpa beban. Mengusak mata sendiri yang terasa perih dan malah semakin menjadi-jadi hingga memerah menahan tangis.

“Kak perih, gimana ngilangin nya?” Yeonjun berteriak panik.

Soobin ikut cemas dan menarik tangan Yeonjun menuju wastafel setelah itu membasuh mata yang berkabut perih secara perlahan nan hati-hati. “Jangan digosok lagi matanya Junnie nanti makin perih. Tangan kamu habis motong bawang!”

Bibir bawah Yeonjun menekuk cemberut, mengerjap terkejut begitu merasakan tiupan hangat menerpa mata bagian kiri. “Masih perih?”

“Masih.”

“Basuh lagi pake air jangan digosok dulu matanya.” kata Soobin memberitahu, mengambil tisu yang ada di meja makan sebentar guna mengusap mata basah Yeonjun hingga kering. “Kalau lagi ngiris bawang  itu jangan langsung ngusap mata, masa gitu aja nggak tahu?”

Kurang ajar, Yeonjun 'kan tidak pernah belajar memasak. Mana tahu kalau habis potong bawang tidak boleh kena mata.

Baru masuk dapur saja biasanya ogah mengingat dari lahir Yeonjun cuman tahu makan. Tidak pernah mau tahu apalagi peduli tentang proses pembuatannya.

“Emang kamu mau bikin apaan?”

“Tumis kangkung.” Ia menjawab lirih masih dengan wajah memelas.

Menghembuskan napas panjang, diusapnya kepala Yeonjun dengan senyuman maklum. “Duduk aja sana biar saya yang masak!”

Tidak tega juga kalau sudah melihat Yeonjun kesusahan hanya demi tugas dadakan dari sang ibu tercinta. Lagipula Soobin masih mau hidup sehat tanpa mati konyol gara-gara hasil eksperimen Yeonjun.

“Kak Soobin bisa masak?”

“Bisa sedikit diajarin sama mama.” Kepala Yeonjun terangguk paham, mengintip cara suaminya memotong bawang dan cabe penuh kekaguman. Padahal hanya gerakan biasa tapi Yeonjun sudah bertingkah seperti sedang memotong tulang sapi.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang