5

1.7K 172 0
                                    

Pelajaran olahraga adalah sesuatu yang paling Yeonjun  jauhi sejak dulu. Dia tidak suka berkeringat apalagi kepanasan di bawah sinar matahari karena wajahnya akan langsung memerah dengan suhu tubuh yang meningkat pesat dalam hitungan detik.

Sudah 2 Jam mereka berolahraga mulai dari lari keliling lapangan sampai push up dan sit up. Hitung-hitung menilai kebugaran serta kesehatan para murid.

“Capek Jin.”

Berbanding terbalik dengan wajah lesu Yeonjun, Hyunjin justru melompat-lompat dengan semangat memainkan tali skipping. Katanya sih biar bisa tambah tinggi ngalahin si guru kiler, siapa lagi kalau bukan pak Choi Soobin.

Yeonjun tidak peduli, toh tinggi badan Hyunjin sama sekali tidak membawa pengaruh baginya kalau di pikir-pikir. “Jun, gue udah tambah tinggi belum?”

Iris rubah Yeonjun berkilat jenaka, mengukur tinggi badan Hyunjin dengan wajah sok-sok'an lalu tersenyum tipis dengan teriakan heboh hingga mengejutkan Hyunjin.

“Woah lo tambah tinggi Jin... ” ucapannya dijeda sesaat, Hyunjin sudah kegirangan menatap penuh harap pada Yeonjun. “... Tapi nanti kalau udah lebaran babi hehehe~”

“Kampret!”

Yeonjun terbahak puas, menunjuk-nunjuk wajah kesal Hyunjin penuh penghinaan. Rasanya senang sekali kalau sudah melihat wajah kesal Hyunjin.

Tepat saat dua teman masih sibuk bercanda, di sebrang lapangan sana pekik nyaring seorang gadis mengejutkan mereka.

Keduanya menoleh secara bersamaan sontak saling melihat sebelum berlari untuk menolong. Hyunjin yang paling bersemangat bahkan larinya sudah mengalahkan Yeonjun yang memasang tampang ogah-ogahan.

“Lho, Ryujin.”

Yeonjun melongo dengan kedipan bingung untuk sesaat, melihat seragam olahraga yang masih melekat ditubuh ryujin tanpa banyak bertanya.

Yeonjun lupa kalau jadwal pelajaran olahraga mereka itu sama.

“Kaki lo kenapa?” Hyunjin bertanya dengan posisi berjongkok. Yeonjun tetap berdiri dengan wajah heran. Murid lain hanya melihat dari kejauhan.

“Ryujin, lo gapapa?” Dua orang gadis asing ikut menghampiri, ada kecemasan yang terpancar di mata mereka. Yeonjun tebak kalau kedua gadis ini adalah sahabat Ryujin.

“Kayaknya kaki gue keseleo.” Dia meringis, mencoba berdiri namun hampir terjatuh kembali jika tidak ditahan oleh Yeonjun yang memiliki refleks bagus. Hyunjin tersenyum penuh arti dengan kerlingan jenaka bahkan pemuda bermata sipit itu sudah bersiul-siul menggoda Yeonjun.

“Ekhem mantan ekhem!”

Yeonjun mendelik tajam, menahan tubuh ringan Ryujin agar tidak terjatuh kembali. “Gue bawa ke UKS ya?” tanyanya pelan yang mana langsung diangguki oleh Ryujin.

Hyunjin serta dua gadis asing tadi hanya berdeham pelan, berjalan mundur diam-diam seolah ingin memberikan ruang bebas bagi sepasang sejoli yang dulu pernah memadu kasih. Wajah Ryujin sedikit merona, berjengit kaget begitu pegangan Yeonjun terlepas dan hampir membuat Ryujin jatuh karena hilang keseimbangan.

“Ayo naik, biar gue gendong.” Yeonjun tidak mendorong Ryujin dia justru berjongkok dengan senyuman tipis tanpa aba-aba.

Membiarkan gadis bersurai sebahu tersebut naik keatas punggung diselingi oleh siulan menggoda dari mulut laknat Hyunjin dan kekehan geli kedua gadis asing tadi.

"Gapapa, Jun?" Ryujin bertanya ragu-ragu terlihat tidak enak karena sudah merepotkan Yeonjun.

"Gapapa, naek aja cepetan." Yeonjun sudah pernah menggendong Ryujin dulu jadi dia tahu kalau bobot tubuh gadis ini sangat ringan. Terlampau mudah bagi Yeonjun untuk menggendongnya karena
bagaimanapun juga dia masih laki-laki.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang