40

1.1K 74 2
                                    

Ada yang berbeda dari soobin, jika dulu pria ini paling tidak suka makan sosis seperti yeonjun. Maka lain lagi dengan sekarang.

Makan dia lahap sekali, bahkan tak segan-segan mengambil porsi milik yeonjun disertai senyuman polos tak berdosa. Alasannya hanya karena ingin. Begitu dia bilang.

Kesal memang kalau bukan suami pasti sudah yeonjun tebas sampai mampus, mungkin.

“Mas, itu punya junnie dih. Jangan diambil!” si kecil merajuk, mencoba mengambil kembali potongan sosis gurita miliknya dari piring soobin secara percuma.

Sedangkan si pelaku sudah mengelak lincah dan memakan sosis tersebut tanpa rasa bersalah. Wajah yeonjun sontak menekuk masam, Bi Yuri panik di tempat. Tahu benar kalau sebentar lagi akan terjadi keributan internal.

“Mas cuman minta sepotong, kamu gak boleh pelit sama suami sendiri!”

“TAPI ITU PUNYA JUNNIEEE?!” teriakan nyaring memekak telinga mengejutkan Bi yuri yang tengah membereskan dapur. Soobin saja sampai tersedak seraya menepuk-nepuk dadanya kalut.

Gila, teriakan bocah ini benar-benar sudah mirip kingkong.

“Gak usah teriak juga dek, nanti kalau kedengeran tetangga gimana?”

“Biarin! Junnie lagi marah sama Mas soobin!” Kedua lengannya bersidekap, menunjukkan sikap merajuk.

Soobin terkekeh gemas, mencubit ujung hidung yeonjun pelan-pelan lalu mengecup pipinya sebagai tambahan.

“Jangan pegang-pegang ish! Awas, junnie mau nonton TV!”

“Nanti aja, sini duduk dulu sama Mas.” pergelangan tangan yeonjun ditahan secepat kilat. Lantas menariknya agar mendekat sebelum mendudukkan pemuda manis itu diatas pangkuan.

“Ada Bi Yuri dih!” yeonjun masih punya rasa malu, wajah dia merona tipis. Berusaha bangkit namun terhalangi oleh pelukan di sekeliling
pinggangnya.

Bi Yuri selaku pemilik nama yang baru saja di ungkit-ungkit oleh sang majikan tampak berdeham canggung. “Gapapa den, Bibi ngerti kok tapi kalau mau berbuat lebih jangan disini ya, mending di kamar aja.”

Tertawa kikuk seraya berlalu pergi, keheningan memalukan segera membumbung tinggi mempermainkan rasa malu dia. “Kamu wangi, mas suka.”

“Mas juga wangi, kesukaan junnie.” balasnya tak kalah manja dan berbalik memeluk leher jenjang soobin. Sisi kepala dia bersandar menumpu pada bahu lebar si pria. Satu jari bahkan sudah terangkat memainkan jakun milik soobin dan mengetuk-ngetuknya kecil tanpa niat menyakiti.

“Kerja dih, masa guru datangnya telat.” teguran berintonasi lembut justru membuat soobin semakin enggan untuk beranjak memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang guru. Pelukan diantara mereka mengerat, mengecup leher dan bahu yeonjun berulang kali hingga membuat si empunya menggelinjang kegelian.

“Jangan disitu, geli!”

“Mas bolos ya buat sehari.” Suara soobin terdengar parau dengan sorot mata memelas.

“Gak boleh, Kalau Mas gak kerja nanti siapa yang cari uang?!”

Iris gelap soobin berputar malas. “Mas cuman bolos sehari dek, bukan selamanya.”

“Sama aja, nanti kalau Mas dipecat gara-gara bolos gimana?”
Dia tetap bersikukuh perihal acara bolos-membolos soobin yang dapat berdampak buruk bagi keselamatan jiwa-raga.

Amat sangat berbahaya kalau soobin ada di rumah seharian bersama dirinya. Sekalipun ada Bi Yuri, yeonjun tetap tidak bisa menjamin keselamatan apapun.

“kamu lupa itu sekolah punya siapa?” Sebuah seringai menyebalkan hadir menghiasi paras tampan soobin. Yang lebih muda mendengus, menjewer kuping pihak suami main-main diselingi desis sengit.

Happy MarriageWhere stories live. Discover now