“Kenapa diem aja?” Suara rendah soobin mengalun, memenuhi indra pendengaran yeonjun yang tengah berdiri gusar dengan kedua kaki merapat tanda gemetar.

Kelopak mata dia jatuh setengah terpejam disertai bulir bening yang membasahi pelupuk mata. Ah, jangan lupakan rona merah padam di kedua pipi manis yeonjun. Benar-benar menggoda iman soobin untuk bertindak gila secara telak.

“M-mas.”

“Kamu sendiri yang bilang pengen nyobain itu 'kan?”

“Tapi gak selama ini!” — Ugh, hampir saja dia merengek dan memohon pertolongan pada sang suami.

Tidak, yeonjun tidak mau melakukan itu. Dia malu, amat sangat malu jika harus bertekuk lutut bahkan bergantung akan sentuhan panas soobin. Meskipun begitu, yeonjun sungguh tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Bibir bagian bawah dia gigit kuat-kuat, meremat ujung baju tanpa sadar seraya meringis lirih diselingi lenguhan samar.

“Jangan berisik, Mama sama Ayah
ada di kamar sebelah.” ujar soobin mengingatkan dan mengusap keringat dingin yang membasahi kening pasangannya menggunakan ibu jari. Mata dia berkilat sesaat dengan hela napas berat.

Lantas mencium pelipis juga rahang tegas si kecil seduktif. “Adek mau main?” tanyanya rendah sebelum meraih lekuk pinggang yang lebih muda guna mendekap teramat posesif.

Senang sekali jika berhasil mempermainkan kepolosan yeonjun seperti sekarang ini. Meski terkadang dia sedikit kesal acap kali mengingat ilmu sesat yang diberikan oleh beomgyu.

Tapi tak dapat dipungkiri bahwa
sisi lain dari dirinya juga turut mengucapkan terima kasih kepada sang adik ipar karena sudah membuat yeonjun menjadi lebih pintar soal urusan melayani di atas ranjang.

“Mas soobin~” Pada akhirnya yeonjun menyerah, dia merengek. Meremat kaus depan soobin sampai kusut pun menggesek organ genital keduanya gelisah.

Sangat panas, sakit plus gatal.

Menahan lebih lama lagi hanya akan membuat akal sehat yeonjun hilang tertelan ego. Berjinjit sedikit agar dapat memeluk leher soobin gusar. Pendirian kukuhnya hancur lebur, jatuh tersesat dengan pikiran kosong.

Total, pemuda manis tersebut hilang arah akan bisik rendah dan seringai tipis sang suami. Ritme jantung yeonjun berdegup kelewat cepat, meraup bibir ranum soobin dengan tergesa-gesa hingga membuat si empunya terkekeh gemas dalam pangutan lidah diantara mereka.

“Pelan-pelan sayang.” tegurnya geli sembari mengusap tengkuk yeonjun lamat-lamat. Gerak tangan dia sesekali akan berubah menjadi pijatan halus lalu merambat turun mengusap garis punggung yeonjun dari balik kaus.

Suara decak basah bercampur deru napas memburu saling bersahutan mengisi keheningan kamar. Suhu ruangan bahkan turun hingga titik terendah seolah memberikan sensasi intim tersendiri bagi dua pasang adam.

Lagi, kedua tungkai kaki yeonjun melemas dihiasi getaran samar. Mata dia berkilau basah sebelum mengerang dan meloloskan satu bisik serak.

“N-nhg mas.” rengekan yeonjun berubah menjadi isak tertahan. Jelas merasa frustasi karena benda sialan yang sejak tadi siang terus bersarang, memenuhi celah sempit. Dibelakang sana.

“Stt, jangan ngelawan, biar mas sendiri yang lepas vibrator nya nanti.”

Dia menggeleng cepat, kian menempel pada tubuh tegap soobin bagaikan perangko. “Sekarang aja, jangan nanti.”

“Kalau gitu buka baju kamu, semuanya, sendiri.”

.

.

Happy MarriageWhere stories live. Discover now