33

1.1K 90 17
                                    

Mereka sedang ada di Klinik terdekat, tentu saja untuk memeriksa kesehatan si kecil.

“Yeonjun cuman masuk angin sama maag, Pak soobin gak usah cemas.” Begitu kata Dokter nya.

Ah, syukurlah.

Soobin benar-benar cemas saat melihat yeonjun muntah-muntah dan menangis keras seperti bocah balita tadi pagi. Dia tidak tega, panik luar biasa lalu memaksa bocah ini agar mau diperiksa oleh dokter yang lebih ahli.

“Junnie 'kan udah bilang, ini cuman sakit biasa.”

“Tapi Mas khawatir sama kamu, sini.”

Pemuda manis itu mendekat dengan pandangan linglung lantas tersenyum lembut saat mantel hangat milik soobin di sampirkan pada bagian bahu agar menutupi hembusan angin. “Masih dingin?”

“Udah nggak, makasih.” balasnya
lirih dengan tawa hangat. Mata
dia menyipit samar-samar, menarik tangan kanan soobin lalu menggenggam kelewat erat. “Biar Mas gak kedinginan juga hehe~”

“Ayo pulang, bunda ada di rumah.”

“Eh? Kok bisa?” Bola mata yeonjun membulat lucu dengan binar cerah. Tampak bersemangat sekaligus terkejut disaat yang bersamaan.

“Mas yang telepon, semalem kamu ngigau pengen ketemu Bunda 'kan?”




“Mereka masih belum tahu soal masalah itu?” Suara sehun jatuh beberapa oktaf dengan alis bertaut halus. Tangan dia terlipat di depan dada, menatap lurus wajah bersalah sejeong yang kini menunduk sembari menautkan jemari tangan gugup.

“B-belum.”

“Hah, kamu ini gimana sih? Mas 'kan udah pernah bilang buat kasih tahu mereka secepatnya.”

“Tapi kalau junnie—”

“Bunda.”

Wanita paruh baya itu menoleh dengan wajah terkejut, kemudian mengulas senyuman lebar sembari merentangkan kedua tangannya guna menyambut kepulangan sang anak.

“Gimana kata dokter? Kamu gapapa?”

“Um, junnie gapapa.” Surai hitam yeonjun ikut terayun ketika dia mengangguk. Kedua lengan masih memeluk tubuh ringkih sejeong erat.

“Lain kali jaga kesehatan kamu, jangan nyusahin soobin lagi.”

Diusap pucuk kepala yeonjun secara perlahan dengan pendar mata meredup. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran sejeong, begitu mengusik sampai tidak tega untuk memberitahu si kecil yang sebenarnya.

“Bunda mau ngobrol berdua sama kamu, boleh?”

Satu alis terangkat bingung. “Ngobrol apa?”

“Rahasia, ayo.” Menoleh sejenak,
iris bening sejeong berkilat seolah memberikan kode. Dagu dia mengedik, menunjuk soobin yang baru saja datang diam-diam.

“Kamu juga ngomong sama mantu sana."

Sehun mendengus jenuh sebelum berdeham lirih begitu anak beserta istri sudah menghilang dari balik pintu kamar utama.

“Soobin, Ayah bisa ngomong sama kamu sebentar?”

“...Bisa.”


“Junnie sering ngelakuin itu sama soobin?”

Terkejut? Jelas.

Antara malu dan sebal, yeonjun mengiyakan ragu-ragu. Bibir dia melengkung ke bawah, memilin ujung baju tanpa niat menatap wajah hangat sang ibu.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang