15

1.4K 115 4
                                    

Kacau.

Yeonjun benar-benar payah dalam hal memasak, bahkan untuk sekedar memotong sayur saja dia membutuhkan waktu lebih dari setengah jam. Soobin menghela napas panjang, Hanna tersenyum geli dan mengangguk maklum.

“junnie duduk aja ya, biar Mama yang masak.”

Beruntung Hanna sangat pengertian dan baik. Benar-benar mirip dengan soobin yang selalu sabar menghadapi kekurangan pasangan kecilnya. yeonjun meringis tak enak tapi tetap menurut dan duduk diam bagaikan anak kecil.

“Maaf, junnie udah bikin susah.” Berbisik kecut, yeonjun mengabaikan usapan soobin pada pucuk kepalanya.

“Gapapa, kamu bisa belajar masak kapan-kapan.”

Menunduk dalam-dalam, jari-jemari yeonjun meremat kain celananya sendiri dengan gusar. “Kak soobin gak marah?”

Soobin tersenyum tipis lalu merubah posisinya menjadi berjongkok dihadapan yeonjun. Dia raih kedua tangan ramping si manis untuk digenggam. Hanna hanya memperhatikan dari kejauhan, terkekeh kecil sebelum kembali fokus pada sayur sop di panci.

Ternyata anaknya bisa sangat romantis, Hanna baru tahu itu.

“Saya gak mungkin bisa marah sama kamu...” Ada jeda sebentar disela-sela kegiatannya mengecup punggung tangan yeonjun. “... Setiap orang pasti punya kekurangan dan saya hadir buat melengkapi kekurangan kamu. Begitu juga sebaliknya, jadi jangan sedih lagi oke.”

“Mas ”

“Hm?”

Bola mata yeonjun berkaca-kaca, ikut mengecup punggung tangan soobin berkali-kali tanpa aba-aba. Hatinya hangat, namun lebih dari itu ada
perasaan lapang yang mengisi rongga dadanya.
“Makasih.”

Kebaikan apa yang sudah yeonjun perbuat di masa lalu sampai mempunyai suami sebaik soobin?

“Jangan bilang makasih, saya 'kan suami kamu.”

“Terus bilang apa?” Tanya yeonjun bingung disertai kedipan lucu. soobin menyeringai jahil, menunjuk kedua pipinya sebagai ganti sembari berkata pelan.

“Cium disini.”

Blush.

“A-ada Mama.”

Benar juga, yeonjun pasti malu.

Lihat saja pipinya, sudah sangat merah sampai merambat ke daun telinga. soobin gemas, ingin sekali menggigit dan memeluk tubuh rampingnya erat-erat.

“Kalau gitu di kamar sebelum tidur. Nanti Mas tagih utang kamu.”
.

.

.

.

.

.

Langit-langit kamar mereka dihiasi oleh bintang-bintang kecil. Bukan bintang sungguhan, itu stiker yang sengaja yeonjun pesan untuk ditempelkan disana.

Dia tidak terlalu suka kalau kamarnya bernuansa gelap dan suram bahkan yeonjun sengaja memilih cat dinding berwarna baby blue agar terlihat lebih cerah. Soobin manggut-manggut saja, menyerahkan semua urusan kamar kepada yeonjun. Yang penting masih bisa di tiduri dan tidak pengap oleh berbagai perabotan aneh.

“Belum tidur?”

".. Belum, lagi nunggu utang kamu. Kapan di bayarnya?”

Lagi, kedua tulang pipi yeonjun merona hebat. Merasa sedikit kesal karena soobin benar-benar menganggap itu utang. “junnie malu.”

Happy MarriageWo Geschichten leben. Entdecke jetzt