Ketika langkah kakinya berpijak menyentuh lantai rumah, otak dan ruang ingat Bi Yuri segera beroperasi, memindai seisi ruangan Serta satu tata letak benda yang sudah berubah warna dan juga bentuk.

Alis dia berkerut samar-samar. Memandang soobin serta yeonjun yang tengah duduk sembari bermesraan ria dalam jeda waktu cukup lama.

“Den, sofanya ganti ya?”

Yeonjun nyaris tersedak ludah sendiri, soobin berdeham gugup dengan wajah merona tipis. “Iya Bi, yang kemarin udah rusak.”

Mendengar jawaban dari soobin, Bi Yuri hanya mampu mengangguk pelan. Padahal seingat wanita paruh baya itu, sofa mereka baru di beli sekitar 2 bulan yang lalu. Masa sudah rusak?

“Sofanya rusak kenapa den?”

Kali ini yeonjun gelagapan dengan jantung berdebar cepat. Lengan dia menyikut perut soobin diam-diam, berusaha terlihat setenang mungkin walau tahu hal tersebut sia-sia belaka.

“Loly main cakar-cakaran sama pup di situ. Makanya rusak, yaudah kita ganti hehe.”

Oh.

“Kalau gitu Bibi beresin baju dulu, ya.”

Bi Yuri pergi sambil mengusap dagu lagak berpikir lalu melirik kandang kucing yang ada di pojok ruangan sana.

Loly, si terdakwa malang atas dasar tuduhan sang majikan hanya mengeong lucu dengan mata membulat bening.

“Gara-gara mas sih, kan junnie udah bilang jangan main di sofa!”

“Iya ya, mas yang salah tapi kamu juga minta lebih.”

“K-kapan?!” pekiknya tak terima.

Soobin mendengus keras, mengusak surai hitam yeonjun hingga berantakan. “Mau diulangi lagi? Mas siap kok.”

Si manis bergidik ngeri, bergeser menjauh seraya menendang kaki soobin main-main. “Mas soobin mesum, junnie gak suka!”

“Kamu juga nakal, kemarin siapa yang pegang-pegang sambil jilat punya Mas, huh?”

Wajah dia merona hebat sebelum berpaling dan duduk membelakangi soobin. yeonjun tidak mau mengingat perbuatan kotornya kemarin, itu di luar kendali.

“Malu ya?”

“Berisik ih, jangan dibahas terus!”

“Yaudah kamu nya sini, kenapa jauh-jauh dari mas?”

Cemberut, yyeonjun lantas kembali mendekat dan duduk diantara kedua kaki soobin. Tangan dia bahkan sudah bersilang didepan dada tanda merajuk.

“Masih pusing?”

“Udah nggak tapi masih mual.”

“Beneran gak mau ke dokter? Mas khawatir sama kamu.”

“Cuman maag doang, gapapa kok.”

Kali ini punggung yeonjun yang bersandar pada dada bidang soobin. Kepala dia sedikit mendongak sebelum tertawa entah karena apa.

“Mas soobin lucu deh, junnie jadi pengen jus strawberry.” 

“Apa hubungannya?”

Gz! Apa yeonjun harus menjelaskan semua terlebih dahulu agar soobin mengerti.

“junnie mau jus dih! Buatin sana!”

“Oh, jadi kamu lagi nyuruh mas?”

“Oh, jadi mas soobin gak mau junnie suruh-suruh?” balasnya sengit dengan mata memincing tajam.

Yang lebih tua mendengus gemas, menyempatkan diri untuk menggigit pipi yeonjun sejenak sebelum berdiri dan berlalu kearah dapur. “Kamu tunggu di sini.”

Happy MarriageWhere stories live. Discover now