27

1.2K 104 8
                                    

Itunya gak mau di tidurin juga? Junnie bisa bantu kalau mas mau.”

Jantung soobin mencelos tak percaya saat kalimat bermakna ambigu yeonjun terdengar dari balik punggungnya. Kelopak mata dia terpejam frustasi, bangkit dari posisi awal dan memblokir ruang bicara yeonjun tiba-tiba.

Si korban tentu saja terkejut, wajahnya merona hebat dengan tangan gemetar. “M-mas—!”

“Jangan dengerin beomgyu, biar mas sendiri yang ajarin kamu.” titah soobin tegas tepat di depan bibir yeonjun, napas dia memburu samar. Menatap telak iris hazel yeonjun lamat-lamat.

“J-junnie cuman penasaran.”

Sebuah jawaban logis mengingat yeonjun masihlah seorang remaja dengan hormon meledak-ledak. soobin memaklumi semua itu tapi dia sendiri belum siap mengajari yeonjun secara pribadi.

“Sini, mas ajarin kamu satu hal.”

“A-ajarin apa?”

Soobin tersenyum jahil, membimbing tangan yeonjun agar semakin mendekat padanya. “Pegang ini.”

Blush

“J-junnie gak bisa pegang itu...” Dia mencicit lirih. “... Malu.”

Terkekeh kecil, tubuh ramping yeonjun lagi-lagi ditarik sampai lengannya bisa melingkari pinggang si kecil secara sempurna. Kening mereka disatukan, hitam legam bertemu cokelat terang.

“Gak usah malu, ini punya kamu, hak kamu. Tadi katanya mau bantu.”

Ragu, yeonjun menyentuh bagian privasi soobin dengan napas tercekat. Padahal masih terbalut celana

tapi lagaknya seperti habis ujian agama. Wajah dia merona hebat, beringsut mundur tanpa sadar guna menetralkan debar jantung yang kian
menggila.

“J-junnie mau mandi dulu!”

Dia berlari dengan langkah tergesa-gesa. Bahkan hampir jatuh akibat tersandung kaki sendiri. Soobin tertawa gemas lalu menutup bagian bawah perut menggunakan selimut. Nanti juga tidur sendiri.

.

.

.

yeonjun tidak bisa tidur, benar-benar tidak bisa. Serius.

Debar jantung dia masih bekerja ekstra, mengingat rasa asing kala menyentuh organ genital soobin di balik kain celana. Kelopak mata dia setengah terpejam dengan sorot sayu, menggigit bibir bawah malu-malu seraya memandangi wajah rupawan sang suami.

“Mas.”

“Hm?” Meskipun soobin masih tidur tapi dia tetap bergumam, menyahuti panggilan yeonjun.

“Mau peluk.”

Didekap seketika tubuh mungil yeonjun.

“Sekarang tidur ya, mas ngantuk.”

Yeonjun mengangguk dalam dekapan soobin. Hidung bangirnya bergerak menggesek dada bidang Si pria. Tampak menghirup aroma maskulin yang sudah menjadi candu bagi kesenangan batin belaka.

Perlahan, kepala yeonjun sedikit mendongak menatap dagu runcing soobin lalu mengecup lembut diselingi senyuman tipis. Jemari nakal pemuda manis tersebut bergerak diam-diam mengusap perut kokoh soobin, menyusup masuk ke dalam baju dan mengukir sepanjang otot perutnya menggunakan jari telunjuk.

Soobin menggeram rendah, menahan tangan yeonjun agar diam. “Jangan nakal dek!”

“Junnie gak nakal, cuman pegang doang.”

“Tidur oke, kepala Mas masih pusing.”---gara-gara kamu.

Cemberut, yyeonjun hanya bisa patuh dan diam bagaikan patung. Bibir merah alami dia maju beberapa centi, kembali berbuat lancang dan mengusap garis otot soobin. Pipi gembil yeonjun merona malu, meraih rahang tegas soobin dan menuntut ciuman tanpa kata.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang