28

1.3K 101 4
                                    

“Sekarang libur, kamu mau kemana?”

Matahari bahkan belum sepenuhnya terlihat tapi yeonjun sudah bersiap dengan handuk di tangan. Alis soobin berkerut halus tampak mendengus sebelum bangun dan menarik pergelangan tangan yeonjun hingga duduk diantara kedua kaki patuh.

“Gak mau tiduran lagi? Mas masih pengen peluk kamu.”

“Junnie mau mandi dulu mas, tadi Mama telepon.”

“Telepon?”

Bergumam mengiyakan, pemuda manis itu mengubah posisi duduk semula agar menghadap sang suami. Lengan menumpu pada bahu tegap soobin, bergerak sesekali menggoda adik kecil si pria.

“Shh, Junnie!”

Terkikik geli, yeonjun segera melontarkan permintaan maaf dan mengelus barang soobin sebagai gantinya. “Tadi Mama telepon soal apa?”

Sebelah tangan soobin terangkat menyisir surai hitam yeonjun, sedikit berjengit ketika rubah kecil tersebut meluncur turun dan berhadapan langsung dengan kejantanan soobin dibalik celana bahan.

Geraman sebal sekaligus gemas terdengar samar-samar, yeonjun mendongak tak lama kemudian. “Mau nyapa temen junnie doang, boleh 'kan ?”

Bocah ini, entah sejak kapan menjadi sangat nakal.

“Mama bilang nanti bakalan ada yang dateng buat nganter makanan. Gak tahu siapa---eh, kok makin bangun?”

Tentu saja dia semakin bangun, tangan laknat yeonjun sejak tadi terus mengelus tanpa tahu malu.

“Junnie mandi sana!”

“Sebentar, masih pengen nyapa.”

Mencegah yang lebih muda agar tidak berbuat lebih, sepenggal kalimat bermakna ganda milik soobin terucap mengejutkan yeonjun. “Yaudah mandi bareng aja, nanti kamu bisa nyapa dia sambil berendam.”

.

.

.

Tepat pukul 8 pagi, pintu utama rumah mereka diketuk oleh seseorang. Bi Yuri belum pulang oleh karena itu yeonjun buru-buru mendorong tubuh soobin agar menjauh dan memakai baju secepat kilat.

“Ck! Kenapa mas gigit leher junnie sih? jadi susah nutupin-nya”

Terlalu banyak lukisan yang menghiasi leher jenjang yeonjun. Wajah dia sudah merah padam, mengelak sebal kala ciuman panjang hampir singgah sebagai balasan. “Awas dulu, itu ada tamu!”

“Biarin.”

“Mas awas, Ah! Jangan digigit lagi lehernya, ini aja!” Ujung jari yeonjun menunjuk dada sendiri sebentar lalu menggeleng dan berjalan menjauh dengan jantung berdegup cepat.

Sayang, lengan ia ditahan sigap.

“Kalau udah ngasih gak boleh ditarik lagi.”

“J-jangan sekarang, ngh” Tubuh yeonjun bergetar halus saat gigi tajam soobin menggigit pucuk dada main-main. Tampak mengerang tertahan begitu lidah basah si pria ikut andil menggoda kewarasannya.

“M-mas.”

Tungkai kaki dia melemas, bersandar pada lemari kayu dan menekan belakang kepala soobin agar tetap mengecap puting ranumnya lebih rakus.

Tok, tok.

Ah, sial.

“Hh udah, ada tamu!”

Melepaskan sesapan pada pucuk dada sejenak, soobin merutuk menyumpahi tamu diluar sana dalam hati.

“Biar mas yang bukain pintu, kamu pake baju yang lebih tertutup dulu!”

Happy MarriageWhere stories live. Discover now