13

1.4K 140 4
                                    


“Bunga dari siapa?”

Yeonjun mengangkat pot bunga ditangannya dengan cengiran lebar, berniat menunjukkan hasil rampokannya kepada sang suami. “Dikasih sama mama Jin, bagus gak Kak?”

Sudut bibir Soobin berkedut tak percaya, melirik diam diam bunga matahari yang terlihat segar dan cantik. “Yakin itu dikasih? Bukan minta?”

Kelopak mata Yeonjun berkedip sesaat, luntur sudah cengirannya karena pertanyaan menohok Soobin.

Wajahnya berpaling kesamping jendela, terlihat malu sekaligus sebal sebelum berujar ringan tanpa beban.
“... Sama aja.”

Soobin terkekeh kecil, mengusak pucuk kepala Yeonjun gemas hingga membuat tatanan rambutnya semakin teracak tak beraturan. Kata ‘diberi’ yang ada di kamus hidup Yeonjun jelas berbeda dari makna aslinya.

Dulu, saat mereka masih bertunangan juga Yeonjun pernah meminta satu toples manisan buah kepada Hyelin (Mama Soobin) kemudian bilang pada dia kalau itu sebenarnya hasil pemberian bukan hasil meminta.

“‘Udah makan?”

Kepala Yeonjun mengangguk cepat. “Udah, tadi di rumah Hyunjin.”

“Nggak minta, kan?”

Kali ini kepala Yeonjun menggeleng sebagai jawaban. Bola matanya bergulir kesana kemari seraya berbisik pelan melontarkan pembelaan diri.

“Tadi Junnie cuman nanya ‘boleh nyobain nasi nya gak?’ Terus mama Jin bilang boleh. Yaudah Junnie makan aja.”

Tawa renyah Soobin mengudara seketika, mengelus perut tummy Yeonjun main main hingga membuat si empunya berjengit kaget dan memukul punggung tangan Soobin agar menyingkir.

Itu geli.

“Gak ada yang lucu, dih. Jangan ketawa!”

.

.

.

“Meow~”

Yeonjun tertawa lepas dengan jari tangan yang sibuk mencubit hingga menarik narik telinga runcing Loly. Bahkan pemuda itu tanpa segan menciumi wajah si kucing tanda gemas. Soobin mendengus, menarik tubuh ringan Yeonjun agar duduk diam diantara kedua kakinya.

“Sini dulu Junnie, rambut kamu masih basah!”

“Nanti juga kering sendiri, Kak.”

Baru saja Yeonjun akan merangkak pergi mendekati Loly, perutnya sudah ditarik oleh Soobin agar diam dan duduk patuh seperti anak balita. Yeonjun mendelik, ikut menarik si kucing agar duduk diatas pangkuannya.

“Kak, mau belajar kapan?”

“Belajar apa?”

“Belajar ituuu.” Bibir Yeonjun mengerucut ke depan disertai rona samar pada tulang pipi.

“Itu apa?”

“Ya itu!”

“Ya itu apa?” Sudah pasti Soobin sengaja mengulang pertanyaannya. Gemas ingin menggoda walaupun debar jantungnya sendiri kian menggila.

Dia merenggut, berusaha lepas dari kurungan lengan Soobin dengan menggeliat dan menggigit punggung tangan sang suami.

Jika dipikirkan lagi, bukankah Yeonjun terlalu santai saat membicarakan masalah hubungan intim?

Entah pikirannya yang terlalu polos atau batin Soobin yang terlalu kotor. Mentalnya belum siap sedia menerima segala pertanyaan bermakna ambigu tersebut.

Bagaimana jika kelepasan?

Bagaimana jika nantinya bocah ini malah ketakutan?

Akan lebih baik jika menunggu Yeonjun dewasa terlebih dahulu. Hanya dengan begitu Soobin bisa sedikit tenang dan aman ketika membicarakan masalah hubungan intim.

Happy MarriageWhere stories live. Discover now