35

1.1K 90 4
                                    

Satu tahun hidup bersama membuat yeonjun lupa waktu hingga hari kelulusan tiba. Pemuda manis itu kini sudah mendapat kebebasan sesaat sebelum memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Universitas.

Tapi yeonjun ragu, dia ingat permintaan soobin perihal rencana selepas kelulusan.

Tentu saja membuat anak.

Pria itu sudah menunggu selama hampir satu tahun lebih, begitu pula dengan yeonjun. Walau terkadang sedikit bertengkar dan bertingkah seperti anak kecil, dia bukanlah tipe orang yang akan tega mengingkari janji.

Lagipula, yeonjun juga butuh pembuktian tentang kelebihan diri sendiri yang bisa mengandung seorang anak. Jujur, yeonjun masih ragu acap kali memikirkan jenis kelamin dan gender dia sebagai lelaki. Yeonjun yakin kalau dia tidak mungkin bisa mengandung jabang bayi.

“Lagi mikirin apa?” Rengkuhan hangat dari sosok jangkung yang berstatus sebagai suaminya yeonjun terima.

Si surai hitam menoleh lalu berbalik dan balas memeluk soobin erat. Udara malam yang berhembus melalui balkon kamar dia abaikan karena eksistensi sang pria dewasa lebih berarti. “Nanti nama anak kita siapa?”

“Kamu sukanya nama apa?”

Si manis menggeleng pelan, mengukir pola abstrak di sekitar dada bidang soobin menggunakan jari telunjuk. “Junnie pilih nama cewek, nanti Mas soobin pilih nama cowok.” ujarnya memberikan usul.

Soobin terkekeh, mengecup garis leher hingga bahu yeonjun lalu merambat turun hingga tulang selangka. “Gimana kalau Soojun?” Dia berbisik rendah.

Menarik pinggang yeonjun agar lebih mendekat dan mengusap punggungnya diam-diam. Semburan napas panas jatuh menerpa kulit sewarna tan tersebut. Membubuhi beberapa gigitan sebelum menyatukan dahi untuk saling menatap lekat-lekat.

“Namanya hampir sama kayak punya kita Soojun artinya soobin dan yeonjun.” celetuk yeonjun ringan sembari berjinjit dan meremat surai belakang si pria seduktif.

“Kalau gitu buat nama perempuan nya junnie pilih---sooyeon,atau yeonsoo?”

“Yang menurut kamu cocok aja jangan terlalu ribet.” Putus soobin pasif selagi menyelipkan anak rambut
pada belakang telinga yeonjun. Sudut bibir soobin tertarik, mengusap bibir bawah sang submissive menggunakan ibu jari sebelum menekan masuk untuk dimainkan.

“Daripada mikirin nama buat bayi, kenapa gak buat dulu sama mas?”

Yeonjun balas tersenyum, menggigit pelan ibu jari soobin lalu menghisap terlampau jenaka. Ujung lidah dia menyapu, membasahi setiap inci ruas jari panjang pelan-pelan. Membuka lebih lebar belah bibir seolah memberikan kode agar soobin kembali memasukkan jari yang lain.

“Ngh tapi jangan pake pengaman lagi ya. Junnie gak suka.”

Lagipula dia sudah lulus.

“Gak akan, mulai sekarang gak usah pake itu lagi. Mas juga gak suka.” Kecupan ringan jatuh mengenai daun telinga yang lebih muda. Menyalurkan hasrat tercela melalui untaian bisik serta usap tak senonoh yang memeta lapis kulit tubuh diam-diam.

Debar jantung yeonjun menggila memacu adrenalin tersembunyi, rona merah menyebar hingga mewarnai leher dan juga telinga. Mata dia berkabut samar, menggelitik otot perut soobin dari balik kaus menggunakan tangan gemetar halus.

Sial.

Yeonjun butuh sentuhan panas soobin.

Dia butuh dominasi pria ini untuk mendapat kenikmatan duniawi.

Dan yeonjun benar-benar butuh soobin untuk menghancurkan dirinya dari dalam.

“Junnie mau di atas lagi.”

Happy MarriageWhere stories live. Discover now